Sukses

Jalan Panjang Seleksi Capim KPK

Kamis 18 Juli 2019, babak baru seleksi capim KPK dimulai. Uji kompetensi ini merupakan seleksi kedua dari rentetan tes yang masih panjang.

Liputan6.com, Jakarta - Pusdiklat Kementerian Sekretaris Negara, Cilandak, Jakarta, riuh Kamis, 18 Juli 2019 pagi. Sebanyak 188 orang bersiap untuk mengikuti seleksi calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (capim KPK).

Sejak pukul 07.00 WIB, kandidat yang berasal dari berbagai latar belakang itu bergiliran melakukan registrasi. Sejam kemudian, mereka mulai masuk ruangan "panas" tersebut dan duduk sesuai dengan nomor urutnya.

 

Ketua Pansel Capim KPK Yenti Garnasih duduk di bagian depan. Dia kemudian menjelaskan aturan main kompetisi tersebut.

Setelah ujian dimulai, para peserta khusyuk menatap layar laptop, memutar otak untuk mencari jawaban yang benar dalam setiap pilihan ganda. Ada 70 soal yang harus mereka kerjakan.

Lalu, pada tes kedua, mereka diminta membuat makalah terkait permasalahan korupsi di Indonesia.

"Bagaimana kita berantas mencegah korupsi di Indonesia dan segala permasalahannya. Jadi, kita ingin menggali, sejauh mana mereka memahami permasalahan-permasalahan korupsi di Indonesia," kata Yenti di Pusdiklat Setneg, Jakarta Selatan, Kamis.

Pengamatan Liputan6.com, uji kompetensi capim KPK ini berlangsung ketat. Sembarang orang tak boleh masuk ke area sekitar tempat tes itu, apalagi ke ruangannya.

"Ini steril mas," kata salah satu petugas.

Uji kompetensi ini merupakan seleksi kedua dari pemilihan komisioner KPK. Hasilnya, baru diketahui pada Senin 22 Juli 2019.

Bagi yang lolos, akan mengikuti psikotes pada 28 Juli 2019. Pansel akan melakukan profile assessment dan sejumlah tes lainnya.

Tak cukup sampai di situ, Pansel Capim KPK juga akan melakukan uji publik yang bekerja sama dengan media massa. Terakhir, pansel akan menggelar tes wawacancara.

"Insyaallah di akhir Agustus kita selesai tinggal kita serahkan Presiden kalau di rundown gitu. 2 September 2019 serahkan ke Presiden," lanjut Yanti.

 

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

4 Orang Gugur dan Pesimisme Capim KPK

Pada seleksi tahap II kemarin, ada 4 orang yang dinyatakan gugur karena tidak hadir. Sedianya, capim KPK yang akan menjalani uji kompetensi berjumlah 192 orang. 

"Dua orang tanpa keterangan, satu terlambat. Sedangkan satu orang mengundurkan diri. Dia Wakapolda Jawa Barat Brigjen Akhmad Wiyagus," kata Yenti.

Sementara, salah satu peserta yang hadir pada seleksi itu adalah Wakil Ketua KPK Laode Muhammad Syarif. 

Namun, pengalaman menjadi Wakil Ketua KPK tak lantas memudahkan langkahnya untuk maju kembali. Dia tetap mengikuti tes yang sama dengan capim KPK lainnya.

Dia justru mengaku kesulitan menjawab sejumlah pertanyaan.

"Multiple choice agak susah, apa namanya itu mirip-mirip jawabnya antara a, b, c, dan d juga. Jadi harus cari yang paling tepat," kata Laode.

Laode menjelaskan, misalnya mengenai definisi kata terkait korupsi. Salah satunya definisi tentang pemberantasan korupsi yang ada dalam Undang-Undang KPK.

"Bahkan ditanyain apa definisi pemberantasan korupsi dalam Undang-Undang KPK, kan itu agak panjang jadi untuk bisa menjawab kan kadang lupa. Ya saya yakin orang yang di luar KPK lebih sulit lagi karena enggak tiap hari kan dia baca, kita saja yang tiap hari baca saja masih kadang lupa," tutur dia.

Sementara, pada pembuatan makalah, Laode memilih bahasan tentang pencegahan dan penindakan. Pada makalahnya, dia menguraikan rencana untuk mengintegrasikan program pencegahan dan penindakan.

Kemudian, meningkatkan koordinasi dan supervisi antarlembaga penegak hukum. Terakhir, berupaya sekuat tenaga untuk meningkatkan pendapatan negara.

"Sektor-sektor yang menjadi sumber pendapatan negara, kita perbaiki tata kelolanya, seperti sumber daya alam, perpajakan, penindakannya harus fokus yang besar-besar seperti itu," ujar Laode.

Laode mengaku pesimistis akan lulus seleksi uji kompetensi capim KPK.

"Saya enggak optimis, keterima Alhamdulillah, enggak keterima Alhamdulillah banget, biasa aja. Kan sudah tahu lelahnya kerja di KPK, jadi biasa aja," kata Laode.