Liputan6.com, Jakarta - Suasana Kota Kolombo di Sri Lanka masih mencekam. Sejumlah bangunan yang menjadi lokasi teror belum bisa dibersihkan. Warga masih memadati rumah sakit untuk mencari kabar kondisi anggota keluarganya yang menjadi korban teror.
Seperti ditayangkan Liputan6 SCTV, Senin (22/4/2019), beberapa jenazah dikumpulkan untuk dibawa ke rumah sakit agar bisa diidentifikasi keluarga. Pasca rangkaian penyerangan di Sri Lanka, polisi memperketat penjagaan di sejumlah objek vital.
Salah satunya di Bandara Internasional Bandaranaike.
Advertisement
Hingga kini polisi Sri Lanka telah menahan tiga orang terkait teror bom di wilayahnya. Meski belum ada pihak yang mengklaim sebagai pelaku utama penyerangan itu, Menteri Pertahanan Sri Lanka menyebut aksi dilakukan oleh kelompok ekstremis.
Pemerintah Indonesia melalui KBRI terus memantau perkembangan situasi di Sri Lanka. Ada 374 WNI berada disana. 140 diantaranya tengah berada di Kolombo.
"Sampai saat ini, kita tidak mendapat informasi WNI menjadi korban. KBRI di sana terus melakukan koordinasi dengan pihak kepolisian," kata Jubir Kemenlu Arrmanatha Nasir.
6 bom yang meledak hampir bersamaan terjadi pada Minggu pagi saat sebagian umat nasrani melakukan misa. Ibadah Minggu Paskah yang sedianya berjalan khidmat, seketika mencekam. Tiga gereja dan tiga hotel menjadi lokasi teror.
Saat penanganan korban di enam lokasi itu berlangsung, dua ledakan lain mengguncang Distrik Dehiwala dan komplek perumahan di Distrik Dematagoda.
Teror yang terjadi di Sri Lanka merupakan yang terburuk di kawasan Asia Selatan setelah perang sipil usai 1 dekade lalu. (Rio Audhitama Sihombing)Â