Liputan6.com, Jakarta Selama masa penjajahan, Belanda berusaha untuk memecah belah persatuan Indonesia yang bentuknya adalah neraga Republik Indonesia Serikat (RIS), bukan NKRI. Namun bentuk RIS menimbulkan kegundahan bagi Mohammad Natsir, Ketua Fraksi Partai Masyumi di parlemen.
Nah agar Indonesia kembali ke bentuk negara sesuai dengan cita-cita proklamasi, di depan anggota parlemen pada 3 April 1950, Natsir menyampaikan pidato Mosi Integral. Mosi itu menuntut agar Indonesia kembali ke bentuk NKRI bukan RIS.
Mosi tersebut ternyata mendapat dukungan dari Soekarno, Hatta, dan politisi parlemen lainnya. Dengan mosi tersebut akhirnya Indonesia kembali ke bentuk NKRI. Sejarah singat itu disampaikan Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid saat acara Temu Tokoh Nasional/Kebangsaan dengan ratusan warga Kebon Baru, Tebet, Jakarta Selatan, pada (4/4).
Advertisement
Apa yang diperankan oleh Natsir yang juga merupakan ulama, disebut luar biasa oleh HNW. "Ini bukti ummat Islam menyelamatkan bangsa dan negara", paparnya. Sehingga dirinya heran bila ummat Islam dituduh anti-NKRI.
Peran Natsir dalam menyelamatkan bangsa, diakui oleh HNW tidak ada dalam kurikulum pendidikan. Untuk itulah dalam acara Sosialisasi Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, HNW mengingatkan dan menyegarkan pemahaman sejarah masyarakat.
"Jadi tidak hanya jangan sekali-kali melupakan sejarah, Jas Merah, namun juga perlu Jas Hijau, jangan sekali-kali hilangkan sejarah ulama," papar alumni Pondok Pesantren Gontor itu.
Kembali ke bentuk NKRI disebut HNW sangat penting, sebab ihal tersebut merupakan langkah mewujudkan cita-cita Indonesia merdeka. Dari sinilah dirinya mengusulkan 3 April sebagai hari dan bulan NKRI.
"Kami usulkan 3 April sebagai hari dan bulan NKRI", ujar pria asal Klaten, Jawa Tengah, itu.
Peran ulama dalam menyelamatkan Indonesia tak hanya seperti paparan di atas. Diungkapkan pada 22 Juni-17 Agustus 1945, Pancasila yang dijadikan dasar negara Indonesia adalah Pancasila seperti dalam Piagam Jakarta.
Namun pada 18 Agustus 1945, ada sebagian tokoh yang menginginkan agar tujuh kata dalam Sila I Pancasila dihilangkan.
Keinginan itu, setelah dilakukan lobby-lobby dengan anggota Panitia sembilan yang berasal dari kalangan umat Islam, diterima. Tujuh kata akhirnya dihilangkan. Dari peristiwa tersebut HNW mengatakan ulama yang menjadi anggota Panitia 9 telah menyelamatkan Pancasila. "Ulama kita mendahulukan persatuan bangsa", tuturnya.
Dari peran-peran kebangsaan yang dilakukan oleh ulama, HNW mengajak warga Kebon Baru untuk menjadi garda terdepan menjaga Pancasila.
Saat ini diakui ada upaya untuk mengadu domba antara ummat Islam dengan kelompok lain. Adu domba ini dilakukan agar bangsa ini lemah dan bermusuhan.
"Mengadudomba antara umat Islam dengan kelompok yang mengaku paling pancasilais itu tidak tepat", ujarnya.
"Lha wong yang menyelamatkan Pancasila kan umat Islam", tambahnya. Menurutnya saat ini ada orang-orang yang mengaku paling Pancasila namun apa yang dilakukan malah tidak pancasilais. "Korupsi bertentangan dengan Pancasila", tegasnya.
(*)