Sukses

Hanura Terancam Tak Lolos ke DPR, Wiranto: Ada Perjuangan yang Salah

Wiranto meminta pengurus pimpinan pusat untuk mengevaluasi penyebab kegagalan Partai Hanura pada pileg tahun ini.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Dewan Pembina Partai Hanura, Wiranto menanggapi partainya yang terancam tak lolos parlemen versi hasil hitung cepat atau quick count Pileg 2019 oleh sejumlah lembaga survei.

Wiranto menilai, ada perjuangan yang salah sehingga partai pimpinan Oesman Sapta Odang (OSO) itu tak bisa mencapai ambang batas parlemen 4 persen.

"Kalau dulu lolos, sekarang enggak lolos, berarti perjuangannya ada yang salah," ujar Wiranto di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (22/4/2019).

Namun, pendiri dan mantan Ketum Hanura itu menyebut bahwa kalah menang dalam kontestasi politik nasional adalah hal yang biasa.

"Kalau kemudian (pemilu) 2019 enggak lolos, ya enggak ada masalah. Karena parpol itu momen perjuangan, perjuangan secara kolektif kan," ucap Wiranto.

Wiranto meminta pengurus pimpinan pusat untuk mengevaluasi penyebab kegagalan Partai Hanura pada pileg tahun ini.

Wiranto menegaskan, saat ini dirinya masih fokus mengerjakan tugas sebagai Menko Polhukam sehingga belum tertarik terlibat dalam proses evaluasi partai.

"Kita persilahkan nanti DPP hanura untuk mengkalkulasi, mengevaluasi. Nanti dari sana kan menemukan hal-hal yang kira-kira menghambat partai ini untuk bisa lolos," jelasnya.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Hasil Hitung Cepat Sementara

Dari hasil hitung cepat yang dilakukan lembaga survei, Poltracking, ada tujuh parpol diprediksi tidak dapat melenggang ke Gedung DPR RI. Mereka adalah Perindo, Berkarya, PSI, Hanura, PBB, Garuda, dan PKPI.

Koordinator Quick Count Poltracking Indonesia, Arya Budi mengatakan, perolehan suara ketujuh parpol pada perhitungan suara resmi nanti dapat berubah meskipun kecil.

Hasil quick count itu, disebut Arya, merupakan data hasil survei terakhir yang mereka lakukan. Survei itu memprediksi ada 9 partai yang lolos. Cocok dengan hasil survei pasca-pemilu.

"Jadi ada sisa 5% ini tentu tidak terlalu mengubah. Biasanya tren itu, kalau sudah separuhnya data masuk, itu tidak terlalu mengubah, apalagi ini data sudah 90% lebih," kata dia saat dihubungi Liputan6.com, Kamis 18 April 2019.