Sukses

Menguak Satu Persatu Misteri Pelaku Mutilasi Malang

Selain menelusuri tempat kejadian, misteri tato di telapak kaki jasad korban diduga mutilasi Malang juga coba dipecahkan.

Liputan6.com, Malang - Masyarakat digegerkan dengan penemuan jasad diduga korban mutilasi di Pasar Besar Malang, Jawa Timur. Awal penemuan jasad berawal dari para pedagang di kawasan pasar tersebut mencium bau yang menyengat.

Setelah dikumpulkan bagian potongan tubuh korban mutilasi tersebut dibawa oleh Unit Inafis Polres Malang Kota. Jasad diduga korban mutilasi ini sudah dibawa ke kamar mayat RS Saiful Anwar untuk kepentingan identifikasi.

Selain menelusuri tempat kejadian, misteri tato di telapak kaki jasad korban juga coba dipecahkan.

Kepolisian menyebutkan, sampai sejauh ini banyak laporan kehilangan anggota keluarganya. Namun kepolisian masih berupaya mengungkap identitas korban.

Polisi pun akhirnya menangkap Sugeng, terduga pelaku mutilasi. Rajah atau tato di telapak kaki korban berjenis kelamin perempuan itu jadi salah satu petunjuk penting mengungkap peristiwa mutilasi.

Berikut fakta-fakta usai penemuan jasad diduga korban mutilasi Malang dihimpun Liputan6.com:

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 6 halaman

1. Jasad Sudah Rusak

Kepolisian terus menyelidiki kasus mutilasi di Pasar Besar Malang, Jawa Timur. Selain menelusuri tempat kejadian, misteri tato di telapak kaki korban juga coba dipecahkan.

Kepolisian menyebutkan, sampai sejauh ini banyak laporan kehilangan anggota keluarganya. Namun kepolisian masih berupaya mengungkap identitas korban.

Kepolisian juga menerjunkan unit anjing pelacak untuk memburu jejak pelaku maupun jejak dan bukti lainnya. Anjing tersebut mulai bekerja sejak di titik awal temuan jasad korban mutilasi itu hingga beberapa puluh meter di lokasi.

"Ini masih butuh pendalaman. Identitas korban belum bisa diketahui karena kondisi jasad sudah rusak," kata Kapolres Malang Kota, AKBP Asfuri di Malang, Rabu, 15 Mei 2019.

Kondisi korban mutilasi sulit dikenali lantaran tubuhnya sudah menghitam. Dan ada kendala untuk pengambilan sidik jari korban. Apalagi tidak ditemukan kartu identitasnya.

 

3 dari 6 halaman

2. Ciri-Ciri Korban

Asfuri menjabarkan, selain memeriksa saksi, polisi juga menerima satu laporan dari keluarga asal Karangploso, Kabupaten Malang. Keluarga ini melapor jika anak perempuan mereka yang baru berusia 15 tahun hilang sejak 27 April silam.

"Sudah kami cocokkan berdasar beberapa ciri awal, tapi belum ada kecocokan," kata Asfuri.

Korban mutilasi itu sendiri diperkirakan berusia 34 tahun dengan tinggi badan sekitar 150 sentimeter. Dugaan awal, perempuan ini berambut pendek. Namun polisi kesulitan menemukan baju terakhir yang dipakai korban.

Di tempat kejadian itu sendiri, terutama di bawah tangga tempat ditemukannya potongan tubuh korban juga banyak tumpukan baju bekas. Namun tidak dapat dipastikan apakah itu ada milik korban, pelaku atau justru peninggalan pemulung.

"Belum ada ciri khusus pada tubuh korban. Ini juga masih akan diotopsi untuk membantu mencari tanda khusus pada korban," tutur Asfuri.

 

4 dari 6 halaman

3. Tato dan Tulisan Masih Misterius

3. Tato dan Tulisan Masih MisteriusAsfuri juga menjelaskan, pihaknya sedang mengidentifikasi tato di telapak kaki diduga korban mutilasi.

"Apakah itu tato baru atau lama dibuat korban, atau dibuat oleh pelaku kami masih belum tahu," ujar Asfuri.

Tato di kedua telapak kaki masing – masing bertuliskan “Sugeng” dan “Wahyu di Gereja Comboran”. Polisi pun sudah datang ke gereja tersebut untuk bertanya apakah ada jamaahnya yang memiliki nama tersebut.

Sedangkan tulisan dalam empat lembar kertas yang ditempel di dinding lokasi kejadian butuh penyelidikan. Apakah ditulis oleh pelaku atau sudah ada sejak lama. Tulisan itu bisa juga dimanfaatkan membongkar kasus ini.

"Tulisan itu bisa dimanfaatkan jika ada orang yang sudah dicurigai, mencocokkan. Tapi ini belum ada mengarah siapa pelakunya," kata Asfuri.

Polisi sudah memeriksa lima orang yakni dua pedagang dan tiga petugas keamanan pasar besar. Mereka adalah orang yang pertama melaporkan temuan jasad korban mutilasi itu pada Selasa, 14 Mei kemarin.

 

5 dari 6 halaman

4. Terduga Pelaku Ditangkap

Polisi menangkap Sugeng, terduga pelaku mutilasi di Malang, Jawa Timur. Rajah atau tato di telapak kaki korban berjenis kelamin perempuan itu jadi salah satu petunjuk penting mengungkap peristiwa yang bikin geger warga dan pedagang di Pasar Besar.

Masing-masing telapak kaki korban mutilasi di Malang memiliki rajah bertuliskan “Sugeng” dan “Wahyu yang Kami Terima dari Gereja Comboran”. Terungkap saat jasad diotopsi di kamar mayat RS Saiful Anwar Malang, Selasa malam, 14 Mei 2019.

Sugeng, pria 49 tahun warga Polehan, Kota Malang jadi terduga pelaku mutilasi. Dia pula yang merajah kedua telapak kaki korban.

Sugeng ditangkap Rabu siang, 15 Mei 2019, di depan Persemayaman Jenasah Panca Budi di Jalan Martadinata, tak jauh dari kawasan Pasar Besar.

"Semua petunjuk mengarah ke Sugeng ini. Sekarang sedang pemeriksaan lanjutan ke terduga pelaku," kata Kapolres Malang Kota, AKBP Asfuri.

Kepada polisi, Sugeng mengaku baru mengenal korbannya 9 hari lalu. Saat berjumpa di sekitar Kelenteng Eng An Kiong di Jalan Martadinta siang hari. Perempuan itu tidak menyebut nama, hanya mengaku berasal dari Maluku.

"Pengakuan pelaku, saat pertemuan itu perempuan tersebut mengaku sedang sakit," ujar Asfuri.

Sugeng membawa perempuan itu ke lantai 2 bekas gedung Matahari di Pasar Besar siang itu juga. Masih pengakuan terduga pelaku ke polisi, sosok yang baru dikenalnya itu kemudian meninggal dunia sekitar pukul 17.00. Jasadnya ditinggal di bawah tangga.

Tiga hari kemudian, pelaku memutilasi jasad korban menggunakan sebuah gunting berukuran besar. Sekaligus merajah tulisan di kedua telapak kaki korban dengan alat sol sepatu dan tinta pulpen. Pengakuan pelaku, semua sesuai pesan perempuan itu sebelum meninggal.

"Serta mendengar ada bisikan. Itu keterangan pelaku ke kami, tapi masih harus didalami lagi," ujar Asfuri.

Polisi membutuhkan serangkaian pemeriksaan lanjutan untuk mengungkap detail kasus ini. Melibatkan psikiater, memeriksa kondisi kejiwaan terduga pelaku.

Serta menunggu hasil pemeriksaan laboratorium forensik dan otopsi jasad korban mutilasi di Malang ini. "Kami juga harus memastikan apa penyebab korban meninggal dunia sebelum dimutilasi oleh terduka pelaku," tutur Asfuri.

 

6 dari 6 halaman

5. Kronologi Penangkapan Sugeng

Rajah di telapak kaki jadi faktor penting pengungkapan peristiwa ini. Malam hari usai temuan itu, polisi mengidentifikasi nama-nama Sugeng yang ada di kawasan Pasar Besar. Termasuk mendatangi sebuah gereja di kawasan Pasar Comboran guna mengecek nama itu.

"Pengurus gereja menyebut ada seorang jemaat bernama Sugeng tinggal di Kelurahan Polehan," kata AKBP Asfuri.

Polisi kemudian menuju alamat yang dimaksud. Warga membenarkan ada pria bernama Sugeng pernah indekos di salah satu rumah. Di rumah itu pula ditemukan tulisan tangan yang isinya serupa dengan empat tulisan misterius di lembaran kertas di tempat kejadian.

"Warga memberikan ciri-ciri pria bernama Sugeng itu. Siang kami melanjutkan pelacakan itu," ujar Asfuri.

Rabu pagi, unit anjing pelacak tiba di tempat kejadian. Mengendus temuan baju yang diduga milik pelaku. Anjing bergerak hingga ke halaman Persemayaman Jenasah Panca Budi di Jalan Martadinata, tidak jauh dari kawasan Pasar Besar. Situasi saat itu sepi.

"Anggota kami kembali ke tempat itu, melihat ada orang tiduran dengan ciri yang sudah kami kantongi. Memanggil nama Sugeng dan ternyata pria itu menoleh," ucap Asfuri.

Polisi segera menangkap Sugeng sekitar pukul 13.30 WIB. Membawanya kembali ke lokasi temuan jasad korban mutilasi di Malang. Setelah serangkaian pemeriksaan, pelaku mengakui perbuatan mutilasi itu.