Sukses

6 Hal Terungkap dalam Sidang Lanjutan Ratna Sarumpaet Hari Ini

Dalam sidang kali ini terungkap, Ratna Sarumpaet membuat skenario terkait penganiayaan dirinya.

Liputan6.com, Jakarta - Terduga kasus penyebaran berita bohong atau hoaks Ratna Sarumpaet kembali menjalani sidang hari ini, Selasa (14/5/2019).

Sidang yang digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan itu beragendakan mendengarkan keterangan terdakwa Ratna Sarumpaet.

Saat sidang, Ratna menjelaskan dirinya berada dalam tim pemenangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dalam Pilpres 2019.

Kemudian, ia membeberkan alasannya melakukan kebohongan publik dengan skenario yang telah dibuatnya. Ratna beralasan malu jika mengaku melakukan operasi plastik.

Dia lalu mengirimkan foto wajah yang penuh lebam ke sejumlah orang. Orang pertama yang dikirimkan foto adalah stafnya yang bernama Ahmad Rubangi. Sebelum pulang dari rumah sakit.

Berikut keterangan terdakwa Ratna Sarumpaet dalam sidang lanjutan kasus dugaan penyebaran kabar bohong atau hoaks dihimpun Liputan6.com:

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 7 halaman

1. Skenario Kabar Bohong

Di hadapan majelis hakim persidangan, Ratna Sarumpaet membeberkan rinci awal mula ia membuat skenario bohong hingga operasi plastik.

Semula hakim menanyakan perihal aktivitas Ratna yang berkaitan dengan Pemilihan Presiden 2019. Ratna menjawab posisi dirinya sebagai tim pemenangan di pasangan calon Prabowo-Sandiaga. Lantas, dalam penjelasan tersebut Ratna membeberkan skenario kabar bohong yang dia buat.

Ratna mengawali ceritanya dengan awal mula dirinya mengoperasi plastik. Usia yang terus bertambah dan perubahan pada wajah mendorong Ratna untuk mengambil tindakan medis melalui operasi plastik.

Meski demikian, langkah tersebut rupanya tidak diketahui oleh keluarga, baik anak atau menantunya.

"Saya malu, saya berusaha menutupi. Jadi waktu saya berangkat meninggalkan rumah ke Bina (RS Bina Estetika), saya mengatakan ke Bandung," beber Ratna di persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (14/5/2019).

Tangga 21 September 2018 adalah operasi yang keempat. Ratna berangkat menuju RS Bina Estetika seorang diri dengan menggunakan taksi dari kediamannya di Kampung Melayu, Jakarta Timur.

"Itu operasi yang keempat. Terakhir yang ketiga saya tidak ingat persis," ujar Ratna menjawab pertanyaan hakim mengenai operasi keberapa saat itu.

Hakim terus mencecar Ratna seputar operasi plastik dan menanyakan kapan pertama kali dia mengambil tindakan tersebut.

"Waktu umur 65," jawab Ratna saat disinggung pertama kali operasi plastik.

 

3 dari 7 halaman

2. Kaget dengan Hasil Operasi

Hakim lantas menanyakan perbedaan setiap operasi plastik yang dilakukan Ratna Sarumpaet dari pertama hingga keempat. Hakim juga menanyakan respons keluarga dari perubahan wajah dari setiap operasi tersebut.

"Dokter selalu mengatakan dampak itu berbeda pada setiap orang. Bisa juga pada satu orang tergantung kondisi. Pernyataan itu sudah diingatkan saya enggak perlu komplain," ujar Ratna.

Ratna juga menjelaskan, tindakan operasi pada wajahnya dimulai pada 21 September 2018 sekitar pukul 21.00 WIB. Saat itu, kondisinya memang tidak sadarkan diri karena masih dalam pengaruh obat bius.

Ratna mengatakan, dirinya tersadar ketika tanggal 22 September 2018. Itu sedang berada di ruang perawatan RSK Bedah Bina Estetika, Jalan Teuku Cik Ditiro, Menteng, Jakarta Pusat.

"Itu mata saya masih diperban. Iya (perban baru dibuka 30 jam setelah operasi)," ujar dia.

Ratna langsung melihat ke kaca. Ia kaget melihat kondisinya. Tapi, kata Ratna dokter memberitahukan itu merupakan reaksi operasi.

Tak cuma itu, Ratna juga mengaku berswafoto.

"Begitu saya bisa melihat. Saya foto sendiri," ujar dia.

Mendengar itu, Hakim Joni melontarkan pertanyaan.

"Suka selfie," ucap Joni.

"Iya, untuk bisa membedakan dan saya bisa melihat," jawab Ratna.

 

4 dari 7 halaman

3. Alasan Paling Masuk Akal

Sepanjang operasi tersebut dokter juga menjelaskan dampak dan perbedaan dari setiap operasi. Memang, ada perbedaan mencolok dari operasi terakhir. Ratna Sarumpaet pun terkejut dengan hasilnya.

Lantas, "kenapa dikatakan dianiaya?" tanya hakim.

"Karena bentuk yang merusak, yang paling masuk akal penganiayaan," kata Ratna menjawab pertanyaan hakim.

"Kenapa tidak bilang habis operasi. Kan legal. kecuali gugurkan kandungan?" cecar hakim lagi.

"Mungkin karena saya panik," jawab Ratna lagi.

Tidak berhenti di situ, hakim terus mencecar Ratna mengenai motif Ratna menyebut penganiayaan dan tidak berterus terang kepada keluarga dan kerabatnya.

"Saya enggak tahu kenapa saya begitu. Apa sebab saya mengatakan itu," kata Ratna.

 

5 dari 7 halaman

4. Mulai Kirim Foto

Dalam keterangannya, Ratna Sarumpaet mengakui mengirim foto wajah yang penuh lebam ke sejumlah orang. Orang pertama yang dia kirim foto adalah stafnya yang bernama Ahmad Rubangi. Sebelum pulang dari rumah sakit.

"Itulah pertama kali saya berbohong. Di situ Rubangi tanya kenapa ibu muka seperti itu. Saya bilang saya dipukuli orang," ucap Ratna.

Ratna lalu mengirim kembali foto-foto tersebut ke Rocky Gerung pada tanggal 26 September 2018. Menurut Ratna, saat itu diberi catatan bahwa fotonya bukan konsumsi publik.

"Dia kan aktif di medsos saya berikan catatan off the record atau not for public," ujar Ratna.

Kemudian, 28 september 2018, foto tersebut diperlihatkan ke Said Iqbal sembari meminta mengatur pertemuan dengan Prabowo Subianto untuk membahas dana Papua.

Tak cuma itu, 30 september 2018 juga memberikan foto-foto itu lagi ke Fadli Zon dan ajudan Djoko Santoso. Pada Fadli, dalam pesannya Ratna juga secara khusus memberikan catatan jangan sebar ke publik karena tahu Fadli juga aktif di media sosial

"Saya beri narasi not for public ke Fadli Zon dan Rocky karena mereka aktif di medsos," ujar Ratna.

 

6 dari 7 halaman

5. Setan yang Berbohong

Setan turut diperdebatkan dalam persidangan Ratna Sarumpaet kali ini.

Mulanya, Koordinator Jaksa Penuntut Umum (JPU) pada kasus Ratna Sarumpaet, Daroe Trisadono membahas apa yang dibicarkan terdakwa saat konferensi pers di kediamannya, pada tanggal 3 Oktober 2018 lalu.

Kala itu, Ratna mengaku mendapat bisikan dari setan untuk mengarang cerita bahwa wajahnya lebam karena dipukuli.

Daroe lalu bertanya identitas setan tersebut yang dimaksud. "Setan yang saudara sebutkan saat konpers, apakah memiliki identitas?" tanya Daroe.

Ratna menjelaskan, yang dimaksud setan adalah perbuatan bohongnya.

"Kebohongan yang saya lakukan itu untuk orang seperti saya enggak pernah bohong, itu perbuatan setan," ucap Ratna.

 

7 dari 7 halaman

6. Kirim Banyak Pesan ke Rocky Gerung

Majelis hakim mempertanyakan rentetan pesan Ratna Sarumpaet yang dikirimkan kepada akademisi Rocky Gerung melalui WhatsApp messenger.

"Saudara paling banyak kirim ke Pak Rocky. Kenapa sama Pak Rocky. Apa istimewa Rocky," tanya hakim ke Ratna Sarumpaet, Selasa (14/5/2019).

Ratna pun mengatakan, "Rocky teman dekat."

Hakim mengungkap sejumlah pesan singkat untuk Rocky dari Ratna Sarumpaet. Seperti pada Selasa 25 September 2018 sekitar pukul 20.43 WIB, Ratna juga mengirimkan beberapa foto wajahnya yang lebam dan bengkak kepada saksi Rocky Gerung melalui Whatsapp dengan pesan: '21 September 2018 jam 18.50 WIB. area bandara Bandung' dan pukul 20.44 WIB dengan pesan: 'Not For Public.

Kemudian, pada Rabu 26 September 2018 sekitar pukul 22.24 WIB, Ratna Sarumpaet kembali mengirim berita kepada Rocky Gerung dengan pesan, 'sakit seputar rongga mata, retak di pelipis dan rahang. Tak sepedih kitab terkoyak ditangan kanan manganga'. Lalu pada pukul 22.32 WIB, Ratna juga mengirim beberapa foto wajahnya yang lebam dan bengkak dengan pesan, 'Hari ke 5'.

Hakim bertanya mengenai respons Rocky Gerung.

"Apakah tanggapan Rocky terhadap yang saudara kirim," ujar dia.

"Beliau di Rusia sampai tanggal 1 Oktober 2018. Saya tidak tahu pesan saya dibaca atau tidak karena yang lebih banyak pegang handphone adalah staf saya," ucap Ratna.

Hakim juga bertanya mengenai adakah hubungan antara foto yang penuh lebam dengan pesan-pesan yang ditulis ke Rocky.

"Itu percakapan antar aktivis. Enggak harus, enggak selalu berkaitan. Ya bisa saja berdiri sendiri," ujar Ratna Sarumpaet.