Sukses

5 Cerita dari Enzo Allie, Bule Blasteran yang Lulus Akmil TNI

Rupanya, keinginan Enzo Allie, bule blasteran Perancis-Indonesia untuk menjadi prajurit TNI sudah sejak lama.

Liputan6.com, Jakarta - Enzo Zenz Allie atau Enzo Allie remaja keturunan Perancis-Indonesia itu berhasil lulus menjadi calon Taruna Akademi Militer (Catar Akmil) TNI.

Nama Enzo Allie menyeruak usai video mengenai dirinya viral pada unggahan YouTube TNI Angkatan Darat (TNI AD), Senin 5 Agustus 2019 lalu.

Enzo pun menarik perhatian Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto. Saat ditanya Panglima ingin jadi apa, remaja berusia 18 tahun ini tegas menyatakan ingin jadi prajurit infanteri dan Kopassus.

Rupanya, keinginannya untuk menjadi prajurit TNI sudah sejak lama. Hal itu disampaikan Enzo kepada Deden Ramdani, guru kimianya di kelas 11 SMA Boarding School Al Bayan, di Masjid Nurul Mahmudah.

"Enzo pernah menyampaikan ke saya kalau dia ingin menjadi prajurit TNI saleh. Itu saya merinding dengernya," kata Deden Ramdani, guru kelas Enzo.

Berikut cerita dari guru Enzo Allie sebelum dirinya dinyatakan lulus menjadi Catar Akmil TNI yang dihimpun Liputan6.com:

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 6 halaman

Ingin Jadi Prajurit TNI yang Saleh

Jauh sebelum menjadi Taruna Akmil, Enzo Zenz Allie pernah mengutarakan keinginannya menjadi anggota militer yang saleh.

Keinginannya itu disampaikan oleh Enzo kepada Deden Ramdani, guru kimianya di kelas 11 SMA Boarding School Al Bayan, di Masjid Nurul Mahmudah, sehabis salat Asar.

"Enzo pernah menyampaikan ke saya kalau dia ingin menjadi prajurit TNI saleh. Itu saya merinding dengernya," kata Deden Ramdani, guru kelas Enzo.

Al Bayan berlokasi di Desa Bandulu, Kecamatan Anyer, Kabupaten Serang, Banten. Bila dari arah Kota Cilegon menuju Pantai Pasir Putih Anyer, maka sekolah SMA sekaligus pondok pesantren (ponpes) itu berada di sebelah kiri jalan.

 

3 dari 6 halaman

Giat dan Tekun Belajar

Deden juga menceritakan jika Enzo merupakan putra dari pasangan almarhum Jean Paul Francois, warga negara Prancis, dan ibu seorang warga negara Indonesia bernama Siti Hajah Tilaria.

"Enzo selama di pesantren memang lebih tekun, lebih giat, lebih rajin dari siswa pada umumnya guna mengejar cita-citanya yang ingin menjadi militer," terang Deden.

Sejak kelas 10 SMA di Al Bayan, kata dia, Enzo dikenal giat melatih kemampuan fisiknya, agar lolos menjadi Taruna Akmil. Bahkan, dia mampu push up 100 kali dalam sehari. Enzo juga kerap berlari di pantai Anyer saat sore hari.

"Tidak jarang saya melihat dia lari sendirian gitu yah. Bahkan, sebelum subuh pernah saya lihat (lari) sendirian. Karena dia menyadari akan ke Akmil," jelas Deden.

 

4 dari 6 halaman

Gigih Belajar Bahasa Indonesia

Rupanya, ada cerita menarik dan haru kala Enzo Zenz Allie gigih belajar bahasa Indonesia.

Saat masuk ke SMA Boarding School Al Bayan, Enzo masih kesulitan berbahasa Indonesia. Sehingga dia harus mendalami mata pelajaran tersebut kepada seorang guru bernama Yudi.

Bahkan, saat malam hari, Enzo mendatangi mess gurunya dan belajar di masjid sekolah untuk memperdalam bahasa Indonesia.

"Termasuk mengeluh bahasa Indonesia, ketika ada kesulitan biasanya curhat ke (guru bagian) kurikulum. Dia sampai minta tambahan waktu untuk privat bahasa Indonesia. Saya persilakan silaturahim, baik ke rumahnya (guru) maupun di masjid," kata Kepala Sekolah SMA Boardhing School Al Bayan, Deden Ramdani.

Meski kesulitan berbicara bahasa Indonesia saat itu, kemampuan bahasa Prancisnya digunakan pihak sekolah untuk diajarkan ke siswa lainnya.

Enzo lalu diangkat menjadi guru bagi teman-temannya untuk belajar bahasa Prancis saat malam hari.

"Ada pekan bahasa namanya. Bahasa Prancis, dulu Enzo yamg suka ngisi (mengajarkan). Kemudian Bahasa Inggris. Ada malam kebahasaan, bakda Magrib biasa dilaksanakan," terangnya.

 

5 dari 6 halaman

NKRI Harga Mati bagi Enzo

Terkait dengan viralnya kisah miring Enzo seperti di beberap media sosial, Deden menanggapinya dengan senyuman.

Menurut dia, saat menempuh pendidikan di sekolah yang memadukan pelajaran agama dan akademik umum, Enzo dikenal sebagai pribadi yang pekerja keras, soleh dan tidak neko-neko.

"Saya tersenyum (membaca posting-an di medsos). Sebagai lembaga (pendidikan) prinsip kami Aswaja dan NKRI harga mati. Kita kirim (siswa) ke Paskibra kecamatan (Anyer) dan belajar PKN. Saya kira sih Enzo bersih. Jadi, sangat kontradiktif (dengan posting-an di medsos)," kata Deden.

Deden mengaku sebelum ramai di medsos dan pemberitaan, dirinya pernah dimintai keterangan oleh anggota Badan Intelijen Negara (BIN) terkait rekam jejak Enzo. Dia memastikan Enzo mendapatkan pendidikan agama yang baik dan ideologi sesuai Pancasila.

Pihaknya memastikan bahwa TNI telah melakukan kroscek dengan benar terhadap para peserta seleksi Taruna Akmil. Sehingga tidak mungkin ada calon taruna yang terlibat organisasi terlarang maupun memiliki ideologi di luar Pancasila.

"Saya juga dikonfirmasi sama BIN. TNI juga kan sudah ketat masuk dan tesnya. Ideologinya juga. BIN menyatakan Enzo sudah jelas sangat Pancasilais," terangnya.

Deden mengakui Siti Hajah Tilaria, ibu dari Enzo, berdiskusi dengannya mengenai ramainya posting-an dan pemberitaan mengenai Ezno yang diduga terlibat dengan organisasi HTI, yang sudah dilarang keberadaannya di Indonesia. Siti pun ditenangkan oleh Deden.

Secara kelembagaan pihak SMA Boarding School Al Bayan siap memberikan informasi dan keterangan, jika ada pihak yang membutuhkan kejelasan ideologi Enzo.

"Saya bilang (ke orang tua Enzo) serahkan ke Allah. Pohon makin tinggi, maka angin makin kencang. Jika dibutuhkan secara klarifikasi, kita sebagai lembaga sangat siap. Kita juga pelajarannya terintegrasi dengan ideologi Pancasila," ujar Deden.

 

6 dari 6 halaman

Rajin Olah Raga

Deden juga mengungkapkan, Enzo dikenal rajin berolahraga. Bahkan, dia sanggup push up 100 kali. Enzo pun menjadi pioner dalam pendirian ekstrakulikuler memanah bersama gurunya yang bernama Wahid, saat baru duduk di kelas 10 atau kelas 1 SMA.

"Dia menonjol di olahraga, renang, sprint, maraton. Hobinya manah, sampai kita jadikan memanah (sebagai ekstrakurikuler). Lapangan khusus sih enggak ada, tapi targetnya ada, bisa fleksibel digunakan di mana saja," kata Deden.

Saat masuk sekolah di Al Bayan, dia pun harus melewati berbagai persyaratan, seperti lulus Ujian Nasional (UN), membuat karya tulis ilmiah hingga harus menghafal 1 juz Alquran. Enzo Zens Allie pun membuat karya tulis tentang peperangan Prancis dan mampu menghafalkan 1 juz Alquran, hingga ahirnya lulus tes.

Kemampuan fisik dan kepintarannya sudah terlihat sejak dia duduk di bangku sekolah kelas 1 SMA. Terbukti, dia mewakili sekolah untuk mengikuti Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) dan berhasil memberikan dua medali emas untuk SMA Boarding School Al Bayan.

"Disebut sangat menonjol juga tidak, tapi di atas rata-rata. Cirinya ketika saya tanya ke guru, ada beberapa remedial, tapi matrikulasi tidak pernah. Matrikulasi itu kegiatan bagi anak-anak yang nilainya di bawah nilai kelulusan (naik kelas). Patokan (nilai naik kelas) kita 75 nilainya (setiap) mata pelajarannya," terangnya.

Deden sempat mendapat cerita dari sang Ibu, kalau Enzo Zens Allie bercita-cita menjadi prajurit TNI sejak Taman Kanak-kanak (TK). Karenanya, wajar jika Enzo rajin melatih kemampuan fisiknya sejak kecil hingga SMA.

"Tidak jarang saya melihat dia lari sendirian gitu yah. Bahkan, sebelum subuh pernah saya lihat (Enzo lari) sendirian. Karena dia menyadari akan ke Akmil. Bahkan, saya dapat informasi keinginan ke Akmil itu sejak TK. Dia sangat antusias (berlatih fisik)," dia menandaskan.

(Reynaldi Hasan)