Sukses

BIN: Enzo Allie Lolos Tes Akmil Termasuk Mental Ideologi

Wawan menegaskan, secara prinsipil Enzo berhasil lolos dari seleksi yang begitu ketat masuk Akmil tersebut.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Intelijen Negara (BIN) menegaskan, TNI tidak kecolongan dalam kasus bendera bertuliskan tauhid yang dibawa taruna Akmil blasteran Prancis, Enzo Allie di akun medsosnya. Menurut Juru Bicara BIN Wawan H Purwanto, Enzo sudah lolos di dalam 9 tes masuk Akmil.

"Begini, kita tidak melihat apa hal ini sebagai kecolongan atau pun demikian. Tapi intinya adalah semua saling mengingatkan," kata Wawan di Jalan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, Sabtu (10/8/2019).

Wawan pun menegaskan, secara prinsipil Enzo berhasil lolos dari seleksi yang begitu ketat masuk Akmil tersebut.

"Termasuk (lolos) dalam wawancara, mental ideologi, fisik, jasmani, kesehatan jiwa, psikotes dan lain-lain dia lolos," ungkap Wawan.

Sebelumnya, taruna Akmil blasteran Prancis, Enzo Allie dituding memiliki pemahaman radikal. Tudingan berangkat dari temuan warganet ihwal foto Enzo yang mengibarkan panji hitam dengan tulisan tauhid di media sosialnya.

Hal itu membuat beberapa pihak berasumsi bahwa Enzo terafiliasi dengan gerakan transnasional Hizbut Tahrir yang menghendaki berdirinya kekhilafahan Islam sebagai narasi kontra paham negara-bangsa.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Penjelasan TNI

Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen Sisriadi menyampaikan, pihaknya sudah sangat selektif dalam menyaring para taruna Akmil. Termasuk kepada Enzo Zensi Ellie.

"Tidak (radikal). Kita kan ada sistem seleksi yang berbeda dengan seleksi orang mau kerja sif siang, sif malam. Ini untuk megang senjata dia. Jadi sudah selektif," tutur Sisriadi saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (7/8/2019).

Menurut dia, TNI memiliki sistem seleksi mental ideologi. Mulai dari tes tertulis, wawancara, hingga penelusuran media sosial milik calon taruna akmil.

"Jadi itu sudah kita lakukan semua. Kalau masalah terpapar itu banyak orang terpapar. Mungkin mereka memberikan pendapat-pendapat tentang apa gitu," jelas dia soal Enzo Zensi Ellie.

Terlebih, selama masa pendidikan tiga bulan pun seluruh taruna akan menjalani pelatihan yang dapat membuatnya bersih dari berbagai pola pikir.

"Kemudian tiga bulan ini dia kan jadi nol lagi. Menjadi manusia biasa, bukan dengan segala ininya, mungkin bahasanya yang dia ahli itu bisa lupa itu. Pak Prabowo waktu masuk TNI kan dia tidak bisa bahasa Indonesia, bisa patah-patah. Wong sekolahnya dari kecil sampai SMA di Amerika kan. Zaman itu kita anti Amerika juga kan. Tapi enggak ada masalah. Sistem di TNI kita punya sistem untuk menyaring, namanya sistem seleksi dan klasifikasi. Jadi alat saringnya itu ketat sekali," kata Sisriadi.

"Kemudian potensi ekstremnya kita bisa baca di hasil psikotes, di hasil kepribadiannya. Kebaca di situ ini anak begini begitu. Kalau enggak lolos, dia kecoret di situ," Sisriadi menandaskan.

Â