Sukses

Waspadai Hujan Deras Selama Awal Mei Akibat El Nino

Banjir dan tanah longsor masih rawan terjadi di sejumlah daerah dalam beberapa hari ke depan.

Jakarta - Banjir dan tanah longsor masih rawan terjadi di sejumlah daerah dalam beberapa hari ke depan. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan, dalam sepuluh hari pertama Mei, terjadi hujan deras berdurasi pendek. Salah satunya akibat fenomena El Nino.

Pada sepuluh hari pertama, wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara akan mengalami curah hujan ringan. Sementara itu, intensitas hujan di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan pulau di ekuator cukup tinggi. Mulai sepuluh hari kedua, curah hujan berkurang di seluruh wilayah Indonesia.

Kabid Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG Miming Saepudin menjelaskan, wilayah Jawa Timur bakal cukup basah. Artinya, curah hujan tinggi. Namun, wilayahnya tidak luas. Hanya bagian tengah hingga utara. "Pagi cerah, siang hingga sore hujan deras yang waktunya hanya dua hingga tiga jam," katanya seperti dikutip dari Jawa Pos, Kamis (2/5/2019).

Akhir April hingga awal Mei merupakan transisi dari musim hujan ke musim kemarau. Di beberapa daerah, curah hujan masih tinggi yang berakibat terjadinya banjir dan tanah longsor. Misalnya di Bengkulu, Sigi, dan beberapa wilayah lain.

Sementara itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan bahwa proses pencarian, penyelamatan, dan evakuasi banjir di Bengkulu terus dilakukan. Hingga saat ini bencana di Bengkulu mengakibatkan 29 korban meninggal dunia. Kemudian, 13 orang hilang, 4 orang terluka, 12 ribu orang mengungsi, dan 13 ribu orang terdampak. Selain itu, 211 ternak mati, 184 rumah rusak, dan 40 titik infrastruktur rusak.

"Sebagian wilayah banjir sudah surut dan meninggalkan sampah dan material yang banyak," kata Kapusdatin dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho.

2 dari 2 halaman

Menelan Korban Jiwa

Di Sigi, Sulawesi Tengah, banjir mengakibatkan satu warga meninggal dan 2.793 orang mengungsi. Sebanyak 36 rumah rusak berat serta 528 rumah terendam banjir dan lumpur. "Tebal lumpur bervariasi, 10 cm hingga 3,5 meter. Perlu penanganan khusus, terutama membersihkan lumpur yang tebal," ungkap Sutopo.

Di bagian lain, Direktur Pengurangan Risiko Bencana BNPB Raditya Jati menjelaskan, tahun depan pemda harus bisa berperan aktif dalam bencana. Salah satunya memberikan informasi mengenai potensi bencana. Untuk itu, diperlukan peta rawan bencana. "Di Jatim itu bagus. Kebencanaan ini jadi indikator kerja pemerintah daerah," ungkapnya.

Secara nasional, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional juga aktif berkoordinasi dengan BNPB jika ada pembuatan peta tata ruang.

Simak berita Jawapos di sini.

 

Video Terkini