Liputan6.com, Jakarta - Partai Keadilan Sejahtera (PKS) kemungkinan akan menjadi oposisi bagi pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin yang dimulai pada Oktober mendatang.
Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera berharap, partai pengusung pasangan calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno, tetap bersama-sama sebagai kubu penyeimbang.
Baca Juga
"Harapannya sama dengan Gerindra, rekan-rekan PAN, Demokrat, Berkarya yang selama 9-10 bulan sudah membangun chemistry kita lanjutkan, dan ini juga baik," kata Mardani di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (1/7/2019).
Advertisement
Salah satu alasan PKS ingin menjadi oposisi, menurut Mardani, pemilih PKS ingin menjadi bagian antitesa pemerintahan Jokowi.
"Dia ingin menjadi antitesa dari pemerintahan pak Jokowi," ucapnya.
Meski demikian, Mardani mengatakan, tidak akan intervensi terhadap partai lain agar tetap menjadi oposisi. Namun, PKS ingin memanfaatkan ruang publik untuk mempengaruhi partai lainnya.
"Kami bicara di ruang publik, ayo semua rekan-rekan koalisi 02 kita sudah bubar, kita bertransformasi jadi koalisi, kita sama-sama bangun negeri ini walaupun jadi oposisi tapi tetap itu pekerjaan yang mulia," kata Mardani.
Sementara itu, PKS sendiri belum memutuskan akan mendeklarasikan diri sebagai oposisi. "Kalau resminya menunggu musyawarah Majelis Syuro PKS tetapi saya pribadi oposisi kritis dan konstruktif pilihan paling rasional dalam kondisi sekarang," ucapnya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Tak Harus Berkoalisi
Â
Sementara, Anggota Dewan Penasihat Partai Gerindra Muhammad Syafi'i juga mengaku lebih condong melihat partainya menjadi oposisi pemerintahan Joko Widodo. Dia pun tidak masalah menjadi oposisi tunggal jika memang tak ada partai lain yang mengambil posisi serupa. Sebab, sebagai oposisi tidak harus bergabung dengan partai lain.
"Ya sebenarnya kan oposisi itu tidak mesti bergabung dengan partai-partai lain, gabungan oposisi itu kan kalau partai lain juga memposisikan dirinya sebagai partai oposisi," ujar Syafi'i di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (1/7/2019).
Pada prinsipnya, ucap dia, Gerindra jika memutuskan beroposisi tidak harus mengajak partai lain.
"Kita beroposisi sendiri, tapi kalau nanti kemudian ternyata PKS juga oposisi, berarti kita punya positioning yang sama, kalau kemudian PAN juga mungkin oposisi," kata Syafi'i
"Tapi kalau kemudian kita baru beroposisi ketika mendapat dukungan dari partai yang lain, saya kira itu oposisi yang lucu juga," kata dia.
Menurut Syafi'i, Gerindra tidak mengajak PKS, PAN, yang sebelumnya bersama mengusung pasangan calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno, menjadi oposisi.
"Kalau itu tentu hak dan kebijakan masing-masing, mungkin bisa ditanyakan pada PKS, PAN dan partai lain," kata dia.
Reporter: Ahda Bayhaqi
Sumber: Merdeka
Advertisement