Liputan6.com, Jakarta - Siang itu, tiba-tiba aliran listrik mati. Sebagian Jabodetabek lumpuh. Layanan publik hingga sejumlah transportasi yang mengandalkan listrik, terhenti.
Tak hanya satu atau dua jam, listrik padam hingga 12 jam.
PT PLN Persero menggandeng Bareskrim Polri untuk menginvestigasi gangguan listrik yang menyebabkan mati lampu secara serentak di wilayah Jakarta, Banten, Jawa Barat, dan Jawa Tengah pada Minggu 4 Agustus 2019.
Advertisement
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan, tidak menutup kemungkinan adanya unsur pidana dalam insiden mati lampu di hampir separuh Pulau Jawa itu.
Dedi curiga ada unsur kesengajaan pada pemadaman listrik yang merugikan jutaan masyarakat itu. Kepolisian berkaca pada kasus gangguan listrik pada 2012 lalu.
"Ada kejadian unsur kesengajaan di situ (pada 2012). Ada orang lain. Ada tindak pidana. Karena kita punya case tahun 2012 sama kejadian seperti ini juga kita blackout, ada kejadian yang kita ungkap," kata Dedi di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin 5 Agustus 2019.
Namun, hipotesis itu terpatahkan setelah polisi turun ke lapangan.
Hasil investigasi mengungkap, mati listrik tersebut diduga dipicu oleh pohon yang ada di sekitar jaringan. Belum jelas pohon apa yang menjadi diperkarakan. Namun, pohon sengon disebut-sebut sebagai si biang kerok itu.
Dedi mengatakan, pohon tersebut memiliki ketinggian melebihi batas ruang bebas atau right of way (ROW) dengan jaringan listrik, yakni 8,5 meter.
"Kerusakan diduga sementara adanya pohon yang ketinggiannya melebihi batas ROW sehingga mengakibatkan flash atau lompatan listrik," ucap Dedi.
Dia menyatakan, tim dari Polda Jawa Tengah telah mengecek ke tempat kejadian di tower transmisi, Desa Malom, Gunung Pati, Kabupaten Semarang. Sementara, polisi tidak menemukan unsur sabotase dalam peristiwa mati listrik massal itu.
"Diduga faktor alam dan teknis, tidak diketemukan human error atau unsur sabotase," katanya.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Periksa Pegawai PLN
Kendati begitu, Dedi menegaskan, hasil itu masih bersifat sementara. Pihaknya masih menunggu hasil investigasi resmi yang dilakukan penyidik Bareskrim Polri dengan PT PLN Persero terkait insiden mati lampu.
"Hasilnya menunggu investigasi tim pusat (gabungan Bareskrim dan PLN) melakukan pengecekan di lapangan. (Tim) sudah melakukan wawancara terhadap empat petugas PLN di lapangan yang mengawasi dan mengendalikan jaringan tersebut," ujar Dedi.
Sebelumnya, Pelaksana tugas (Plt) Direktur Utama PT PLN Persero Sripeni Inten Cahyani mengakui, pihaknya lamban menangani pemadamam listrik di hampir seluruh Pulau Jawa. Hal ini disampaikan Inten di hadapan Presiden Joko Widodo atau Jokowi di Kantor PLN Pusat, Jakarta Selatan, Senin (5/8/2019).
"Kami mohon maaf Pak, prosesnya lambat, kami akui prosesnya (pemulihan listrik) lambat," ucap Inten.
Dia menjelaskan bahwa pemadaman listrik di wilayah Jakarta, Jawa Barat, Banten hingga sebagian Jawa Tengah disebabkan masalah di Saluran Udara Tegangan Extra Tinggi (SUTET) 500 kV Ungaran-Pemalang.
Inten menyebut, sistem kelistrikan di Jawa-Bali terdapat dua sistem, yaitu sistem utara dan selatan. Menurut dia, yang bermasalah adalah listrik jaringan utara.
"Jadi pada di utara, Ungaran, Pemalang pertama terjadi gangguan pada pukul 11.48 WIB, kemudian sirkuit, jadi terjadi gangguan, dua line terjadi gangguan," katanya.
Advertisement