Sukses

6 Temuan Baru Polisi Terkait Bom Kartasura

Kedua orangtua terduga pelaku bom bunuh diri sempat dibaiat untuk ikut sebagai pelaku teror bom namun menolak.

Liputan6.com, Jakarta - Polisi terus melakukan penyelidikan usai bom bunuh diri yang meledak di pos polisi (Pospol) Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah pada Senin, 3 Juni 2019 malam.

Terduga pelaku bom bunuh diri berinisial RA yang sempat kritis pun sudah mulai bisa berkomunikasi. Polisi bergerak cepat dengan melakukan penggeledahan di rumahnya yang berada di Krangan Kulon RT 1 RW 2, Wirogunan, Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah.

Setelah menggeledah rumah terduga pelaku, sejumlah barang pun ditemukan di sana. Tak berhenti sampai disitu, polisi berhasil menemukan sejumlah penemuan-penemuan baru.

Salah satunya, menurut Kapolda Jawa Tengah Irjen Rycko Amelza Dahniel, bomber merupakan pelaku tunggal.

Selain itu, diketahui juga jika kedua orangtua terduga pelaku bomber sempat dibaiat untuk ikut sebagai pelaku teror bom namun menolak.

Berikut 6 penemuan baru polisi terkait kasus bom bunuh diri di Pospol Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah dihimpun Liputan6.com:

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 7 halaman

1. Pelaku Tunggal

Kapolda Jawa Tengah Irjen Rycko Amelza Dahniel mengatakan, bomber Pos Pantau Polres Sukoharjo di simpang Kartasura, RA (22), merupakan pelaku tunggal.

"Pelaku tunggal, tidak masuk jaringan teroris yang selama ini dipantau Polri," kata Rycko usai melaksanakan Salat Idul Fitri di Semarang, Rabu (5/6/2019) seperti dilansir Antara.

Ia juga memastikan, RA yang terluka saat peristiwa ledakan bom di depan pos Kartasura itu sebagai pelaku pengeboman. Hal tersebut didasarkan atas kesamaan jenis bahan peledak di lokasi kejadian dengan yang ditemukan di rumah pelaku saat penggeledahan.

 

3 dari 7 halaman

2. Dibaiat Sejak 2018

Rycko juga menjelaskan, pelaku bom bunuh diri itu terpapar terhadap ajaran radikalisme berawal pada 2018. Ia menjelaskan pelaku aktif berkomunikasi dengan pimpinan ISIS di Suriah dengan menggunakan media sosial.

"Akhir 2018 ini pelaku dibaiat," tambah dia.

Sebagai pelaku tunggal yang tidak masuk dalam jaringan, kata dia, pelaku bom bunuh diri di pos pantau Kartasura itu dibaiat sendiri dan belajar membuat bom sendiri. Ia menuturkan, RA yang sudah merencanakan aksinya sejak 2018 lalu itu memang mengincar polisi.

"Sudah direncanakan sejak 2018, atas perintah imamnya," kata Rycko.

4 dari 7 halaman

3. Orangtua Hampir Dibaiat

Rycko juga menyebut kedua orangtua RA (22), bomber Pos Pantau Polres Sukoharjo di simpang Kartasura, sempat diajak ikut dibaiat untuk ikut sebagai pelaku teror bom namun menolak.

"Kedua orangtuanya sempat diajak, namun menolak," kata Rycko.

Menurut dia, kedua orangtua pelaku mengetahui aktivitas yang dilakukannya dan bahkan sempat memperingatkannya. Anak pasangan Muhtadi dan Sukinem itu diketahui aktif berkomunikasi melalui media sosial dengan pimpinan ISIS di Suriah sejak 2018.

Setelah dibaiat pada akhir 2018, lanjut dia, pelaku memiliki motivasi untuk melaksanakan perintah jihad.

Saat ini, bomber pos polisi Kartasura masih dalam penahanan dan perawatan di Rumah Sakit Prof Awaludin Djamin atau RS Bhayangkara, Kota Semarang.

Kepada para orangtua, Kapolda mengimbau untuk terus mengingatkan kepada anaknya tentang bahaya radikalisme.

 

5 dari 7 halaman

4. Operasi Gagal

Kapolri Jenderal Tito Karnavian meyakini pelaku bom Kartasura, Solo, Jawa Tengah, RA melakukan aksinya sendiri dan tidak terafiliasi jaringan teroris.

Mantan Kapolda Metro Jaya itu menjelaskan, berdasarkan sejumlah pengalaman, pelaku yang tergabung dalam jaringan teroris biasanya beraksi dengan bom berdaya ledak besar.

"Bomnya (RA) kita lihat itu tidak sempurna. Kalau dia sempurna, pasti meledak besar. Ini kan tidak meledak besar. Dia terluka, tapi masih bisa hidup," kata dia di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (5/6/2019).

Selanjutnya, Tito menambahkan bahwa aksi pelaku bom Kartasura yang dilancarkan RA terbilang kurang profesional, malah bisa dianggap gagal.

"Operasinya relatif gagal. Karena apa? Karena yang kena dia sendiri. Padahal, dia mau nyerang pos polisi, tapi meledak di luar pos," ungkap mantan Kapolda Papua tersebut.

Walaupun memiliki kesimpulan awal tentang kejadian nahas tersebut, tetap saja, Tito tidak mau berspekulasi.

"Semua sudah kami kerahkan untuk mencoba mendalami jaringannya," ucap Tito.

6 dari 7 halaman

5. Beli Bom Pakai Uang Orangtua

Polisi mengungkap pelaku bom bunuh diri di Kartasura membeli bahan-bahan peledak sejak 2018. Dia membelinya sedikit demi sedikit.

Berdasar pengakuan tersangka, komponen itu dibeli dari uang yang dimintanya dari orangtua.

"Beli komponen dari uang minta orang tua, belinya dicicil," kata Kapolda Jawa Tengah Irjen Rycko Amelza Dahniel di Semarang, Rabu (5/6/2019) seperti dilansir Antara.

Menurut dia, komponen bom yang ditemukan di lokasi kejadian sama persis dengan komponen yang diamankan polisi saat menggeledah rumah pelaku di Kranggan Kulon, Wirogunan, Kabupaten Sukoharjo. Salah satunya bubuk mesiu.

Dia menegaskan bom Kartasura yang dirakit pelaku berdaya ledak rendah atau low explosivedengan bahan baku black powder.

"Diledakkan secara manual," kata Rycko.

7 dari 7 halaman

6. Belajar dari Internet

Pelaku bom bunuh diri juga diketahui belajar sendiri tentang cara membuat bahan peledak dan diaplikasikan sendiri di rumahnya. Dia mendapatkan bahan-bahan pembelajarannya dari internet.

Dia menambahkan, RA merupakan pelaku tunggal yang tidak terkait dengan jaringan teroris manapun.

Pelaku dibaiat pada akhir 2018 setelah intensif berkomunikasi dengan pimpinan ISIS di Suriah melalui media sosial.

Ledakan diduga bom bunuh diri mengguncang Pos Pantau Polres Sukaharjo di persimpangan Kartasura pada Senin (3/6/2019) malam.