Sukses

Anies Baswedan soal Banjir Jakarta: Permukaan Air Laut Sudah Turun Pagi Tadi

Anies Baswedan menjelaskan, dengan turunnya permukaan air laut, air kiriman dari Bogor bisa dibuang ke laut.

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan menerima informasi, permukaan air laut di pesisir Ibu Kota sudah turun sekitar pukul 08.00 WIB tadi. Maka dari itu, kiriman air dari Bogor bisa mengalir ke laut.

"Jadi memang saat ini menerima limpahan air dari hulu yang volumenya besar. Dan di Jakarta kita bersyukur sekali bahwa permukaan air laut pukul 08.00 WIB turun," ujar Anies di Ciracas, Jakarta Timur, Sabtu (27/4/2019).

"Kalau permukaan air tidak turun, maka aliran (air) yang turun dari pegunungan akan berhenti di Jakarta, karena tidak bisa dialirkan, jadi kita memantau terus," dia menambahkan.

Anies Baswedan memastikan pihaknya akan terus berusaha agar air kiriman dari Bogor yang mengalir ke Jakarta bisa terus diantisipasi. Caranya dengan mengubah pintu air di beberapa titik di Jakarta.

"Semua petugas kita stand by. Dan setiap ada pergerakan air laut langsung dibarengi perubahan pintu air sehingga aliran air dari hulu bisa segera tuntas," kata Anies.

Anies Baswedan mengatakan, buka tutup pintu air merupakan salah satu solusi yang efektif untuk mengurangi dampak banjir di Ibu Kota.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Tergantung Limpahan Air dari Bogor

Menurut Anies, selama kiriman air dari Bogor deras, maka untuk beberapa tahun ini Jakarta tetap akan terimbas banjir.

"Jadi begini, solusinya memang harus pengendalian air dari hulu. Selama volume air dari hulu tidak dikendalikan maka dua tahun lagi tahu-tahu (banjir) tempat mana. Tiga tahun lagi tempat mana. Jadi ini semua terjadi karena air dari hulu ke pesisir tidak dikendalikan," kata Anies.

Anies mencontohkan seperti banjir di Bekasi. Menurut Anies, warga Bekasi mengeluhkan banjir padahal tak ada hujan.

"Warga mengeluhkan di sana, tidak ada hujan tapi banjirnya sampai se-paha. Dan tidak pernah mereka mengalami itu. Jadi kalau kita fokus ini kampung A, kampung B, kampung C, itu gejalanya aja. Masalahnya apa, masalahnya adalah volume air dari hulu tidak dikendalikan," kata Anies.