Liputan6.com, Jakarta - Minggu 4 Agustus kemarin meninggalkan pengalaman tak mengenakan bagi sebagian besar penduduk Jabodetabek karena listrik padam.
Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah meminta penjelasan dari direksi PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) terkait listrik padam di hampir seluruh Pulau Jawa pada Minggu, 4 Agustus 2019.
Jokowi mengatakan pemadaman listrik sangat merugikan masyarakat.
Advertisement
"Saya tahu ini tidak hanya bisa merusak reputasi PLN, namun banyak hal di luar PLN terutama konsumen sangat dirugikan," ucap Jokowi.
PLN tengah berupaya memulihkan aliran listrik yang terganggu pasokannya. Sebelumnya, PLN menjelaskan padamnya listrik di wilayah Jabodetabek dikarenakan adanya gangguan pada sisi transmisi Ungaran dan Pemalang 500 kV.
Atas kejadian listrik padam kemarin, ada sejumlah pihak yang dirugikan dan diuntungkan. Siapa saja mereka? Inilah pihak-pihak yang merasa dirugikan dan diuntungkan dirangkum Liputan6.com:Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
1. Pengelola Mal
Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Perbelanjaan Indonesia (APPBI) Stefanus Ridwan menyebut bahwa pemadaman listrik yang terjadi malah membuat peningkatan jumlah pengunjung pusat belanja.
"Dampaknya sebenarnya gini. Kalau ke pengunjung, pengunjungnya jadi banyak banget. Jadi padat banget, ramai banget. Ya penyewa untung lah," kata dia saat dihubungi Merdeka.
Menurut dia, pengunjung yang memadati pusat belanja tidak saja untuk berbelanja, melainkan juga untuk melakukan berbagai aktivitas sehari-hari yang terhambat karena padamnya listrik.
"Saya kira bukan hanya numpang nge-charge saja. Dia kan ngadem. Panas kan. Orang Jakarta sudah tidak bisa sama udara panas. Jadi dia ngadem segala macam," jelas Stefanus.
Advertisement
2. Hotel
Okupansi atau tingkat huni hotel tercatat meningkat karena dampak pemadaman aliran listrik.
Salah satunya di The Margo Hotel yang tingkat huniannya naik hingga 40 persen pada Minggu, 4 Agustus 2019.
Pada hari itu pengunjung yang datang di hari itu (reservasi same day) melonjak.
"Untuk okupansi ada kenaikan dampak dari pemadaman. Info yang saya terima di hotel kami terjadi kenaikan 35-40 persen," kata PR The Margo Hotel (TMH) Kartika Sekartadji.
Menurut dia, ada beberapa alasan pengunjung datang dan menginap di hotel. Utamanya, mereka mencari alternatif tempat yang memiliki akses aliran listrik dan jaringan internet. Sehingga mereka bisa melakukan aktivitas seperti biasa.
"Sepertinya kemarin karena mati listrik mereka jadi hijrah ke hotel, karena mungkin butuh kenyamanan seperti AC, charge HP dan lain lain. Mostly orang Depok dan sekitarnya," ucapnya.
3. Pengusaha Ritel
Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicolas Mandey mengatakan potensi kerugian material anggota Aprindo akibat listrik yang padam ditaksir lebih dari Rp 200 miliar pada 82 pusat perbelanjaan dan 2.500 lebih toko ritel modern swakelola di Jakarta.
"Potensi kehilangan penjualan terlihat betul, karena masyarakat akhirnya enggan atau membatalkan keinginan berbelanja mereka," kata Roy.
Roy menambahkan, biaya operasional juga ikut membengkak, karena beberapa gerai menggunakan genset diesel agar tetap bisa melayani masyarakat.
"Demi kenyamanan konsumen, kami menggunakan genset diesel berbahan bakar solar yang tentu berimbas pada naiknya biaya operasional, dan itu seharusnya tidak perlu kami keluarkan," lanjutnya.
Advertisement
4. Pengusaha Besar dan UKM
Wakil Ketua Umum Kadin DKI Jakarta Sarman Simanjorang mengatakan, ketergantungan dunia usaha dan pelayanan publik terhadap listrik sangatlah besar.
Menurut Sarman, kerugian yang dialami oleh pengusaha sangat besar akibat padamnya listrik. Selain itu, masalah ini juga berdampak pada banyaknya pesanan barang dan jasa yang tidak terlayani.
Industri Kecil Menengah (IKM) sangat terpukul dengan mati lampu yang cukup lama ini seperti industri kuliner, konveksi, restoran, cafe, catering, transportasi online, SPBU, bengkel, mebel, dan usaha lainnya.
Sedangkan pelayanan publik di Jakarta hampir lumpuh seperti MRT, Commuter Line, ATM, pelayanan pintu tol, jaringan komunikasi, pelayanan kesehatan dan lalu lintas dan lain lain akibat mati lampu.
"Kita agak sulit menghitung angka kerugian akan tetapi jika dilihat dari banyaknya sektor usaha dan pelayanan publik yang terimbas maka bisa mencapai triliunan rupiah. Kejadian ini juga akan berdampak pada ketidakpercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia jika kondisi pelayanan energi listrik seperti ini," jelas dia.
Â
Reporter:Â Harwanto Bimo Pratomo
Sumber: Merdeka