Liputan6.com, Jakarta - Bowo Sidik Pangarso, calon anggota legislatif Partai Golkar dan juga berstatus tersangka, menyeret nama Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Nusron Wahid. Meski demikian, Nusron yang juga politikus partai berlambang beringin membantah pernyataan teman separtainya itu.
"Tidak Benar," tegas Nusron melalui pesan singkat kepada Liputan6.com, Rabu (10/4/2019).
Baca Juga
Nusron tidak merespons lebih lanjut persoalan yang menyeret namanya di pusaran kasus korupsi.
Advertisement
Sebelumnya, amplop serangan fajar Bowo Sidik Pangarso rencananya akan dibagikan di daerah Jawa Tengah terkait dengan pencalonannya. Hal itu disebut atas perintah Nusron Wahid selaku Ketua Pemenangan Pemilu Jawa dan Kalimantan.
"Ini langsung disampaikan Bowo ke penyidik. Ya karena dia diperintah ya dia bilang diperintah," tutur Pengacara Bowo Sidik Pangarso, Saut Edward di Gedung KPK, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (9/4/2019).
Menurut Saut, arahan tersebut bertujuan sama, yakni untuk membawa Nusron Wahid lolos dalam pencalonannya sebagai caleg.
"Supaya banyak yang memilih mereka berdua. Karena di dapil yang sama," jelas dia.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Serangan Fajar
Saut menyatakan, amplop serangan fajar tersebut tidak ada kaitannya dengan Pilpres 2019. Sejauh ini, Bowo mengaku menyiapkan sebanyak 400 amplop.
"Bahkan katanya yang 600 ribu yang menyiapkan Nusron Wahid. Dia 400 ribu amplopnya. Pak Wahid 600 ribu. Pak Bowo 400 ribu amplop," kata Saut.
Sebelumnya, KPK menetapkan anggota Komisi VI DPR Fraksi Golkar Bowo Sidik Pangarso sebagai tersangka kasus dugaan suap distribusi pupuk. Selain Bowo, KPK juga menjerat dua orang lainnya yakni Marketing Manager PT Humpuss Transportasi Kimia (PT. HTK) Asty Winasti, dan pegawai PT Inersia bernama Indung.
Advertisement