Sukses

Polisi Dalami Metode Pelatihan Calon Paskibraka Tangerang yang Meninggal Dunia

Polisi akan menyelidiki awal terbentuknya grup Paskibraka, hingga akhirnya Aurellia meninggal dunia.

Liputan6.com, Jakarta - Penyidik Polda Metro Jaya dan Polres Tangerang Selatan hingga kini masih mendalami kematian Aurellia Qurratuaini, calon Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Capaska). Di mana, penyidik hingga kini masih memeriksa saksi-saksi atas kematian Aurellia.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono mengatakan, pihaknya masih menyelidiki penyebab kematian Aurellia. Di mana penyidik ingin mengetahui awal terbentuknya grup Paskibraka, hingga akhirnya Aurellia meninggal dunia.

"Kita meminta keterangan awal dibentuknya (regu Paskibraka) dan kegiatan sehari-hari seperti apa, latihannya seperti apa. Kita masih dalam taraf pemeriksaan saksi," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono saat ditemui di Jalan Iskandarsyah Raya, Jakarta Selatan, Jumat (9/8/2019).

Kata Argo, dalam pemeriksaan itu penyidik akan memeriksa pelatih dan siapa yang melatih Aurellia saat ikuti pelatihan Paskibraka.

"(Saksi yang diperiksa) Yang melatih, panitia siapa saja. Kita tanyakan semua siapa yang melihat," kata Argo.

Sebelumnya, Aurellia Qurratuaini, calon Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Capaska) Kota Tangerang Selatan meninggal dunia. Keluarga menemukan sejumlah bekas luka di tubuh almarhumah. Faried Abdurrahman, ayah dari Aurellia menegaskan belum berniat membawa persoalan kematian anaknya ke ranah hukum.

"Statemen yang saya sampaikan bahwa saya dan keluarga sampai saat ini tidak berencana untuk melakukan langkah hukum terhadap yang berwenang, baik Pemkot Tangsel dalam hal ini Dispora maupun pelatih dan para senior purna paskibraka untuk melanjutkan mereka ke proses hukum," kata Faried di rumah duka, Perumahan Taman Royal 2, Kelurahan Poris Plawad Indah, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang, Sabtu (3/8/2019).

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: 

2 dari 2 halaman

Lakukan Evaluasi

Meski diakuinya, ada sejumlah luka lebam pada anggota tubuh putri pertamanya itu, yang disebabkan dari pelatihan Capaska yang diikuti selama 22 hari, sejak tanggal 9 sampai 31 Juli. Hal tersebut, lanjut Faried dengan mempertimbangkan kecintaan keluarga dan orang tua terhadap putrinya itu.

"Dengan pertimbangan bahwa kami sangat cinta dengan anak kami," ucap dia.

Namum begitu, Faried berharap adanya evaluasi menyeluruh dalam proses latihan Capaska tingka Kota Tangsel, yang saat ini tengah berlangsung hingga, 17 Agustus 2019 mendatang.

"Kami hanya ingin adanya perubahan pola yang diterapkan, yang menurut kami harusnya itu tidak sewajarnya untuk dilakukan kepada seorang Paskibraka pengibar bendera Indonesia tingkat Pelajar," ucap dia.

 

Reporter: Ronald

Sumber: Liputan6.com