Sukses

Firdaus Ismail, Siswa Tunanetra Pertama di Indonesia yang Ikut UNBK Tingkat SMP

Firdaus merupakan siswa penyandang tunanetra yang sedang menuntaskan pendidikan di sekolah inklusi SMP Muhammadiyah 03, Kabupaten Banyuwangi.

 

Liputan6.com, Jakarta Dari 122 siswa yang sedang mengikuti ujian Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNKB) menggunakan perangkat komputer di sekolah inklusi SMP Muhammadiyah 03 Banyuwangi, ada seorang siswa penyandang tunanetra bernama Firdaus Ismail Syah mengikuti ujian. Duduk di bagian paling depan, Firdaus tampak tenang dan fokus mengerjakan soal-soal UNKB.

Kabar terdapat siswa tunanetra yang bisa mengikuti UNBK membuat tim Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tiba-tiba penasaran dan datang ke Banyuwangi untuk menemui Firdaus.

"Kemarin ada kunjungan dari BSNP Kementerian Pendidikan. Dan ini baru yang pertama UNBK peserta tunanetra," kata Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah 03 Banyuwangi, Lukman Hakim menceritakan pertemuan tersebut, Rabu (25/4).

Kedatangan BSNP Kementerian Pendidikan membawa informasi bahwa peserta ujian UNBK dari siswa tunanetra tingkat SMP baru yang pertama di Indonesia.

"Ini tidak hanya yang pertama di Banyuwangi, tapi yang pertama di Indonesia," jelasnya.

Rombongan BSNP Kementerian Pendidikan yang datang, kata Lukman, sedang mencari sekolah yang memiliki kategori paling maju, punya inovasi dan sekolah yang masih butuh dukungan. SMP Muhammadiyah 03 tergolong sekolah yang punya inovasi, bagaimana membuat siswa tunanetra bisa ikut UNBK.

"Kami masuk golongan yang punya inovasi," ujarnya.

Lukman bercerita, bagaimana Firdaus bisa mengerjakan soal ujian UNBK. Mulanya dia mendapatkan informasi terdapat komunitas tunanetra di Banyuwangi yang bisa menciptakan aransemen musik. Dia lantas menemui pendiri komunitas tunanetra Aura Lentera, Windoyo.

"Mas Windoyo ini yang akhirnya bisa mengantarkan Firdaus bisa mengikuti UNBK," ujarnya.

Windoyo mengenalkan aplikasi JAWS yang membantu penyandang tunanetra untuk membaca teks dan angka, sehingga bisa dinarasikan dalam bentuk audio.

"Sekarang materi bahasa Inggris, hari ketiga. Pakai Aplikasi JAWS. Kalau anak itu bisa bahasa Inggris pasti bisa, Nah untuk memahami itu Mas Windoyo yang membantu," katanya.

Sementara itu, Windoyo yang juga tampak mendampingi di luar kelas mengatakan, dirinya sudah melatih Firdaus memahami pengoperasian aplikasi JAWS selama tiga bulan terakhir, saat masa-masa ujian try out.

"Jadi dia harus hafal letak keyboard, shortcut, angka, huruf, semua fungsi keyboard harus bisa menjawab. Aplikasinya bisa membaca dalam bentuk audio, ada screen reader-nya. Kelemahannya gak bisa baca gambar dan simbol," kata Windoyo.

Kepala SMP Muhammadiyah 03, Lukman menambahkan, sebelumnya pihaknya sering menitipkan siswa yang berkebutuhan khusus untuk ujian di SLB. Siswa penyandang disabilitas sendiri juga tidak ada kewajiban untuk mengikuti ujian nasional.

"Dulu pakai breile, atau dititipkan ke SLB. Kita tawarkan ke anaknya dulu, jadi boleh milih, boleh ikut ujian dan tidak. Bedanya kalau gak ikut ujian tidak dapat SKHUN (Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional), tapi tetap lulus dapat ijazah, dari sekolah"

Saat ini, dari total 306 siswa SMP Muhammadiyah 03 Banyuwangi, terdapat 14 siswa penyandang disabilitas. Mereka belajar di kelas yang sama, mendapatkan kesempatan sama, tanpa dibedakan.

Firdaus sendiri tergolong siswa yang berprestasi. Dari total 122 siswa satu angkatannya, dia selalu memiliki peringkat 50 hingga 20 besar.

"Setiap anak itu punya hak yang sama. Itu yang kami tekankan," pungkasnya, saat ditanya mengapa mengusahakan Firdaus bisa ikut UNBK.

Tidak hanya di SMP Muhammadiyah 03, di Pemerintah Kabupaten Banyuwangi telah lama mendorong sekolah-sekolah sudah inklusi, atau menerima siswa berkebutuhan khusus di sekolah umum. Saat ini sekolah inklusi di Banyuwangi sudah mencapai 217 sekolah.

Video Terkini