Sukses

Petaka Berdarah di Dua Gereja Jakarta Timur 18 Tahun Silam

Ledakan bom menghantam dua gereja di Jakarta Timur. Puluhan orang terluka, dan lima orang dilaporkan tewas.

Liputan6.com, Jakarta - Bernadus dan Jesika berharap ada dermawan yang membelikan kaki palsu untuk mereka. Ini lantaran kaki mereka harus diamputasi setelah terkena bom di Gereja Santa Anna, Jalan Laut Ara Furu, Duren Sawit, Jakarta Timur, 22 Juli 2001 silam.

Bernadus yang berusia 22 tahun dan Jesika berumur 14 tahun itu menjadi korban ledakan bom saat mengikuti ibadah Minggu pagi di Gereja Santa Anna. Tulang penyangga kaki mereka hancur terkena ledakan. Imbasnya, pangkal kaki Bernadus harus dipotong sementara Jesika diamputasi pada lututnya.

Menghadapi musibah ini, Bernadus hanya pasrah. Harapanya hanya satu, ia dapat memiliki kaki palsu agar dapat kembali menunaikan bertugas sebagai satuan pengaman di sebuah sekolah.

Kejadian kelabu itu, menurut seorang saksi, Romo Suryo Suryaatmaja berlangsung sekitar pukul 07.00 WIB. Ia yang kala itu memimpin misa 900 jemaah, tiba-tiba mendengar ledakan dari bangku deretan belakang.

Ledakan itu keras sekali. Kata dia, usai ledakan, asap hitam langsung menyelimuti ruangan gereja. Ratusan jemaah pun panik. Mereka lari berhamburan ke luar gereja.

Akibat ledakan itu, kaca-kaca pecah dan bangku serta dinding gereja rusak parah.

Tak hanya merusak bangunan, ledakan bom itu juga memakan korban. Lima orang dilaporkan tewas sedang puluhan lainnya luka-luka. Rata-rata korban terkena pecahan kaca dan benda keras.

Banyak di antara mereka menderita luka-luka di bagian bawah tubuh. Selain itu juga menderita gangguan pendengaran dan luka bakar.

Para korban langsung dibawa ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Rumah Sakit St Carollus, Rumah Sakit Jatinegara, dan Rumah Sakit Harum, Jaktim.

Enam korban mendapat perawatan serius karena menderita patah tulang. Sedangkan belasan korban lain sudah diizinkan pulang setelah mendapat perawatan medis.

Dalam kejadian 18 tahun silam ini, Zainal Abidin Sangadji, terdakwa pengeboman Gereja Santa Anna telah dijatuhi hukuman 12 tahun penjara oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Timur.

"Terdakwa melakukan kejahatan yang menimbulkan akibat luar biasa besar," kata Sangadji dalam sidang, Kamis 19 Februari 2004.

Dalam pleidoinya, Noor mengaku sama sekali tidak mengetahui akan terjadi pemboman di gereja. Dirinya hanya mengantarkan Asep, tersangka utama pengeboman Gereja Santa Anna, dengan mengendarai sepeda motor ke depan gereja.

Setelah itu, Asep menaruh kantung plastik berisi bom ke dalam gereja. "Saya tidak tahu apa-apa," kata pria berperawakan tinggi kurus itu.

Asep sendiri masih buron. Noor dijerat dengan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang (Darurat) nomor 12/1951 LN. 1951 nomor 78 tentang senjata api dan bahan peledak jo pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

Walau putusan pengadilan lebih ringan tiga tahun dibandingkan tuntutan jaksa, pengacara terdakwa langsung menyatakan banding.

"Hukuman itu masih terlalu berat bagi Noor," kata Rusdi. Mendengar keputusan pengacara terdakwa untuk banding, jaksa penuntut umum Sutrimo juga menyatakan banding.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Bom di HKBP Jatiwaringin

Tak hanya di Gereja Santa Anna Duren Sawit, ledakan bom juga menyasar Gereja Kristen Batak Protestan, Jatiwaringin, Jakarta Timur. Kejadian itu, berselang hanya beberapa menit setelah ledakan di Gereja Santa Anna.

Akibat ledakan itu, dilaporkan sedikitnya seorang menjadi korban.

Menurut saksi mata, bom dilemparkan pengendara motor ke arah sebuah mikrolet M-18 yang kebetulan sedang parkir di sekitar 20 meter di depan gereja. Selain itu, ledakan bom juga merusak sebuah mobil Mitsubishi jenis sedan berwarna merah.

Menyusul ledakan di dua gereja di kawasan Jakarta Timur, polisi tengah memburu seorang lelaki berusia sekitar 45 tahun. Dia diduga sebagai pelaku peledakan di Gereja Huria Kristen Batak Protestan Jatiwaringin.

Informasi mengenai pelaku ini didapat dari seorang saksi yang melihat pria bercelana hitam itu sekitar pukul 06.55 WIB, sebelum terjadi ledakan di sebuah mikrolet. Saksi mengungkapkan, lelaki itu berniat meletakkan bom di dalam mobilnya. Kemudian, dia melanjutkan karena melihat ada orang di dalam mobil. Pelaku kemudian memindahkan bungkusan tersebut ke sebuah mikrolet M-18 jurusan Pondok Gede-Kampung Melayu.

Menanggapi kedua ledakan itu, Kapala Dinas Penerangan Kepolisian Daerah Metro Jaya yang kala itu dijabat Komisaris Besar Polisi Anton Bahrul Alam meminta masyarakat tak terprovokasi dengan kejadian itu.

Menurut Anton, ledakan itu memang sengaja dilakukan untuk memperkeruh keadaan di Jakarta. Ia juga berjanji akan segera mengusut kasus peledakan yang dianggap teror itu hingga tuntas.