Sukses

HEADLINE: Reuni Mega dan Prabowo, Efektif Redam Polarisasi di Pilpres 2019?

Megawati dan Prabowo bertemu. Kelezatan nasi goreng racikan sang Ketua Umum PDIP membuat tamunya ingin diundang lagi.

Liputan6.com, Jakarta - Senyum Prabowo Subianto semringah saat turun dari kendaraan yang mengantarkannya ke kediaman Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri, di Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat. Untuk pertama kalinya, dari sekian pasang-surut persahabatan sejak Pilpres 2009, Megawati dan Prabowo berjumpa secara formal.

Rabu 24 Juli 2019 pukul 12.29 WIB, mengenakan batik motif parang hijau, Prabowo tiba di kediaman Presiden ke-5 RI. Putra-putri Megawati, Prananda Prabowo dan Puan Maharani, menyambut kedatangan Ketua Umum Partai Gerindra itu.

Turut dalam pertemuan itu Sekjen PDIP Hasto Kristyanto, Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani, Waketum Partai Gerindra Edhy Prabowo, Seskab Pramono Anung, dan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan.

Semuanya tampak santai dan akrab. Usai bersalaman, Prabowo dan Megawati melanjutkan pertemuan di dalam kediaman. Pertemuan berlangsung kurang lebih dua jam.

Usai pertemuan tertutup, Prabowo mengatakan kedatangannya adalah sebagai bentuk sowan kekeluargaan dan menyambung persahabatan.

"Tadi Ibu Mega penuhi janjinya, memasak nasi goreng untuk kami, terima kasih, saya sampai nambah, padahal beliau sudah ingatkan suruh diet," canda Prabowo.

Dia mengatakan, sudah akrab dengan keluarga Megawati sejak lama dan selalu mendapat penghormatan dan perlakuan yang baik walaupun berbeda sikap politik.

"Perbedaan itu biasa, ujungnya kami kami sambung tali dan hubungan rukun dan baik sehingga kita bisa membantu mengatasi masalah kebangsaan," kata dia.

Sementara itu, Megawati mengatakan, pertemuan dengan Prabowo baru bisa terlaksana karena keduanya sibuk dengan pemilu. Mega menyebut, Prabowo memuji kelezatan nasi goreng buatannya dan bahkan meminta sering diundang makan.

"Itulah kalau perempuan pemimpin dan politisi, ada bagian yang sangat mudah meluluhkan hati laki laki. Politik nasi goreng ampuh," kata Mega dalam jumpa persnya.

Mega mengatakan, perbedaan pendapat itu sudah biasa. Karena itu, dia mengajak Prabowo untuk kembali rukun.

"Saya tadi bilang tidak ada koalisi, oposisi dalam sistem ketatanegaraan kita. Kalau beda karena pilihan monggo saja, sehingga dialog diperlukan. Saya bilang keputusan ada di presiden terpilih, karena pada beliau hak prerogatif, bukan pada saya," kata Mega.

Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan, pertemuan Megawati dan Prabowo merupakan silaturahmi yang penuh dengan semangat persaudaran dan memenuhi harapan masyarakat agar pemimpin saling bertemu. 

"Maka dengan semangat itu, Ibu Mega siapkan khusus, menu pembuka bakwan. Bakwan ini kan perpaduan jagung, sayur mayur, sehingga disiapkan begitu enak, demikian juga Pak Prabowo disuguhkan dengan mi jawa, nasi nasi goreng ala Bu Mega," seloroh Hasto.

Dia mengatakan, ini merupakan pertemuan persahabatan. Pertemuan, lanjut dia, penuh dalam suasana keceriaan.

"Ibu bicara soal aspek sejarah, kesehatan. Itu tunjukkan kualitas, hal menarik, Pak Prabowo dan Ibu Megawati bicara demi bangsa dan negara bukan kepentingan pendek," kata dia

Mengenai koalisi, kata Hasto, akan dibahas antara Presiden terpilih Joko Widodo atau Jokowi bersama Wapres Ma'ruf Amin dengan Koalisi Indonesia Kerja.

Wakil Sekretaris Jenderal PDIP Ahmad Basarah mengatakan, pertemuan Mega-Prabowo sudah diwacanakan sejak perhelatan Asian Games 2018. Namun, karena kesibukan politik mereka tidak bisa bertemu.

"Terakhir ketika pertemuan di acara Asian Games turnamen pencak silat, terjadi pertemuan silaturahmi dengan Ibu Mega. Dan dalam pertemuan itu, muncul pertanyaan dan keinginan, baik dari Pak Prabowo dan Bu Mega, pertemuan kedua beliau itu yang memang belum terlaksana di masa lalu karena kesibukan masing-masing," ungkapnya.

Dia juga tidak mengungkapkan secara rinci siapa inisiator pertemuan tersebut. Kata Basarah, memang Prabowo atau Jokowi sama-sama ingin bertemu.

2 dari 3 halaman

Arah Politik Usai Pertemuan?

Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Lili Romli mengatakan, pertemuan antara Megawati dan Prabowo Subianto bukan hal baru, karena keduanya sempat berpasangan sebagai capres dan cawapres dalam Pilpres 2009. Pertemuan itupun bukan hal aneh karena ada ideologis partai dan histori yang sama.

Dia pun menyambut baik pertemuan dua tokoh bangsa tersebut, karena keduanya merupakan tokoh yang penting di Indonesia.

"Namun demikian, ketika ada pertemuan itu dalam konteks persatuan kesatuan bangsa Indonesia, oke, dalam rangka meredam gejolak di bawah oke, tapi jangan sampai kemudian berujung kepada power sharing," kata Lili Romli kepada Liputan6.com.

"Bahwa mereka, 'yuk kita sama sama membangun bangsa negara', Ibu Megawati di posisi pemerintahan, dan Prabowo sebagai oposisi, itu baik saya kira. Mereka tetap bersahabat meskipun posisi berbeda," imbuh dia.

Lili menilai, bila keduanya kemudian ingin dalam satu bahtera di pemerintahan, bisa mematikan demokrasi. Karena tidak ada lagi partai utama yang menjadi oposisi sebagai pengontrol pemerintah dan tidak adanya check and balance.

"Oposisi bukan juga dalam konteks mengganggu jalannya pemerintahan dan menjatuhkan, dan tapi memperbaiki agar pemerintah sesuai dengan relnya, tidak boleh menyimpang Pancasila, UUD 1945, dan dan visi misi yang dikemukakan presiden terpilih. Maka ketika dalam konteks itu, masyarakat, dan tokoh-tokoh angkat topi," kata dia.

Dia mengatakan, bila Prabowo masuk dalam pemerintahan, maka penilaian ke mantan Danjen Kopassus ini menjadi negatif karena ujung politiknya adalah untuk pembagian kekuasaan. Citra dan wibawa Prabowo bisa jatuh.

Lili menyebut, pertemuan antara Megawati dan Prabowo ini akan berdampak pada partai koalisi Jokowi Ma'ruf Amin. Karena itu perlu dijelaskan supaya tidak menerka-nerka isinya. 

Dia menilai, pertemuan Prabowo dengan Megawati juga sebagai simbol rekonsiliasi yang penting. Karena PDIP merupakan partai besar yang juga pemenang pemilu, begitu juga dengan Gerinda merupakan pemimpin partai pemenang kedua pemilu.

"Supaya clear bahwa bukan hanya dengan Pak Jokowi, dengan Bu Mega pun juga begitu tidak ada masalah. Jadi ajang silaturahmi bagus untuk pendukung kedua kubu. Bahwa pilpres sudah selesai, dan sekarang mempersilakan Jokowi dan Ma'ruf menjalankan pemerintahan dan Pak Prabowo dengan koalisinya mengawal sebagai oposisi," kata dia.

Dia pun mengatakan, posisi Megawati memang kuat, karena PDIP sebagai partai pemenang pemilu memang berpengaruh menentukan baik di eksekutif dan legislatif.

"Kita harap posisi kuat itu bukan untuk power sharing tadi, tapi mempererat ukhuwah wathoniyah," Lili menandaskan.

Pengamat Politik dari UIN Syarif Hidayatullah Adi Prayitno mengatakan, pertemuan Mega dan Prabowo bisa dilihat dalam dua panggung. Pertama, panggung depan, yaitu kedua tokoh itu bicara hal normatif tentang kebangsaan, NKRI, pluralisme, dan Bhinneka Tunggal Ika. Selain itu pertemuan ini sebagai upaya menurunkan persaingan politik.

"Kedua, panggung belakang. Yang membuat ramai karena ada dugaan kalau PDIP membuka pintu ke Gerindra untuk gabung koalisi Jokowi. Sementara partai lain seperti Nasdem, Golkar, PPP, dan PKB menolak Prabowo bergabung. Ini yang bikin dinamikanya terbuka," kata Adi kepada Liputan6.com.

Dia mengatakan, pertemuan Mega juga bisa menjadi modal untuk komunikasi politik karena keduanya pernah memiliki hubungan baik di Pilpres 2009.

Dia mengatakan, melihat sinyal PDIP dengan Prabowo yang membuka pintu untuk bergabung, maka butuh komunikasi tingkat tinggi ke koalisi pendukung Jokowi-Maa'ruf Amin menyikapi bagaimana seharusnya Gerindra diperlakukan.

Ada tiga opsi. Pertama, Gerindra ditaruh di luar kekuasaan dan dipaksa menjadi oposisi. Kedua, dirangkul dengan sharing power, ketiga, dengan soft akomodasi, misalnya ditawari posisi ketua MPR dan tidak di posisi menteri dan jabatan lain.

"Kalau ketua MPR dilihat jauh dari elegan, karena terkesan tidak ada akomodasi penguasa tapi praktiknya itu butuh banget support 01 untuk merelakan posisi itu. Itu yang menurut saya bagus, di tengah kerumitan," kata dia.

Pertemuan ini, kata dia, memiliki dampak dinamika di parpol koalisi Jokowi-Ma'ruf dengan lahirnya pertemuan pertemuan lanjutan antara pemimpin parpol koalisi.

"Karena itu, biar tidak menimbulkan tafsir lain maka lakukan juga pertemuan dengan partai lain seperti Golkar dan lainnya secara bergiliran," kata dia.

Dia pun mengatakan, pertemuan yang dilakukan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto murni tanggung jawab mereka, sudah tidak ada hubungannya lagi dengan partai pengusungnya di Pilpres 2019, seperti PKS dan PAN.

3 dari 3 halaman

Tak Sekedar Cipika-Cipiki

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra mengatakan, pertemuan antara Prabowo Subianto dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri merupakan hal yang biasa. Terlebih keduanya merupakan warga yang punya kedudukan dan aktivitas dalam kancah politik nasional.

Namun begitu, dia berharap pertemuan itu bukan hanya formalitas semata. Ada keputusan terbaik yang dihasilkan dalam pertemuan Prabowo dengan Megawati.

"Pertemuan kalau cuma cipika-cipiki saja, ya sama saja tidak ada gunanya," kata Arief di Jakarta, Rabu (24/7/2019).

Sebab dari dulu, kata dia, pertemuan antarelite baik sebelum maupun setelah pemilu tidak memberikan dampat yang konkret. Selain itu tidak memberikan manfaat bagi kemajuan Indonesia.

Sementara itu, Wakil Ketua Majelis Syura Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Hidayat Nur Wahid menilai, sah-sah saja pertemuan antara Prabowo dan Megawati. Sebab, keduanya memang sudah berteman sejak lama.

"Ya kan mereka berteman jadi sah-sah saja kalau bertemu," kata Hidayat kepada Liputan6.com.

Hidayat berharap, pertemuan tersebut bermanfaat bagi rakyat, bangsa dan negara. "Agar pertemuan mereka sebagai negarawan menjadi kemashlatan bagi negara dan dapat menghindari keuntungan tersendiri bagi kelompok pribadi mereka masing-masing," kata dia.

Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan menyambut baik pertemuan antara Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri hari ini (24/7) di Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat. Menurut dia, jika para petinggi tokoh bertemu pascapilpres maka bisa menyelesaikan masalah perbedaan di masyarakat.

"Bagus, Indonesia itu kekuatannya disilaturahim, jadi seberat apapun yang kita hadapi, sekeras apapun persaingan, kalau masih tokoh-tokoh pemimpin bersilaturahim enggak apa-apa," kata Zulkifli di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (24/7/2019).

"Yang mau ketemu, yang mau antara boleh beda calon beda pandangan tetapi ketemu yah, ketemu itu menyelesaikan separuh persoalan," sambungnya.

Respons Koalisi Jokowi

Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto mengatakan, pertemuan antara Megawati dan Prabowo merupakan pertemuan antara pimpinan partai dalam rangka komunikasi politik.

Lalu adakah rencana Golkar bertemu Prabowo? "Nanti komunikasikan dulu dengan yang lain," ucap Airlangga.

Sementara itu, Wakil Sekjen PPP Achmad Baidowi mengatakan, pertemuan antara Megawati dan Prabowo itu sebagai hal yang baik untuk membangun persatuan.

"Bahwa beda pilihan politik tidak mengharuskan bermusuhan," ucap dia kepada Liputan6.com.

Dia mengatakan, rencana pertemuan tersebut sudah lama disampaikan PDIP dan juga sudah ada desas-desusnya yang beredar di koalisi.

Baidowi mengatakan, bisa saja PPP juga melakukan pertemuan dengan Prabowo Subianto. Apalagi, sesama ketum parpol sering kumpul-kumpul untuk berdiskusi

Dia pun mengatakan, koalisi sejauh ini solid dan rencananya dalam waktu dekat akan ada pertemuan antarsekjen parpol koalisi Jokowi-Ma'ruf.

Ketua DPP PKB M Lukman Edy juga mengapresiasi pertemuan tersebut. Karena keduanya dua tokoh nasional yang sangat mempengaruhi sosial masyarakat.

"Mungkin sempat grass root terpolarasi, tapi kita hari ini kita bisa saksikan mereka bertemu semangat kekeluargaan pasti akan pengaruh ke tingkat grass root. Yang tidak teguran bisa teguran," kata dia

Dia pun mengatakan, kalau Prabowo dan Megawati bisa bertemu, PKB pun akan mencari kesempatan untuk ketemu.