Sukses

Hari Buruh dan Tuntutan di Tahun Politik

Kendati lebih dibatasi dalam aksi tahun ini, namun massa buruh tetap membawa spanduk dan pamplet dengan berbagai macam tuntutan.

Liputan6.com, Jakarta - Perayaan Hari buruh internasional yang rutin dilaksanakan tiap 1 Mei serentak dilaksanakan hari ini. Seperti tahun-tahun sebelumnya, hari buruh selalu diwarnai aksi unjuk rasa yang diikuti oleh ribuan massa buruh dari berbagai perusahaan lintas pekerja.

Di Jakarta, unjuk rasa perayaan hari buruh dipusatkan di sekitaran Patung Kuda, tak jauh dari Istana Kepresidenan dan kompleks Monumen Nasional (Monas). Pantauan Liputan6.com, Rabu (1/5/2019), hingga pukul 10.00 WIB memang tidak ada orasi dan massa yang hadir di sekitaran Istana Negara.

Sementara itu, massa aksi buruh ramai di sekitaran Patung Kuda. Mereka tertib berorasi sambil menunggu rekan buruh dari berbagai daerah dan asosiasi lainnya datang.

Soal itu, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono membenarkan adanya upaya sterilisasi Istana Negara dari demonstran.

Massa buruh dan pekerja dari berbagai daerah memadati Jalan MH Thamrin, Jakarta, dalam peringatan May Day, Senin (1/5). Dalam aksi ini, buruh menyuarakan sejumlah tuntutan, di antaranya tolak upah murah dan hapus outsourcing. (Liputan6.com/Johan Tallo)

"Ya memang di Patung Kuda saja acaranya. Nggak ada long march," tutur Argo di kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat.

Soal penyampaian tuntutan dan aspirasi ke Istana Negara, lanjut Argo, dari pihak buruh sudah dikonfirmasi bahwa agenda tersebut ditiadakan. "Kita sudah komunikasi nggak ada ya," jelas dia.

Kendati lebih dibatasi dalam aksi tahun ini, namun massa buruh tetap membawa spanduk dan pamplet dengan berbagai macam tuntutan. Tuntutan yang di sampaikan pun tampak tak jauh berbeda dengan tuntutan di tahun-tahun sebelumnya. 

Massa buruh tersebut berasal dari berbagai organisasi diantaranya Serikat Pekerja Nasional (SPN), Aliansi Jamsosnas, Serikat Rakyat Miskin Indonesia (SRMI), Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) dan buruh Nike.

Pamplet dan spanduk tersebut diantaranya berisikan tuntutan untuk kesejahteraan, Jaminan Kesehatan, upah layak, kekerasan berbasis gender, dan pelecehan seksual di dunia kerja.

Seperti dikutip dari Antara, mereka mengeluhkan pelayanan kesehatan BPJS yang tidak pro kepada rakyat. Serta kebijakan pemerintah yang belum berpihak pada buruh. Para orator menyampaikan orasinya terkait permasalahan buruh-buruh di Indonesia.

Tak hanya itu, dalam aksi kali ini, sejumlah buruh perempuan dari Federasi Serikat Pekerja Buruh Aneka Sektor Indonesia (FSPASI) dan Buruh Pelopor tampil unik. Mereka mengenakan kebaya dan caping dalam aksinya.

Kebaya dan kain dengan bertopi caping yang mereka pakai bukan tanpa makna, itu merupakan simbol buruh merupakan kelompok "wong cilik" atau masyarakat kecil yang kurang sejahtera.

Buruh perempuan yang berkebaya itu menempati barisan terdepan massa. Mereka menjalankan aksi diam dengan membawa tampah dan bakul sebagai simbol protes beberapa harga pangan yang mahal.

Kendati aturan untuk berdemonstasi hanya disekitaran patung kuda, namun sejumlah massa buruh mengaku tetap ingin menggelar aksi di depan Istana Kepresidenan.

Warga negara asing melintas dekat aksi vandalisme yang mewarnai Hari Buruh Internasional atau May Day di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Rabu (1/5/2019). Belum diketahui siapa yang melakukan aksi corat coret di fasilitas publik tersebut. (merdeka.com/Imam Buhori)

Keingian buruh berdemo depan istana ini pun terhalau blokade kawat berduri yang telah disiagakan pihak keamanan. Kekecewaan massa buruh pun disampaikan lewat mobil komando.

Pantauan Liputan6.com, massa mendekati kawat berduri di kawasan Patung Kuda depan Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, mengarah ke Istana.

"Yang harusnya kita ke Istana tapi sudah diblokade di sini kawan-kawan. Sangat luar biasa," tutur orator wanita dari atas mobil komando.

Bersama dengan massa pembawa bendera Federasi Serikat Pekerja Aneka Sektor Indonesia (Ferpasi) dan Kesatuan Pekerja Serikan Nasional (KSPN), mereka mengeluhkan mengapa harus sejauh itu kawat berduri dipasang. "Kami buruh penyumbang pajak terbesar negeri ini," jelas dia.

Pihak kepolisian yang berada di lokasi pun berhadap-hadapan dengan para ibu yang di antaranya mengenakan topi caping dan pakaian adat. Mereka berharap bisa diterima di Istana Negara dan disambut untuk menyampaikan aspirasi saat hari buruh ini.

"Hidup emak-emak," teriak si orator.

Sayangnya, aksi para buruh ini diwarnai oleh sejumlah orang dengan aksi vandalisme. Tampak dari  salah seorang massa buruh mencoret separator Bus TransJakarta tepatnya di depan Gedung Kementerian Pariwisata, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat.

Coretan tersebut bertuliskan 'Rakyat Anti Kapitalis May Day Rezim Fasis'. Coretan itu berwarna hitam dari pilok.

Saat terjadi vandalisme itu, tak ada satupun petugas kemanan. Sebab, para petugas berada di balik kawat berduri. Kalimat tersebut tertulis disaat kelompok Gabungan Serikat Buruh Indonesia (GSBI) berorasi di depan gedung Kementerian Pariwisata.

 

 

2 dari 4 halaman

Jokowi dan Prabowo di Hari Buruh

Beberapa kilometer dari lokasi demo di patung kuda, Massa buruh yang tergabung dalam sejumlah elemen organisasi buruh memusatkan perayaan hari buruh di Tennis Indoor Senayan, Kompleks Gelora Bung Karno. Yang membedakan dari aksi buruh di patung kuda.

Perayaan hari buruh di sana dihadiri oleh calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto.

Kehadiran Prabowo langsung disambut sejumlah buruh yang sudah hadir lebih dulu. Seperti biasa, Prabowo menyambut massa dari dalam mobil sambil berdiri keluar melalui jendela atau ventilasi atas mobil Toyota Vellvire putih.

"Prabowo, Prabowo. Hidup Prabowo," teriak buruh sambil mengangkat tangannya dengan menunjukkan jari jempol dan telunjuk seperti logo Prabowo-Sandiaga, Jakarta, Rabu (1/5/2019).

Saat turun dari mobil yang ia tumpangi, Prabowo pun langsung masuk ke dalam ruangan terlebih dahulu sebelum akhirnya masuk ke arena atau acara May Day ini digelar yakni di Tennis Indoor Senayan.

Saat masuk melalui bangku penonton, Prabowo kembali disambut oleh massa buruh yang menggunakan baju forum buruh masing-masing sambil mengibarkan sejumlah bendera.

"Prabowo, Presiden, Prabowo, Presiden. Hidup Prabowo, hidup Prabowo," kembali teriak massa buruh.

"Siapa presiden kita," tanya sang orator.

"Prabowo, Prabowo, Prabowo," jawab massa buruh.

Hadir dalam forum itu, Prabowo memuji kaum beruh sebagai tukang punggung bangsa Indonesia.

Kalian ini pantas disebut tulang punggung bangsa Indonesia," kata Prabowo.

Presiden Jokowi Saat Mengunjungi Sebuah Mal di Solo Baru, Sukoharjo pada Rabu (1/5/2019). Foto: (Fajar Abrori/Liputan6.com)

Prabowo menganggap, undangan yang datang kepadanya dari para buruh sebagai sebuah kehormatan. Prabowo pun berterimakasih atas dukungan yang selalu diberikan sejak 2014.

"Kaum buruh dari dulu setia sama Prabowo Subianto dari 2014 undang saya di GBK di hari buruh, kalau diundang saya pasti hadir," ujar dia.

Dalam pidatonya, Prabowo menuturkan banyak para elite yang salah jalan di Indonesia karena menjadi kaya dengan menggunakan cara curang. Seperti hasil mencuri dari uang rakyat, mengakal-akali rakyat, menipu dan mengemplang utang bank dari rakyat menggunakan anggaran milik rakyat.

"Jadi kaya tidak salah, tapi kalau caranya curang namanya berkhianat pada rakyat," tegas Prabowo.

Berbeda dengan Prabowo, Capres petahana Jokowi menghabiskan libur hari buruh dengan mengajak keluarganya jalan-jalan ke mal di kampung halamannya, Solo, Jawa Tengah.

Jokowi dan Ibu Negara Iriana tampak tiba di pusat perbelanjaan tersebut sekitar pukul 12.00 WIB. Keduanya tampak ditemani Gibran Rakabuming dan istrinya Selvi Ananda, serta Kahiyang Ayu dan suaminya Bobby Nasution.

Kedua cucu Jokowi, Jan Ethes dan Sedah Mirah juga tampak dalam rombongan. Begitu masuk mal, keriuhan langsung terjadi. Jokowi yang mengenakan kemeja putih, tampak menggandeng Jan Ethes. Sementara Sedah Mirah terlihat digendong Bobby.

Banyak warga yang ingin bersalaman dan meminta foto bersama. Jokowi dan Jan Ethes langsung menuju lantai tiga ke arena bermain. Sedangkan, rombongan lainnya tampak berjalan-jalan di lantai dasar dan masuk ke beberapa toko.

Jokowi dan cucunya pertama, Jan Ethes tampak asyik bermain di arena bermain. Jokowi menemani Jan Ethes bermain lempar bola, memancing, dan lainnya. 

Setelah puas bermain, Jokowi dan keluarga meninggalkan arena bermain menuju toko mainan. Di dalam toko mainan itu sudah menunggu Iriana, Bobby Nasution dan Kahiyang serta putrinya, Sedah Merah. Di toko itu, Jan Ethes tampak membeli sejumlah mainan.

3 dari 4 halaman

Intimidasi Jurnalis

Sementara itu, di Bandung, peringatan Hari buruh justru diwarnai dugaan tindak intimidatif yang dilakuakn aparat keamanan terhadap dua jurnalis. yang sedang bertugas. Kejadian itu menimpa pewarta foto Prima Mulia dari Tempo dan Reza Estily pewarta foto lepas, sekitar pukul 11.00 WIB, Rabu (1/5/2019).

Kepada Liputan6.com, Prima menuturkan bermula saat dirinya mendengar ada kerusuhan antara massa aksi berbaju hitam dengan aparat. Massa tersebut merupakan kelompok pekerja kreatif yang berpakaian ala kelompok punk.

Peristiwa itu terjadi tidak jauh dari Jalan Bagusrangin. Massa aksi saat itu hendak menuju Monumen Perjuangan Jawa Barat di Dipatiukur. Tiba di lokasi kejadian, Prima melihat beberapa massa aksi dipukul dan ditendang polisi satuan khusus yang biasa berpatroli di Bandung.

"Senjata ditembak ke udara berkali-kali," tutur Prima melalui sambungan telepon.

Namun, ketika Prima hendak berbalik dan menyelesaikan tugasnya, tiga orang yang mengaku polisi mempiting lehernya. Dia diminta menunjukan file-file foto. Tidak itu saja, dia mendapatkan ancaman dari aparat tersebut.

"Dia ancam, mau dihabisin di sini atau hapus foto," ujar Prima menirukan ancaman salah seorang polisi.

Mau tidak mau, sekitar 20 dokumentasi kekerasan polisi kepada massa aksi Hari Buruh tersebut hilang.

Sementara itu, kata Prima, Reza yang juga berada di lokasi kejadian justru mengalami hal yang lebih parah dan mengerikan.

"Dia didorong dan ditendang kakinya," kata Prima.

Huyogo Simbolon salah seorang wartawan mengatakan, saat ini Reza masih berada di ruang IGD RS Boromeus untuk memeriksakan kekerasan yang dialaminya.

"Masih tunggu hasil visum, ini masih di IGD," kata Huyogo.

Terkait dugaan tindak intimidasi itu, Kapolrestabes Bandung Kombes Irman Sugema menyatakan, akan segera memeriksa saksi-saksi guna mengusut dugaan penganiayaan yang dilakukan anggotanya kepada dua wartawan.

"Akan dipanggil beberapa saksi untuk mengetahui hal ini supaya kita bisa tangani kasus ini," kata Irman usai menjenguk Reza Estily, salah satu pewarta foto yang dihajar polisi, di RS Boromeus, Bandung, Rabu (1/5/2019).

Mendapati kabar wartawan diduga dianiaya anggotanya, Irman mengaku terkejut. Dia lantas mengecek langsung kabar tersebut dan mencari keberadaan Reza di RS Borromeus.

Disinggung kapan perkara penyelidikan dan penyidikan dugaan penganiayaan wartawan akan berjalan, Irman belum menegaskan.

Menurutnya, kepolisian saat ini masih fokus mengamankan jalannya aksi Hari Buruh 2019 di sejumlah titik di Bandung. "Kami mau mendalami, apa keterangan dari teman-teman media adanya dugaan ini. Ada mis, ada tindakan di luar kontrol, nanti kita dalami," ujar Irman.

Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandung, Ari Syahril Ramadhan mengutuk keras tindakan represif aparat kepolisian kepada fotografer Tempo Prima Mulia dan jurnalis lepas Iqbal Kusumadireza alias Reza dalam demo buruh di Gedung Sate Bandung.

"Kita jelas mengutuk tindak kekerasan yang dilakukan polisi terhadap jurnalis yang tengah melakukan tugas jurnalistik," katanya saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (1/5/2019).

Ari mengaku saat ini kedua jurnalis tersebut sedang diberi pengobatan di sebuah rumah sakit. "Kami tidak bisa sebutkan tempatnya," kata Ari.

AJI Bandung beserta korban akan mengadukan aksi sewenang-wenang aparat kepolisian tersebut ke Propam.

"Ini kan katanya penyembuhannya satu jaman lagi, kita akan lapor ke Propam setelah ini," ujar Ari. 

 

4 dari 4 halaman

Tiga Tuntutan yang Dikabulkan Jokowi

Sementara itu, Kepala Staf Presiden (KSP) Jenderal Moeldoko membeberkan ada tiga tuntutan yang dikabulkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam pertemuan di Bogor, Jawa Barat bersama sejumlah konfederasi serikat buruh, Jumat (26/4) lalu.

Dari tiga hal, Jokowi akan meninjau ulang atau merevisi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 78 tahun 2015 Tentang Pengupahan.

"Kita ingin mencari sebuah formula yang baik. Satu sisi tidak merugikan para pekerja, sisi lain tidak merugikan pengusaha. Ini peran pemerintah tidak mudah mencari sebuah keseimbangan. Ini akan kita inisiasi secepatnya," kata Moeldoko di Polda Metro Jaya dalam acara peresmian deks tenaga kerja, Rabu (1/5).

Selain itu, adanya usulan tentang perlunya tempat penitipan bayi dan balita di perusahaan-perusahaan atau kawasan industri. Ini khusus bagi para pekerja wanita.

Presiden Jokowi berfoto bersama para pimpinan organisasi buruh di Istana Kepresiden Jakarta. (Liputan6.com/Biro Pers-Setpres)

"Presiden sangat memperhatikan Sumber Daya Manusia (SDM). SDM itu harus mulai diperhatikan sejak bayi. Jangan sampai anak-anak kita yang dalam masa pertumbuhan tidak terkelola dengan baik, karena kalau tidak akan menimbulkan stunting. Presiden serius menangani persolan stunting. Sebab, kita tidak ingin anak-anak generasi ke depan itu masjh ada yang stunting. Jadinya tidak mampu bersaing," ujar Moeldoko.

"Ini atensi yang serius. Maka, penitipan bayi ada salah satu upaya untuk menuju ke sana," sambungnya.

Kemudian, katanya, Jokowi juga mengabulkan untuk pembentukan desk tenaga kerja di Polda Metro Jaya.

Desk ini bergerak pada Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus). Tujuannya untuk merangkul para pekerja yang kebingungan dalam penegakan hukum pidana pada kasus ketenagakerjaan.

"Saya mewakilkan pemerintah mengucapkan terimakasih kepada Kapolda Metro Jaya Irjen Gatot Eddy Pramono dan jajaran yang begitu tanggap menangani persolan ini. Tujuan ini untuk melayani pelayanan yang prima terhadap masalah hukum di bidang ketenagakerjaan," kata Moeldoko.

Moeldoko melanjutkan, dalam tiga tahun terakhir ada banyak persoalan terkait ketenagakerjaan. Di antaranya, tindak pidana ketenagakerjaan 76 kasus, pemberian upah di bawah UMP 57 kasus , pelarangan serikat buruh 10 kasus.

Menurut Moeldoko, para tenaga kerja dapat membuat tiga aduan yang berkaitan dengan tindak pidana dalam lingkungan kerja, seperti hal-hal yang bertentangan Undang-Undang Ketenagakerjaan, BPJS ketenagakerjaan, dan pemberangusan kebebasan berserikat (union busting).

"Rekan-rekan pekerja tidak perlu sulit lagi untuk mengadukan kalau di dalam keseharian dia bekerja ada persoalan-persoalan hukum, apakah itu berkaitan dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan, berkaitan dengan BPJS, dan satu lagi union busting atau larangan mendirikan serikat buruh," ujar Moeldoko.

 Menteri Tenaga Kerja (Menaker) Hanif Dhakiri mengatakan May Day tahun ini merupakan momentum bangsa Indonesia untuk merespon adanya perubahan pasar kerja yang dinamis dan semakin fleksibel, maupun perbaikan ekosistem ketenagakerjaan.

Menurutnya prioritas pembangunan pemerintah tahun 2019 yakni pembangunan SDM. "Saat ini kita membutuhkan SDM berkualitas dengan jumlah yang memadai dan persebaran yang relatif merata di seluruh Indonesia," ujarnya.

Namun Hanif melihat persoalan real yang dihadapi saat pembangunan SDM di tahun ini adalah adanya ketimpangan skill. Persoalan skill tersebut sesungguhnya bukan persoalan pemerintah, tetapi juga masalah bagi serikat pekerja dan pengusaha.

Untuk mengatasi persoalan ketimpangan skill tersebut Pemerintah terus meningkatkan masifikasi pelatihan vokasi.

"Pelatihan vokasi ini dalam rangka memberikan pelatihan soft skill dan hard skill, kepada angkatan kerja kita agar bisa terserap di pasar kerja dan kewirausahaan," ujar Hanif Dhakiri.

Hanif menegaskan pemerintah telah melakukan berbagai upaya dalam meningkatkan kesejahteraan. Misalnya soal pengupahan, dimana kenaikan upah buruh itu dijamin naik dan pasti setiap tahunnya.

Kemudian ada program perumahan pekerja, perluasan jaminan sosial bagi tenaga kerja, baik formal maupun informal, kredit usaha rakyat yang diperuntukkan bagi pekerja.

"Kesejahteraan buruh tidak bisa terus menerus dilihat dari segi upahnya saja, tetapi dilihat dari kemudahan dari akses transportasi, pelatihan, pendidikan, akses permodalan, dan sebagainya," katanya.

Â