Liputan6.com, Palangkaraya: Kabut asap akibat kebakaran hutan yang mengantung di Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, belakangan ini, merugikan warga setempat. Selain menyerang kesehatan warga dan mengganggu jadwal penerbangan di Bandar Udara Tjilik Riwut, kabut asap juga merugikan penjual makanan di kota tersebut. Pendapatan mereka merosot tajam. Keluhan itu diutarakan sejumlah penjual makanan di sekitar Bundaran Besar Pangkaraya, baru-baru ini.
Kepada SCTV, para pedagang mengaku pendapatan mereka menurun karena pembeli jarang berkunjung. Sebab, para pembeli lebih memilih berada di rumah. Maman, pedagang di sekitar Bundaran Besar mengaku, omzetnya merosot drastis dari Rp 1 juta-Rp 1.300.000 per malam menjadi Rp 700-800 ribu per malam setelah asap menyelimuti Kota Palangkaraya. Sedangkan pelanggan yang tetap bertandang ke lokasi, sebagian besar mengendarai mobil untuk menghindari dampak buruk dari kabut asap.
Kini, para pedagang berharap pendapatan mereka kembali membaik setelah kabut asap mulai menipis menyusul hujan mengguyur Kota Palangkaraya. Apalagi, sejumlah titik api yang membakar hutan dilaporkan sudah padam karena tersiram hujan [baca: Kabut Asap di Palangkaraya Mulai Menipis](DEN/Ririen Binti)
Kepada SCTV, para pedagang mengaku pendapatan mereka menurun karena pembeli jarang berkunjung. Sebab, para pembeli lebih memilih berada di rumah. Maman, pedagang di sekitar Bundaran Besar mengaku, omzetnya merosot drastis dari Rp 1 juta-Rp 1.300.000 per malam menjadi Rp 700-800 ribu per malam setelah asap menyelimuti Kota Palangkaraya. Sedangkan pelanggan yang tetap bertandang ke lokasi, sebagian besar mengendarai mobil untuk menghindari dampak buruk dari kabut asap.
Kini, para pedagang berharap pendapatan mereka kembali membaik setelah kabut asap mulai menipis menyusul hujan mengguyur Kota Palangkaraya. Apalagi, sejumlah titik api yang membakar hutan dilaporkan sudah padam karena tersiram hujan [baca: Kabut Asap di Palangkaraya Mulai Menipis](DEN/Ririen Binti)