Sukses

1.325 Warga Rawajati Jakarta Selatan Terdampak Banjir

Banjir yang menerjang kawasan Rawajati akibat kenaikan air di Bendung Katulampa, Bogor.

Liputan6.com, Jakarta - Sebanyak 1.325 warga RW 07 di Kelurahan Rawajati, Pancoran, Jakarta Selatan, terdampak banjir setinggi kurang lebih 2,5 meter sejak Jumat 26 April 2019 dini hari.

"Hari Jumat subuh air naik tinggi terus warga mulai mengungsi saat itu juga karena banjirnya langsung tinggi," kata Ketua RW 07 Rawajati Sari Budi Handayani saat ditemui di Puskesmas Kelurahan Rawajati, Jakarta Selatan, Sabtu (27/4/2019).

Banjir yang menerjang kawasan Rawajati ini akibat kenaikan air di Bendung Katulampa, Bogor. "Di sini kan ada enam RT, RT 01 dan 02 di bawah flyover, RT 03 sampai 05 di Puskesmas ini, RT 06 di BPK," ujar Sari seperti dilansir Antara.

Sari mengatakan, banjir sempat surut pada Jumat siang hingga sore, namun pada Sabtu dini hari sekitar pukul 01.00 WIB banjir kembali naik dan pada Sabtu pagi banjir tersebut kembali surut.

Menurut dia, banjir tahun ini merupakan banjir terbesar setelah hal serupa juga terjadi pada 2017.

"Tiap tahun kita kebanjiran, tapi biasanya paling cuma beberapa centimeter dan paling tinggi satu meter," kata Sari.

Senada dengan Sari, Ketua RT 02 Saiful Anwar mengaku pengumuman tentang Bendung Katulampa yang sudah naik hingga 250 sudah disiarkan sejak Kamis malam 25 April 2019 sehingga pada Jumat dini hari para warga telah bersiap mengungsi.

"Puncak air merambah pukul 03.00 sampai 03.30 WIB menimpa di semua RW 07, ini RT 02 saja ada sekitar seratus jiwa," tutur Saiful.

Neneng yang merupakan warga RT 02 Rawajati mengatakan saat ini air sudah surut dan menyisakan lumpur setinggi pinggang orang dewasa atau sekitar satu meter. "Tinggal lumpurnya saja di rumah, sepinggang. Masih belum bisa ngapa-ngapain karena air bersih dan penyedot lumpur belum ada," ujarnya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Bantuan Belum Maksimal

Sementara itu, warga RW 07 Kelurahan Rawajati Jakarta Selatan yang terdampak banjir setinggi 2,5 meter sejak Kamis malam hingga Sabtu siang dan mengungsi tersebar pada beberapa tempat. Mereka belum mendapatkan bantuan dari pemerintah secara maksimal.

"Bantuan makanan sih ada, tapi kalau bantuan yang lain belum ada," kata Ketua RT 02 Saiful Anwar saat ditemui di bawah flyover Rawajati, Jakarta Selatan, Sabtu.

Ketua RW 07 Sari Budi Handayani mengatakan, pihak Kelurahan Rawajati dan Dinas Sosial DKI Jakarta sudah memberi bantuan berupa nasi bungkus serta bahan mentah untuk memasak namun jumlahnya masih kurang.

"Dikasih nasi bungkus cuma 200 bungkus, sedangkan kita ada 1.325 jiwa yang mengungsi. Tidak mencukupi. Akhirnya kita mengolah bahan mentah seadanya," Sari menjelaskan.

Menurut Sari, korban banjir mengalami kendala ketika mengelola bantuan bahan mentah tersebut karena hingga saat ini bantuan air bersih dan listrik belum ada.

"Sudah sering menghubungi pihak terkait dalam hal air bersih tapi sampai saat ini belum datang bantuannya," ujarnya.

Belum adanya bantuan berupa air bersih serta genset sementara untuk menyalakan listrik juga membuat pengungsi tidak bisa membersihkan rumah dari lumpur setinggi pinggang orang dewasa meskipun sudah ada sumbangan karbol 20 liter per RT.

"Air sudah surut, tinggal lumpur sepinggang. Tidak bisa apa-apa karena belum ada air bersih dan penyedot lumpur," kata Yaya, warga Rawajati yang mengungsi di bawah flyover.

Selain air bersih dan genset, para pengungsi juga mengaku membutuhkan bantuan berupa obat-obatan, tenda, dan selimut karena saat ini mereka masih mengungsi di tempat seadanya seperti di bawah flyover Rawajati, Puskesmas Kelurahan Rawajati, dan Komplek BPK.

Lebih lanjut, Kapolsek Pancoran Kompol Endang Wahyu Kinasih juga mengatakan bantuan masih berupa makanan.

"Semalam saya beserta jajaran Polsek Pancoran mengantarkan makanan dan pada saat nasi bungkusnya langsung dimakan habis. Mereka terlihat sangat kelaparan," katanya saat ditemui di Puskesmas Kelurahan Rawajati, Jakarta Selatan.

Ia melanjutkan, keadaan pengungsi sampai saat ini masih terkontrol hanya saja mereka membutuhkan stok makanan siap saji yang lebih banyak serta obat-obatan.