Liputan6.com, Jakarta - Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengungkapkan, banyak perwira menengah berpangkat komisaris besar (kombes) rebutan naik pangkat menjadi brigadir jenderal (brigjen). Dia menyebut, terdapat 400 kombes yang masih mengantre untuk jadi bintang satu.
Tito menyampaikan hal itu dalam acara wisudawan purna bakti perwira tinggi Polri di auditorium PTIK-STIK, Jl Tirtayasa, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (17/7/2019).
Baca Juga
"Kepangkatan seolah-olah menjadi ukuran atas performance, achievement, ya ini yang kombes pasti mati-matian menjadi brigjen, terjadi bottleneck yang sangat tinggi saat ini, bagaimana 400 orang lebih berkompetisi mendapatkan bintang satu yang jumlahnya dua atau tiga orang perbulan," kata dia.
Advertisement
Tito kemudian menceritakan, bahwa tak sedikit pangkat melati tiga mencari dukungan dan mengeluarkan uang supaya naik menjadi bintang satu. Menurutnya, ini menjadi rahasia umum.
"Kita tahu polri ini kita diajari intelijen dari dulu termasuk dalam kemampuan penggalangan, jadi galang menggalang ke sana ke mari bergerak manuver ilmunya kita termasuk manuver ke sana kemari juga untuk mendapatkan bintang satu minimal," kata Tito Karnavian.
"Ditambah lagi banyak juga yang punya logistik, udah galang, logistik lagi, nah itulah yang saya rasakan sebagai Kapolri, Pak Wakapolri juga paham mungkin bagaimana titipan, tekanan dan seterusnya," sambungnya.
Eks Kepala BNPB juga dilema terkait kombes yang berbeda angkatan. Menurutnya, kadang yang junior lebih dipertimbangkan naik bintang satu lantaran semangat bekerjanya lebih baik.
"Yang repot adalah yang kombes-kombes senior ini rata-rata mohon maaf mungkin bagian tengahnya, yang junior-junior ini bagian atas puncaknya mereka di dalam grade sosiometri mereka, idealis mereka masih tinggi keinginannya sangat kuat sangat bekerja, organisasi otomatis akan mencari mana yang terbaik untuk mendukung," tutur Tito.
Penumpukan Perwira
Lebih lanjut, Tito menceritakan dampak dari menumpuknya status perwira menengah yang tak kunjung naik perwira tinggi. Menurutnya, hal ini disebabkan banyaknya taruna akademi akpol yang terus meningkat, puncaknya di angkatan 1988.
"Yang membuat angkatan crowded angkatan 88, 88 a dan 88 b, mohon maaf untuk temen-temen angkatan 88, karena ini dua angkatan hampir 400 orang, sama banyak, tapi dampaknya lebih ke sekarang ini, saya merasakan betul," tandas Tito.
Reporter:Â Muhammad Genantan Saputra
Sumber: Merdeka
Advertisement