Liputan6.com, Jakarta - Para calon jemaah haji diminta mempersiapkan diri sebelum berangkat ke Tanah Suci. Kondisi udara Arab Saudi yang berbeda dari Tanah Air, membuat jemaah rentan terkena berbagai penyakit. Salah satu yang patut diwaspadai adalah serangan heatstroke.
Apa itu heat stroke?
"Heatstroke merupakan kondisi suhu tubuh meningkat akibat terpaan sinar matahari," jelas Dokter Spesialis Penyakit dalam Rumah Sakit Pare-pare, Novita Zawahir pada acara Pembekalan Terintegrasi Petugas Haji Arab Saudi Tahun 1440H/2019M, Jumat (26/4/2019).
Advertisement
Baca Juga
Dia menuturkan, heatstroke bisa melanda karena kondisi udara Arab Saudi yang ekstrem. Saat musim haji, suhu panas negara tersebut bisa mencapai 40 sampai 50 derajat celcius.Â
Sementara jemaah haji harus menjalankan berbagai aktivitas yang menguras tenaga, seperti thawaf, sai hingga wukuf di bawah terpaan sinar panas.
Dia menuturkan jika calon jemaah haji Indonesia rentan terkena heat stroke karena sebagian besar dari mereka telah berusia lanjut. Jemaah ini masuk salah satu pasien beresiko tinggi terkena heatstroke.Â
Pasien lainnya adalah calon jemaah yang memiliki riwayat penyakit jantung dan hipertensi. Kemudian pasien diabetes melitus dan obesitas (kegemukan).
Novita menuturkan beberapa gejala seseorang terkena heatstroke. Mulai dari suhu tubuh meningkat hingga 39 derajat celcius, sesak napas, kulit kering dan memerah, mual hingga saat sudah parah pasien akan pingsan.
Bila nanti ada calon jemaah haji ditemukan dalam kondisi ini maka hal yang harus dilakukan, yakni, pindahkan pasien ke tempat teduh. Kemudian longgarkan pakaian serta kompres seluruh tubuh dengan air es dan memberikan minuman yang mengandung elektrolit. "Kemudian cari petugas untuk penanganan lebih lanjut," dia menambahkan.
Nah, agar terhindar dari serangan heatstroke, Novita memberikan beberapa tips. Pasien diminta menghindari paparan langsung sinar matahari. Kemudian bila hendak ke luar selalu memakai alat perlindungan diri seperti payungu, sunblock dan lainnya.Â
"Jangan lupa minum air putih sesering mungkin meski tidak haus. Bila sudah memiliki tanda-tanda akan terkena heatstroke langsung memberitahukan orang sekitar," dia menandaskan.
Â
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:Â
Menu Daerah hingga Tenda Full AC
Calon jemaah haji yang pergi ke Tanah Suci tahun ini mendapatkan beberapa fasilitas berbeda. Tenda yang berpendingin ruangan hingga menu masakan kedaerahan menjadi upaya pemerintah meningkatkan layanan kepada para calon jemaah haji 2019.
"Tenda di Arafah yang tahun sebelumnya tidak pakai AC, tahun ini pakai fasilitas AC, tentu ini jadi baik," kata Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Kementerian Agama, Nizar Ali, di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, seperti dikutip Kamis (25/4/2019).
Baca Juga
Fasilitas pendingin ruangan (air conditioner) ini untuk tenda jemaah haji di Arafah. Tenda sebelumnya hanya berfasilitas pendingin kipas angin. Kondisi ini dinilai membuat jemaah tidak nyaman dengan suhu Arafah yang sangat panas.Â
Fasilitas layanan tambahan lain berkaitan dengan konsumsi. Rasa kedaerahan akan menjadi salah satu menu makanan jemaah haji. Menu kedaerahan dimungkinkan karena penempatan jemaah yang mengacu pada zonasi, atau berdasarkan asal daerah.
Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Kemenag, Sri Ilham Lubis, menyatakan tenda yang digunakan jemaah di Arafah terbuat dari PVC tahan api dan tahan angin kencang. Tenda dibuat permanen agar tak roboh saat ada badai.
Selain mendapatkan tambahan pendingin ruangan, penerangan tenda dilengkapi dengan lampu LED.
"Muassassah (penyelenggara haji dari Saudi) menempatkan genset untuk setiap maktab agar tidak mati lampu. Untuk di Mina tahun lalu sudah diganti AC sentral dengan AC yang baru, tendanya juga permanen," ujar Sri.
Jemaah haji di Makkah juga semakin mudah menuju Masjidil Haram. Bus salawat akan memberikan layanan 100 persen. Bus ini akan mengantarkan jemaah haji dari zona mana pun menuju ke Baitullah.
Â
Advertisement
Kemenag Siapkan Tujuh Zona Haji di Makkah
Kementerian Agama (Kemenag) pada musim haji tahun ini membuat satu hal baru berkaitan dengan penyelenggaraan ibadah haji tahun 1440H/2019M. Inovasi tersebut dengan membuat sistem zonasi provinsi di Makkah.
Penerapan sistem zonasi per provinsi bertujuan agar penempatan, pemondokan, serta transportasi jemaah haji di Makkah dapat tertata dan terlayani dengan baik.
"Ada tujuh zonasi penempatan jemaah haji Indonesia di Kota Makkah pada musim haji 1440H/2019M ini," ujar Konsul Haji dan Umrah KJRI Jeddah, Endang Jumali, saat memberikan pembekalan Terintegrasi Petugas Haji Arab Saudi di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Rabu (24/4/2019).
Adapun zonasi pertama adalah Misfalah. Ini diperuntukkan bagi jemaah haji yang berangkat melalui Embarkasi Jakarta-Bekasi (JKS).
Kemudian kedua, zonasi Jarwal, yang dikhususkan untuk jemaah haji yang berangkat dari Embarkasi Solo (SOC).
Zona ketiga adalah Rawdah. Ini ditujukan bagi jemaah haji hang berangkat dari Embarkasi Palembang (PLG) dan Jakarta-Pondok Gede (JKG).
Sedangkan untuk jemaah haji yang berangkat dari Embarkasi Surabaya akan menempati zona Mahbas Jin.
Selain itu, jemaah dari Embarkasi Balikpapan (BPN) dan Banjarmasin (BDJ) menempati zona Rei Bakhsyi. Jemaah dari Embarkasi Lombok (LOP) menempati zona Aziziyah.
Terakhir, zona Syisah diperuntukkan bagi jemaah haji dari Embarkasi Aceh (BTJ), Medan (KLN), Batam (BTH), Padang (PDG), dan Makassar (UPG).