Sukses

Dirjen PFM: Pendamping Kube Diharapkan Jeli Memilih Jenis Usaha

Sebanyak 306 pendamping yang baru direkrut diberikan pelatihan melalui Bimbingan Pemantapan Pendamping Kube Program Penanganan Fakir Miskin Wilayah III.

Liputan6.com, Jakarta Sebanyak 306 pendamping yang baru direkrut diberikan pelatihan melalui Bimbingan Pemantapan Pendamping Kube Program Penanganan Fakir Miskin Wilayah III.

Direktur Jenderal (Dirjen) PFM Andi ZA Dulung meminta seluruh pendamping memanfaatkan pembekalan tersebut sebaik mungkin.

Selain itu ia berpesan, peserta pembekalan diminta aktif mendiskusikan berbagai potensi daerah masing-masing agar bisa menjadi lahan usaha yang dikelola oleh anggota Kelompok Usaha Bersama (KUBE).

"Mohon bertanya dan konsultasi pengalaman di lapangan," kata Andi, saat membuka acara pemantapan di Hotel Mercure Ancol, Jakarta, Rabu (19/6/2019).

Perlu diketahui, KUBE merupakan salah satu andalan Kemensos dalam mengentaskan kemiskinan. Program tersebut mengajak para penerima bantuan membuka usaha mikro untuk  menambah penghasilan.

"Kita sebagai fasilitator memberikan pancingan agar mereka (penerima bantuan sosial/bansos) bisa mandiri," katanya.

Mengenai KUBE, Andi melanjutkan ada berbagai acuan yang bisa dijadikan tolok ukur keberhasilan KUBE, di antaranya berkurangnya penerima bansos yang diberikan pemerintah.

Pasalnya, semua anggota KUBE juga menerima program sosial lain dari pemerintah, seperti Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).

"Kalau mereka (penerima bansos) lulus, mereka tidak menerima PKH," katanya.

Andi menyebutkan, hingga saat ini sudah banyak penerima bansos yang lulus dan tak menerima bantuan. Bahkan, ada yang bisa keluar dari garis kemiskinan tanpa KUBE.

"Mereka mengumpulkan bantuan yang diberikan, lalu membuka usaha kecil-kecilan, dan berhasil keluar dari garis kemiskinan," kata Andi.

Andi menekankan bahwa peran para pendamping sangat penting dalam menyukseskan program ini. Pendamping dituntut jeli memilih jenis usaha, terutama produk yang laku di pasaran dan proses produksi singkat.

"Jadi kita harus melihat, mana yang instan. Seperti peternakan ayam itu cepat. Dalam waktu tiga bulan sudah bisa dijual telurnya atau ayamnya. Kalau sapi itu termasuk tidak memungkinkan karena minimal setahun baru bisa dijual," ujar dia.

 

Hal senada disampaikan oleh Sekretaris Ditjen PFM Kemensos MO Royani. Ia mengatakan, kemampuan pendamping sangat berpengaruh terhadap keberhasilan KUBE.

"Pada saat kami mengevaluasi pendamping KUBE, ternyata diketahui bahwa keberadaan pendamping ini sangat signifikan. Keberhasilan pelaksanaan KUBE dan Rutilahu (rumah tidak layak huni) bergantung pada keberadaan serta peserta dalam menjalankan tugas dan fungsinya," kata Royani.

 

Nantinya, dalam pendampingan ini Ditjen PFM akan memberikan pembekalan penuh kepada pendamping, mulai dari proses perencaan hingga penyampaian laporan program KUBE. Hal itu dilakukan agar para pendamping bisa menjalankan tugasnya dengan baik.

Selain itu, Royani menyampaikan ada beberapa hal baru yang diterapkan dalam penyaluran bantuan KUBE mendatang. Salah satunya, kualifikasi penerima bantuan, yaitu orang atau kelompok yang sudah memiliki kegiatan atau usaha sehingga mereka hanya membutuhkan bantuan penambahan modal atau keterampilan usaha.

"Dan inovasi tersebut antara lain memerlukan pendamping yang mempunyai kualifikasi tertentu untuk menjamin KUBE agar sesuai dengan semestinya. Artinya, ada aktivitas baru yang menghasilkan income baru," ujar dia.

 

(*)