Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih mengundurkan diri dari Kabinet Indonesia Bersatu II pada 26 April 2012 silam. Pengunduran dirinya terkait dengan penyakit yang diderita.
Dalam catatan Sejarah Hari Ini (Sahrini) Liputan6.com, pengunduran diri tersebut disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) usai mengunjungi Menteri Endang yang dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusomo Jakarta, Kamis, 26 April 2012.
"Ibu Endang beberapa waktu lalu secara resmi memintakan pengunduran diri beliau kepada saya. Tujuannya supaya bisa konsentrasi untuk kesehatan beliau," kata SBY.
Advertisement
Sepekan pengumuman pengunduran diri tersebut, Menkes Endang Rahayu Sedyaningsih wafat pada Rabu, 2 Mei 2012 pukul 11.41 WIB di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Kabar wafatnya Menkes disampaikan oleh Wakil Menteri Kesehatan Ali Gufron Mukhti dan dibenarkan oleh Mesesneg Sudi Silalahi.
Kondisi kesehatannya menurun sejak Selasa pagi, 1 Mei 2012. Kondisi tersebut tidak membaik, sehingga menjalani perawatan khusus di ruang ICU. Dia meninggal pada usia 57 tahun.
Presiden Yudhoyono telah menandatangani keputusan pemberhentian dengan hormat pada 30 April 2012, atau dua hari sebelum Endang Rahayu mengembuskan napas terakhir.
Menkes Endang kemudian dikebumikan di pemakaman San Diego Hills, Karawang, Jawa Barat, Kamis, 3 Mei 2019. Upacara pemakaman dipimpin oleh Presiden SBY.
Presiden SBY menyampaikan, Menkes Endang telah bekerja keras selama mengabdi.
Vonis Kanker Paru
Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih menderita kanker paru-paru. Dia mengaku kaget tentang penyakit yang bersarang di tubuhnya itu. Sebab, tidak ada gejala sama sekali.
Dalam jumpa pers di kantornya di Jakarta, Senin, 17 Januari 2011, dia mengaku penyakitnya itu tak akan mengganggu aktivitasnya selaku menteri.
"Saya tetap berobat ke rumah sakit, sekarang masih terus dalam pengobatan, tapi ini tidak mengganggu aktivitas," ujarnya.
Menkes juga menyatakan tidak ada kelonggaran yang diberikan dalam menjalankan tugas kementerian, meskipun ia menderita kanker yang menyerang paru-parunya itu.
Menurut doktor dari Harvard School of Public Health, AS, penyakit itu terdeteksi sewaktu dirinya menjalani check-up kesehatan rutin pada Oktober 2010. Dari pemeriksaan lebih lanjut itulah ditemukan adanya kanker di tubuh Menkes.
"Tanggal 22 Oktober diperiksa masih sehat, tapi ada dokter yang melihat hasil rontgen saya dan jadi khawatir, jadi minta pemeriksaan lebih lanjut," paparnya.
Setelah menerima berita tersebut, Menkes Endang mengaku telah melaporkan kondisinya ke Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan menerima dukungan untuk berobat.
Â
Ketabahan Menghadapi Kanker
Mendiang Endang Rahayu Sedyaningsih banyak meninggalkan kesan mendalam bagi keluarga, kerabat, sejawat maupun kolega. Sosok Endang menunjukkan seorang wanita yang tegar serta kuat mental dan emosinya sekalipun telah "divonis" menderita kanker. Ia pun senantiasa positif dalam menjalani tugasnya sampai titik penghabisan tanpa banyak mengeluh.
Hal itu di antaranya ditunjukkan dalam tulisan Endang Rahayu Sedyaningsih pada 13 April silam dalam pengantar sebuah buku mengenai kanker. Berikut petikan tulisan mendiang Menkes Endang:
Saya sendiri belum bisa disebut sebagai survivor kanker. Diagnosa kanker paru stadium empat baru ditegakkan lima bulan yang lalu. Dan sampai kata sambutan ini saya tulis saya masih berjuang untuk mengatasinya. Tetapi saya tidak bertanya: Why me?
Saya menganggap ini adalah salah satu anugerah dari Allah SWT. Sudah begitu banyak anugerah yang saya terima dalam hidup ini: hidup di negara yang indah, tidak dalam peperangan, diberi keluarga besar yang pandai-pandai, dengan sosial ekonomi lumayan, dianugerahi suami yang sangat sabar dan baik hati, dengan dua putra dan satu putri yang alhamdullilah sehat, cerdas dan berbakti kepada orang tua. Hidup saya penuh dengan kebahagiaan.
So, Why not? Mengapa tidak, Tuhan menganugerahi saya kanker paru? Tuhan pasti mempunyai rencana-Nya, yang belum saya ketahui, tetapi saya merasa siap untuk menjalankannya. Insya Allah. Setidaknya saya menjalani sendiri penderitaan yang dialami pasien kanker, sehingga bisa memperjuangkan program pengendalian kanker dengan lebih baik.
Bagi rekan-rekanku sesama penderita kanker dan para survivor, mari kita berbaik sangka kepada Allah. Kita terima semua anugerah-Nya dengan bersyukur. Sungguh, lamanya hidup tidaklah sepenting kualitas hidup itu sendiri. Mari lakukan sebaik-baiknya apa yang bisa kita lakukan hari ini. Kita lakukan dengan sepenuh hati. Dan, jangan lupa, nyatakan perasaan kita kepada orang-orang yang kita sayangi.
Bersyukurlah, kita masih diberi kesempatan untuk itu.
Nama Endang Rahayu Sedyaningsih sempat menjadi kontroversi menjelang perombakan Kabinet Indonesia Bersatu II oleh Presiden SBY, tahun lalu. Saat itu, menteri kesehatan adalah Siti Fadilah Supari dan orang yang disebut-sebut akan menjadi pengganti adalah Nila Moeloek. Namun, setelah rangkaian uji kepatutan dan kelayakan, nama Sedyaningsih inilah yang diumumkan SBY di Cikeas, Bogor, Jawa Barat, saat itu.
Sedyaningsih pernah menjadi penasehat teknis pada Departemen Penyebaran Penyakit dan Respons, di Jenewa, Swiss, di mana WHO berkantor pusat. Posisi itu dia raih setelah merampungkan pendidikan strata dua dan tiganya di Harvard School of Medicine.
Lebih khusus lagi, dia juga menjadi direktur Pusat Penelitian Biomedik dan Farmasi dan Pengembangan Program di Kementerian Kesehatan Indonesia sejak 2007 setelah menjadi koordinator penelitian flu burung pada 2006.
Advertisement