Liputan6.com, Jakarta - Polisi menduga kerusuhan 22 Mei 2019 sudah terencana. Ini dikuatkan dengan pengakuan perusuh yang mengaku mendapatkan imbalan untuk ikut dalam aksi itu. Polisi juga menemukan uang puluhan juta yang sudah dibagi-bagi dalam amplop, diduga untuk bayaran perusuh.
Mantan aktivis 1998 Adian Napitupulu menilai, banyak cara yang bisa dilakukan oleh kepolisian untuk mengungkapkan dalang kerusuhan 22 Mei 2019 kemarin. Terlebih, dengan teknologi dan sumber daya yang dimiliki Polri pada saat ini.
"Ada banyak cara yang bisa dilakukan oleh polisi untuk mengusut siapa dalang kerusuhan tersebut, antara lain melalui pengakuan ratusan orang yang di tangkap di lapangan, bukti bukti di lapangan, rekaman video, rekaman CCTV, aliran dana, kendaraan pengangkut dan sebagainya. Dengan teknologi dan sumber daya yang dimiliki tentunya polisi mampu mengumpulkan semua bukti-bukti itu," ucap Adian, Jakarta, Senin (27/5/2019).
Advertisement
Menurut dia, yang sulit bukanlah mengumpulkan bukti-bukti melainkan keberanian polisi untuk mengungkap dalang kerusuhan 22 Mei sesungguhnya.
"Untuk mengusut dan mengumpulkan bukti-bukti dibutuhkan teknologi, pengetahuan, kecermatan dan sumber daya manusia, tetapi untuk mengungkap siapa dalangnya, maka yang dibutuhkan adalah keberanian luar biasa," ungkap Adian.
Politikus PDIP ini berharap, kepolisian memiliki keberanian untuk mengungkap dalang kerusuhan 22 Mei tersebut. Pengungkapan itu sungguh menjadi sangat penting dan berharga bagi perjalanan bangsa ini ke depan, untuk mencegah berulangnya peristiwa yang sama di kemudian hari.
"Di sisi lain, kecepatan polisi untuk mengungkap siapa dalang sesungguhnya menjadi sangat penting untuk mencegah spekulasi spekulasi liar dan fitnah yang asal tuduh sana-sini tanpa dasar terlebih lagi bila ditambah gorengan dan bumbu hoaks dari kepentingan politik," jelas Adian.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Temuan Polisi
Kerusuhan 22 Mei di Jakarta tak hanya terjadi di sekitar Gedung Bawaslu, Jalan MH Thamrin. Kerusuhan sempat meluas ke wilayah Petamburan dan Slipi, Jakarta Barat
Polisi menegaskan, massa aksi di Slipi dibayar untuk buat kerusuhan usai Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan hasil Pemilu 2019. Penegasan itu berdasarkan pengakuan mengejutkan salah satu pelaku berinisial F (15), warga Lubang Buaya, Jakarta Timur.
"Saya itu diajak, dari media sosial. Saya dapat Rp 100 ribu sama makan buka puasa," ujarnya saat ditemui di Mapolres Metro Jakarta Barat, ditulis Jumat (24/5/2019).
Katanya, dirinya bersama empat orang lainnya berangkat ikut aksi 22 Mei berdasarkan seruan seseorang yang mengaku Habib di media sosial. "Nama akunya Habib gitu, saya berangkat cuma pakai pakaian koko, belum dibayar nanti bayarnya katanya. Saya hanya diajak," ujarnya.
Hal ini juga ditegaskan seorang warga Slipi berinisial I (55). Dia mengaku sempat bertanya kepada salah seorang pelaku kerusuhan.
"Saya tanya, Pak ke sini siapa suruh. Dia jawab kalau ada yang nyuruh dan dibayar Rp 300 ribu," kata I.
Dalam hal ini, I sempat menyarankan agar massa aksi 22 Mei pulang ke rumah masih-masing. Mengingat, saat ini bulan puasa dan sebentar lagi lebaran.
Sementara itu jajaran Polres Metro Jakarta Barat menemukan uang Rp 20 juta dari sejumlah amplop. Uang tersebut rencananya diduga akan diberikan sebagai imbalan kepada para pelaku.
Kapolres Metro Jakarta Barat Kombes Hengki Haryadi menegaskan, masing-masing para perusuh itu akan menerima imbalan sebesar Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribu per orang.
"Ini kita sita semua dari tersangka dan ada berita acaranya dan diakui oleh tersangka dalam BAP bahwa telah menerima uang dari seseorang," kata Hengki.
Hengki mengatakan, saat ini pihaknya masih menyelidiki siapa oknum yang menjadi dalang dan membayar para pelaku kerusuhan ini. "Masih kita dalami ya dalangnya, masih kita cari," Hengki memungkasi.
Advertisement