Sukses

Guru Besar UGM Ajak Mahasiswa dan Dosen Rajin Menulis

Menurutnya, sudah sewajarnya, bila para dosen atau tenaga pengajar di ribuan kampus yang ada di Indonesia, melahirkan karya tulisan.

Liputan6.com, Jakarta - Meski berlimpah Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta, ternyata minat menulis di Indonesia masih minim. Bahkan di Asean, Indonesia masih di bawah negara tetangga Malaysia dan Singapura.

Menurut Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM), Mudrajad Kuncoro, Indonesia memiliki sekitar 83 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan 3.000 - an Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Namun jumlah tersebut masih kalah dalam publikasi.

"Lantaran kita tidak banyak yang menulis jurnal, buku, artikel dan sejenisnya," tutur dia, saat ditemui seusai memberi pemaparan di Seminar Authorpreneur untuk Kampus Pramita, di Hotel Golden Tulip, Kota Tangerang, Kamis (2/5/2019).

Menurutnya, sudah sewajarnya, bila para dosen atau tenaga pengajar di ribuan kampus yang ada di Indonesia, melahirkan karya tulisan. Bila tidak sempat meriset untuk karya tulisnya, bisa membuat jurnal rangkuman hasil pembelajaran di kelas.

"Misalnya seorang dosen sudah mengajar mata kuliah yang sama selama tiga tahun, itu sudah bisa dijadikan buku jurnal," kata Kuncoro.

Lalu, jangan lupa masukkan juga karya bukunya di aplikasi yang menghubungkannya dengan dunia, seperti Google. Sehingga, nama dosen dan buku yang diciptakan, bisa terdaftar dan diakui sebagai salah satu karya.

Padahal, bila menulis itu ditekuni, bisa menjadi sumber pendapatan yang bayarannya mencapai jutaan rupiah. Seperti dirinya, meski sibuk mengajar dan menjadi Guru Besar UGM, dia masih bisa bisa menulis 52 buku dan ribuan artikel di berbagai media nasional.

 

2 dari 2 halaman

Jadikan Sumber Entrepreneur

Dari kegiatan menulisnya itu, dia mengaku bisa jadi jutawan, dan menjadikannya sumber entrepreneur di era industri 4.0. Sehingga, dosen terutama bagi mereka lulusan S3, tidak hanya mengandalkan gaji sebagai tenaga pengajar, tapi juga dari profesi penulis.

Padahal, Kuncoro mengaku awalnya tidak punya bakat menulis dan memulainya saat dia masih duduk di bangku kuliah semester 4. “Saya tidak punya bakat menulis. Namun, saya memilih untuk langsung menceburkan diri ke kolam renang tanpa menggunakan teori berenang. Jadi tulis dulu apa yang Anda ketahui, baru pelajari bagaimana teori menulis yang baik," katanya.

Makanya, dia mendorong dosen, guru besar di Indonesia untuk rajin menulis jurnal ataupun buku. Perkara best seller atau akan dicetak ulang berkali-kali nantinya, itu bonus. Namun, fokuskan diri untuk berkarya demi ilmu yang sudah digeluti bertahun-tahun.

"Sekarang kan bisa dua, cetak e book atau konvensional. Semua peluang jadi penulis itu terbuka, tinggal berani melangkah mencobanya," kata Kuncoro.