Liputan6.com, Jakarta - Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta (UPNVJ) membuka jalur khusus pendaftaran bagi YouTuber atau Content Creator. Namun kebijakan tersebut rupanya menuai polemik. Salah satunya penilaian terkait menurunnya kualitas standar integritas kampus. Ini penjelasan pihak rektorat terkait kebijakan jalur khusus tersebut.
Wakil Rektor 1 UPNVJ, Anter Venus, mengatakan penilaian yang beredar di masyarakat adalah penilaian yang salah. Dibukanya jalur prestasi untuk YouTuber content creator (YCC) justru meningkatkan kualitas universitas.
"Yang berpendapat begitu biasanya hanya baca kulitnya saja, hanya isunya saja. Substansinya hilang. Sebaliknya justru kita meningkatkan kualitas kita karena yang kita rekrut adalah para kreator. Mencipta itu tidak mudah. Content creator yang kita rekrut punya syarat yang panjang dan mekanisme pengujian yang ketat. Untuk sementara alokasi hanya dua persen dari jalur prestasi," ujar Anter saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (19/6/2019).
Advertisement
Dia menambahkan, komentar-komentar yang beredar di masyarakat merupakan persepsi subjektif. Bagi Anter, akademisi seharusnya memberikan penilaian yang objektif atau didasarkan pada data dan fakta.
"Kalau ditelusuri datanya lewat website penerimaan mahasiswa baru UPNVJ, maka jelas mekanisme pembuktian prestasi content creator ini tidak sembarangan. Kami sangat serius melihat kualitas YCC yang akan kami terima,"Â Anter menegaskan.
Sebelumnya, UPNVJ mengeluarkan pengumuman No. 32/UN61/PG/2019 tentang penerimaan mahasiswa baru program sarjana jalur seleksi mandiri Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta (SEMA UPNVJ) tahun 2019 yang membuat ramai di khalayak masyarakat.
Bagi Anter, dibukanya jalur masuk tersebut merupakan niat yang luhur karena bertujuan mencerdaskan anak-anak bangsa, khususnya yang memiliki kreativitas tinggi dan jiwa wirausaha.
"Mereka adalah bagian generasi muda yang akrab dengan dunia digital, yang mindset-nya sudah era digital. Mereka punya potensi besar untuk maju. Tugas universitas itu ikut mengembangkan kapasitas, karakter, termasuk kreativitas mereka. Mereka akan jauh lebih kontributif apabila mendapat pondasi keilmuan tertentu yang bisa mereka kembangkan dengan potensi dan kompetensi mereka sebagai konten kreator " tuturnya.
Â
10 Ribu Subscriber
Venus mengaku, pihak UPNVJ pada awalnya membuka jalur prestasi untuk content creator di platform media apa pun. Namun, hal itu terlalu luas, sehingga pihaknya memilih platform YouTube sebagai sasaran.
Pemilihan platform YouTube sebagai sasaran bukan tanpa alasan. Hal itu didasarkan data dari We Are Social Report 2019, sebanyak 57 persen masyarakat Indonesia menggunakan media sosial dan sebanyak 88 persen dari pengguna media sosial tersebut menggunakan platform YouTube. Indonesia diketahui mendapatkan peringkat ketiga pengakses media sosial tertinggi dengan rata-rata waktu yang dihabiskan sebanyak 3 jam 23 menit per hari.
Selain karena banyaknya pengguna YouTube, Venus mengemukakan pertimbangan penting lain dibukanya jalur prestasi khusus YouTuber. Menurut dia, secara akademis YCC memiliki level tertinggi dalam belajar, yakni create (mencipta).
"Menurut taksonomi bloom/anderson level belajar itu ada enam, yakni dari mengingat, menjelaskan, lalu menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan terakhir mencipta atau create. Jadi kalau kita merekrut content creator artinya kita merekrut orang yang terbiasa belajar dengan gaya High Order Thinking Skill/level belajar tingkat tinggi. Para content creator ini. Adalah orang yang punya kecerdasan kata (intelengence of words) dan intelegence of visual," tuturnya.
Menurut dia, pencapaian 10.000 subscriber merupakan angka yang tinggi dan menjadi prestasi luar biasa.
"Sebagai pembanding Anda lihat saja puluhan channel yang dimiliki UPN, humas UPN saja subscriber-nya hanya 730, sedangkan channel public health milik fikes dengan total 23 video hanya memiliki 39 subscriber," Venus menandaskan.
Â
Reporter:Â Firda Suci Fahrunnisa
Advertisement