Sukses

Tersasar di Alam Raya

PT Qurnia Subur Alam Raya mengiming-imingi investor dengan keuntungan besar dalam waktu sekejap. Dalam perjalanannya perusahaan ini kolaps. Para investor berebut aset perusahaan.

Liputan6.com, Jakarta: Dewi gusar. Sudah sebulan ibu dua anak ini uring-uringan. Makan tak enak, tidur pun kurang nyenyak. Niatnya menjadi kaya raya sirna sudah. Ini karena investasinya sebesar Rp 300 juta di PT Qurnia Subur Alama Raya (QSAR) tak jelas nasibnya. Perusahaan yang bergerak agrobisnis ini kolaps. Sedangkan Direktur Utama PT QSAR Ramli Araby hilang bagai ditelan bumi [baca: Direktur Utama Alam Raya Masih Buron].

Kegalauan Dewi bermula ketika ia menginvestasikan uangnya di PT QSAR. Awalnya, ia percaya uang yang ditanamnya bakal membuat dirinya kaya dalam waktu cepat, tanpa harus bekerja keras. Apalagi, setelah Dewi dan sejumlah investor lain melihat langsung hamparan lahan seluas ratusan Hektare di kawasan Kadudampit, Situ Gunung Cisaat, Sukabumi, Jawa Barat. Ia yakin Direksi PT QSAR adalah orang-orang profesional yang mahfum di dunia aqrobisnis, sesuai dengan janji perusahaan ini.

Janji PT QSAR memang memikat. Apalagi, perusahaan ini sudah menanam cabai, terong, jahe, ikan, dan bunga sejak 1997. Sistem yang diterapkan adalah bagi hasil. Mereka menawarkan investasi yang berkisar antara Rp 2 juta sampai Rp 100 juta, dengan janji dalam jangka waktu tiga bulan investor akan menikmati keuntungan sekitar 12 persen hingga 45 persen. Artinya, jika Dewi menginvest Rp 300 juta, dalam waktu empat bulan uangnya akan berlipat menjadi Rp 336 juta. Keuntungan ini jelas di atas bunga bank manapun.

Hitung-hitungannya seperti ini. Jika menginvest uang untuk penanaman cabai jenis big chilli sebesar Rp 20 juta, dalam waktu lima bulan uang Anda akan menjadi Rp 27.890.000. Ada keuntungan RP 7.890.000. Sedangkan untuk jenis long chilli, dengan modal yang sama keuntungan dalam lima bulan menjadi Rp 28.160.000. Untuk jenis kubis, dengan modal sebesar Rp 10 juta, uang Anda akan berlipat menjadi Rp 13.450.000 hanya dalam tempo empat bulan. Siapa yang tak tergiur?

Lahan PT QSAR yang luas--sekitar 6.680 hektare--juga menjadi daya tarik bagi investor. Untuk memanam cabe saja, perusahaan menyediakan lahan sebesar 2.100 ha, penanaman kentang granola 2.800 Ha, penanaman tomat resento 460 Ha, penanaman kubis, sawi putih, wortel, terong, kailan, kapas, baby corn, brocoli, bunga kol, kacang panjang seluas 1.110 Ha. Selain itu, PT QSAR juga menyediakan lahan seluas 290 Ha untuk penanaman bunga krisan, gladiol, rose, anturium, dan carnetion.

PT QSAR juga memelihara 3.600 ekor sapi untuk digemukkan dan dipotong. Mereka juga memelihara sapi perah sebanyak 810 ekor, memelihara domba 4.180 ekor, memelihara kambing 4.000 ekor dan mengimpor sapi dari Australia 12 ribu ekor per bulan. Tak hanya itu, PT QSAR juga memelihara itik sebanyak 1.200 ekor dan ayam potong sebanyak 60 ribu ekor. Dalam bidang perikanan, perusahaan juga memelihara ikan patin yang mampu menghasilkan 6.000 kilogram per bulan.

Yang tertipu seperti ini bukan Dewi sendiri. Janji meraih keuntungan besar dalam waktu sekejap membuat sejumlah kalangan berbondong-bondong menanamkan uangnya. Ada anggota MPR/DPR, wartawan, pegawai bank, mantan pejabat, pensiunan, hingga ibu rumah tangga. Mereka sangat percaya pengelola PT QSAR sungguh-sungguh mengusung motonya: Dengan proyek kerja sama Alam Raya, kita ciptakan masyarakat berinvestasi. Mereka juga yakin melalui PT QSAR ekonomi rakyat akan kembali bergairah.

Keyakinan investor bukan tak berdasar. PT QSAR mempunyai cabang di 11 kota besar di Indonesia. Kantornya di Jakarta juga terletak di gedung mewah bertingkat tinggi, Menara Bank Dagang Negara Lantai 17, Jalan. M.H. Thamrin Nomor 5 Jakarta Pusat. PT QSAR juga mempunyai cabang di Singapura. Pokoknya, meyakinkan deh. Selain itu, sejumlah petinggi negara pernah mampir ke kaki Gunung Gede, tempat perusahaan ini membuka lahan. Kunjungan Wakil Presiden Hamzah Haz, Ketua MPR Amien Rais, dan Wakil Ketua DPR Tosari Widjaja seakan menjadi garansi. "Perusahaan ini memang baik. Ini terbukti sebelum bangkrut perusahaan mampu mengekspor sejumlah komoditi," ujar Hamzah, seperti membela [baca: Wapres: Jangan Hujat Alam Raya].

Pengamat ekonomi Didiek J. Rachbini membantah keyakinan Hamzah. Menurut peneliti Lembaga Ekonomi Bisnis Indef ini, iming-iming keuntungan besar PT QSAR sangat tak masuk akal. Perusahaan itu jelas beroperasi abnormal dan menjual halusinasi di saat masyarakat dihadapkan pada krisis ekonomi. Didiek sangat menyayangkan penglihatan investor yang tidak jeli dalam meneliti peluang dan prospek berbisnis di Alam Raya [baca: Didiek J. Rachbini: Bisnis Alam Raya Tak Normal].

Moto, semangat, kantor megah, kunjungan petinggi negara kini pupus sudah. PT QSAR sudah kolaps. Kondisi ini membuat sekitar 6.000 investornya resah. Mereka beramai-ramai berebut aset perusahaan. Ada yang mematok lahan, ada pula yang membawa pulang mobil, truk, dan komputer dari lokasi usaha. Ada pula yang membawa perkara ini ke pengadilan. Mereka juga mencari Ramly Araby, lelaki tambun beristri empat, yang diduga membawa lari uang investor sebesar Rp 500 miliar. Namun, hingga kini pencarian itu belum membuahkan hasil.

Tak hanya Ramly yang menghilang, Direksi PT QSAR lainnya juga raib. Keberadaan Sekretaris Perusahaan Koko Broto Trihatmoko, Wakil Presdir Endjang Muhammad, M. Ramlan Baskara, Yandi Sofiandi, Mustafa Kamal, dan Direktur Operasional Tedi Setiadi sulit dilacak. Bahkan, rumah Ramly Araby di Kompleks Perumahan Permata Puri I Blok D9/6, Cimanggis, Depok, kosong-melompong [baca: Rumah Dirut PT QSAR Didatangi Puluhan Investor]. Tetangganya hanya bisa geleng-geleng kepala ketika ditanya keberadaan Ramly. "Ia jarang bergaul" ujar tetangganya. Nomor telepon Ramly dan direksi lainnya mati, tak pernah bisa dihubungi.

Keresahan investor dan raibnya Ramly membuat polisi pusing tujuh keliling. Mabes Polri sudah bekerja sama dengan Polda Metro Jaya untuk mencari Ramly. Polisi juga sudah menurunkan personelnya untuk berjaga-jaga di lahan PT QSAR. "Polisi akan aktif mengawasi perkembangan dan situasi. Ini untuk mencegah hal-hal negatif," kata Wakil Kepala Badan Humas Polri Brigadir Jenderal Polisi Edward Aritonang. Sekarang di pundak polisi inilah, Dewi dan ribuan investor lain berharap uangnya segera kembali.(ULF)
    Video Terkini