Sukses

Wisata ke Tempat Ini, Wajib Coba Bus Tua yang Terbuat dari Kayu

Bus kayu menjadi transportasi antar-jemput dari...

Liputan6.com, Jakarta Banyak pengalaman menarik yang ditawarkan untuk pengunjung Tanjung Balai Karimun, Kepulauan Riau (Kepri). Salah satunya adalah transportasi umum yang fenomenal dan diburu para wisatawan, yaitu bas kayu. 

Secara etimologi kata bas diadopsi dari bahasa Melayu yang berarti bus. Pada rentang 1980-1995, bas kayu menjadi urat transportasi warga Karimun. Namun mulai masukanya angkot ke Karimun pada 1993, bas kayu tak lagi eksis. 

Namun untuk mempertahankan eksistensinya, bas kayu kini hanya diprioritaskan sebagai angkutan pariwisata. Terutama dalam Festival Barongsai 2019 yang selalu memberikan pengalaman mengagumkan. 

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani pun mengungkapkan, Festival Barongsai 2019 adalah event besar. Pesertanya datang juga dari mancanegara dan terlepas dengan konten yang sangat menarik, festival ini menawarkan sisi eksotis lain. Wisatawan bisa menikmati moda transportasi unik bas kayu selama di Karimun.

"Karimun memang luar biasa karena masih mempertahankan moda transportasi tua seperti bas kayu. Moda ini jadi daya tarik bagi wisatawan. Selain sejarahnya, bentuk fisik dari bas kayu ini sangat unik," kata Rizki, Rabu (17/4).

Keunikan bas kayu terletak pada perpaduan antara besi dan kayu jenis sengi sebagai body. Bagian yang sangat mencolok ornamen kayunya adalah list kaca depan yang dibagi dua bagian. Bisa dibuka tutup untuk mengalirkan udara.

Pintu depannya juga dominan kayu. Menariknya, engsel pintu sama seperti yang digunakan untuk rumah. Nuansa kayu semakin kental pada body samping. Jendelanya memakai kayu tanpa kaca. Pun demikian di sisi dalam body busnya. Namun, sisi luarnya tetap dilapisi logam sebagai penahan air hujan.

"Dengan suasana laut yang dominan, penggunaan kayu untuk body bus sangat ideal. Sebab, bila memakai logam biasanya cepat korosi," jelas Asdep Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional I Kemenpar Dessy Ruhati.

Meski berumur tua, perawatan mesin bas kayu relatif mudah. Sebab mesin yang digunakan bas kayu adalah Mitsubish PS dan Toyota Rhino. Kapasitas mobil ini cukup besar dengan bangku panjang membujur saling berhadapan. Agar memuat lebih banyak penumpang, di bagian tengah ditambah bangku panjang dari kayu juga. 

 

Di Festival Barongsai, bas kayu menjadi transportasi antar-jemput dari hotel menuju venue dan sebaliknya. "Jadi belum lengkap rasanya berwisata di Karimun kalau belum mencoba bas kayu ini," kata Dessy. 

Kabid Pengembangan Pemasaran Area II Asdep Pengembangan Pemasaran I Regional I Kemenpar Trindiana M Tikupasang menjelaskan, bas kayu ini semakin menambah daftar moda transportasi wisata di Karimun.

"Selain atraksinya, aksesibilitas bahkan amenitas di Karimun sangat bagus. Keberadaan bas kayu ikut menambah daftar pilihan moda transportasi bagi wisatawan. Namun, Karimun tetap mengembangkan moda transportasi yang lebih modern. Semua untuk memenuhi kebutuhan wisatawan. Silahkan pilih moda yang menarik selama di Karimun menikmati Festival Barongsai 2019," jelas Trindiana.

Aksesibilitas pariwisata di area Karimun sangat bagus. Hampir semua wilayahnya terjangkau dengan transportasi umum. Dimulai di Pelabuhan Taman Bunga, lalu beberapa trayek terhubung dengan angkot. Rutenya dibedakan menurut warna, seperti angkot warna biru atau hijau bila menuju Balai Meral. Lalu, angkot kuning menuju Balai Kapling, lalu daerah Balai Tebing terhubung dengan angkot coklat.

"Setiap daerah memiliki daya tariknya. Salah satu keunikan Karimun dan Festival Barongsai 2019 ini ada pada moda transportasinya. Bas kayu merupakan moda transportasi yang langka dan Karimun tetap mempertahankannya. Untuk itu, silahkan datang ke Festival Barongsai 2019 dan nikmati beragam warna eksotis dari Karimun," kata Menteri Pariwisata Arief Yahya.

Untuk diketahui, Festival Barongsai akan digelar pada 26-27 April 2019. Lokasinya ada di Panggung Rakyat Puteri Kemuning, Coastal Area, Tanjung Balai Karimun, Kepulauan Riau (Kepri). Festival ini akan diikuti 14 tim, seperti Malaysia dan Singapura.

 

 

 

(*)

 

Â