Liputan6.com, Bandung: Peristiwa jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100, Rabu (9/5), di lereng Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat, mengingatkan Kapten Muhammad Masykoer akan kejadian di masa silam.
Masykoer adalah salah satu korban selamat jatuhnya pesawat Merpati Nusantara Airlines di Gunung Tinombala, Sulawesi Tengah, pada 29 Maret 1977. Kejadian tersebut sempat diangkat ke layar perak dalam Operasi Tinombala. Film yang dibintangi Kusno Sudjarwadi, Pong Hardjatmo, Drg Fadly, dan Wolly Sutinah ini mengisahkan upaya tim SAR mengevakuasi para korban, juga gambaran keluarga korban yang menanti penuh harap.
Pesawat Merpati rute Manado-Palu-Tolitoli yang jatuh tersebut membawa tiga awak dan 20 penumpang. Belakangan, saat dievakuasi 13 di antaranya ditemukan meninggal dunia.
Salah satu korban selamat adalah Masykoer yang saat kejadian bertugas sebagai kopilot. Saat pesawat menghempas lereng di ketinggian 2.135 meter, ia terlempar keluar.
Selama enam hari menelusuri hutan bersama dua korban selamat lain, Masykoer akhirnya berhasil mencapai desa untuk mengabarkan kecelakaan tersebut. Lokasi jatuhnya pesawat Twin Otter itu baru diketahui tim SAR pada hari ke-8. Pada hari ke-10, para korban baru berhasil dievakuasi. Nyawa belasan korban luka berat pun akhirnya tak tertolong.
Mengenai peristiwa jatuhnya Sukhoi pekan silam, Masykoer berharap masyarakat bersabar dan dapat menahan diri untuk tidak beropini. Sebab, terus membicarakan penyebab jatuhnya pesawat tanpa sumber yang jelas hanya akan kian melukai hati keluarga korban. (YUS)
Masykoer adalah salah satu korban selamat jatuhnya pesawat Merpati Nusantara Airlines di Gunung Tinombala, Sulawesi Tengah, pada 29 Maret 1977. Kejadian tersebut sempat diangkat ke layar perak dalam Operasi Tinombala. Film yang dibintangi Kusno Sudjarwadi, Pong Hardjatmo, Drg Fadly, dan Wolly Sutinah ini mengisahkan upaya tim SAR mengevakuasi para korban, juga gambaran keluarga korban yang menanti penuh harap.
Pesawat Merpati rute Manado-Palu-Tolitoli yang jatuh tersebut membawa tiga awak dan 20 penumpang. Belakangan, saat dievakuasi 13 di antaranya ditemukan meninggal dunia.
Salah satu korban selamat adalah Masykoer yang saat kejadian bertugas sebagai kopilot. Saat pesawat menghempas lereng di ketinggian 2.135 meter, ia terlempar keluar.
Selama enam hari menelusuri hutan bersama dua korban selamat lain, Masykoer akhirnya berhasil mencapai desa untuk mengabarkan kecelakaan tersebut. Lokasi jatuhnya pesawat Twin Otter itu baru diketahui tim SAR pada hari ke-8. Pada hari ke-10, para korban baru berhasil dievakuasi. Nyawa belasan korban luka berat pun akhirnya tak tertolong.
Mengenai peristiwa jatuhnya Sukhoi pekan silam, Masykoer berharap masyarakat bersabar dan dapat menahan diri untuk tidak beropini. Sebab, terus membicarakan penyebab jatuhnya pesawat tanpa sumber yang jelas hanya akan kian melukai hati keluarga korban. (YUS)