Liputan6.com, Jakarta - Cuaca ekstrem masih akan melanda sejumlah daerah di Indonesia. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan maklumat terkait cuaca ekstrem yang akan terjadi dalam beberapa hari ke depan.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Mulyono R Prabowo menjelaskan, masih adanya aktivitas gelombang atmosfer Madden Julian Oscillation (MJO) pada fase basah turut berperan dalam meningkatkan suplai massa udara basah di sebagian besar wilayah Indonesia.
Selain itu, lanjut dia, pusaran angin juga teridentifikasi di sekitar Laut Sulawesi, Selat Makassar, Kalimantan Barat dan Laut Cina Selatan Utara Kalimantan. Ini yang dapat menyebabkan terbentuknya daerah perlambatan dan pertemuan angin disekitar wilayah Indonesia bagian barat dan tengah.
Advertisement
"Kondisi tersebut diprakirakan dapat menyebabkan terjadinya potensi hujan lebat dalam periode akhir April hingga awal Mei 2019," ujar Mulyono R Prabowo, Minggu (28/4/2019).
Potensi Hujan Lebat untuk periode tersebut akan menyapa sejumlah wilayah di Indonesia. Yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara.
Selain itu, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, dan Papua.
Untuk gelombang laut, lanjut Mulyono R Prabowo, berpotensi mencapai 2,5 hingga 4 meter. Peristiwa alam itu diperkirakan terjadi di Perairan barat Sabang - Banda Aceh, Perairan barat Aceh, Perairan barat Pulau Simeulue hingga Kepulauan Mentawai.
Selain itu, Perairan Enggano, Samudra Hindia barat Sumatra, Perairan selatan Jawa hingga P. Sumba, Selat Bali, Selat Lombok, Selat Alas bagian selatan, Samudra Hindia, selatan Jawa hingga Bali selatan NTT, Samudra Pasifik utara Papua.
"Masyarakat diimbau agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap dampak yang dapat ditimbulkan seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang dan jalan licin," ujar dia.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Banjir Sisakan Lumpur
Banjir melanda sejumlah wilayah di DKI Jakarta. Banjir terjadi setelah hujan deras dan lama mengguyur wilayah Bogor, Jawa Barat sejak Kamis malam 25 April 2019.
Debit air Sungai Ciliwung pun meluap. Imbasnya, ribuan rumah warga yang berada di kawasan bantaran Sungai Ciliwung, terutama di Jakarta terendam luapan air pada Jumat 26 April 2019.
Setelah terendam banjir beberapa hari, sejumlah daerah terpantau sudah surut. Air yang perlahan surut membuat sebagian warga mulai membersihkan sampah dan lumpur yang mengendap di dalam kediamannya.
Seperti dilakukan warga RT 004 RW 007, Kelurahan Rawajati, Pancoran, Jakarta Selatan. Di tempat ini, merupakan lokasi paling parah terdampak banjir luapan Sungai Ciliwung sejak Jum'at 26 April 2019.
Pantauan Liputan6.com pada Minggu 28 April 2019, warga RT 004 khususnya sudah banyak kembali ke rumah. Mereka membersihkan lumpur yang menggenang pemukiman hingga memcapai ketinggian 50 sentimeter.
"Kami membersihkan lumpur dari kemarin sekitar jam 3 sore," tutur Ketua RT 004, Ihin Sholihin di lokasi banjir.
Sementara itu Lurah Rawajati, Rudi juga mengaku sebagian warganya memang sudah banyak yang kembali ke rumahnya untuk membersihkan lumpur serta sampah yang menggenangi rumahnya.
"Sudah banyak yang kembali ke rumahnya masing-masing. Kan di sini sudah banyak yang bertingkat ya jadi banyak dari mereka yang tinggal di lantai 2 tempat tinggalnya," kata Rudi.
Dalam membersihkan lumpur, warga dibantu petugas kebersihan dari kepolisian, PPSU, Kelurahan, serta Pemadam Kebakaran. Mereka bahu membahu mengusir lumpur dari permukiman warga.
Ketua RW 007 Kelurahan Rawajati, Sari Budi Handayani mengatakan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang akan bertandang ke lokasi banjir, ternyata belum juga datang.
"Gubernur katanya akan datang kemarin, tapi kami tunggu sampai sore hari tidak kunjung datang, tidak ada keterangan juga kenapa," kata Sari.
Mengenai bantuan Sari mengaku sebenarnya obat-obatan sudah dipasok oleh Puskesmas setempat. Namun yang sangat dibutuhkan warganya adalah pasokan makanan.
Ia menuturkan dapur umum hanya bisa menghasilkan nasi bungkus 200, sedangkan jumlah pengungsinya mencapai 1.325 jiwa.
"Memang ada bantuan 300 nasi bungkus dari Dinsos. 200 tambah 300 hanya 500, masih kurang sekitar 800-an lagi," katanya.
Sari mengaku bahwa dapur umum sangat membutuhkan tenaga untuk memasak.
"Bahan mentah ada, tapi yang masak kurang. Tenaga di sini tidak terbiasa masak cepat," tuturnya.
Ia menuturkan biasanya ada tenaga bantuan yang membantu mereka untuk masak. Namun lantaran banjirnya baru, maka tenaga bantuan belum ada.
"Ya kami butuh subsidi nasi bungkus.," kata Sari.
Sari menerangkan, bahwa banjir kali ini bukanlah banjir baru. Warganya memang sering dilanda banjir, bahkan tahun-tahun kemarin hingga berbulan-bulan.
"Tahun kemarin sekitar bulan Februari, makanya kami heran harusnya bulan-bulan ini sudah kering tapi malah banjir," katanya.
Â
Advertisement