Liputan6.com, Jakarta - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko meminta Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto lebih waspada dalam menyeleksi taruna Akademi Militer (Akmil).
Hal tersebut disampaikan Moeldoko terkait polemik taruna Akmil Enzo Zens Allie yang diduga simpatisan Hizbur Tahrir Indonesia (HTI). Meski telah dinyatakan lulus mengikuti pendidikan, Moeldoko mengatakan tak menutup akan dilakukan pemeriksaan ulang terhadap Enzo.
"Saya belum koordinasi lagi sama panglima TNI. Saya akan sampaikan ke Panglima agar diwaspadai lagi," kata Moeldoko di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (12/8/2019).
Advertisement
Menurut dia, panitia seleksi Akmil kemungkinan tidak mendeteksi adanya calon taruna yang terpapar radikalisme. Namun, saat proses pendidikan telah dimulai, akan terlihat bahwa ada taruna yang menyimpang.
"Memang bisa terjadi, tapi istilahnya bukan kecolongan. Artinya, bahwa sesuatu itu undetected. Tetapi ingat, di TNI itu penilaiain terus menerus, sangat ketat. Pasti akan ketahuan nanti kalau muncul penyimpangan-penyimpangan perilaku," jelas Moeldoko.
Beredar isu bahwa pemuda blasteran Prancis bernama Enzo Allie yang lolos akademi militer (Akmil) terpapar radikalisme. Isu ini berawal dari foto dalam akun Facebook Enzo Allié.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Penjelasan TNI
Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen Sisriadi menyampaikan, pihaknya sudah sangat selektif dalam menyaring para taruna Akmil. Termasuk kepada Enzo Allie.
"Tidak (radikal). Kita kan ada sistem seleksi yang berbeda dengan seleksi orang mau kerja sif siang, sif malam. Ini untuk megang senjata dia. Jadi sudah selektif," tutur Sisriadi saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (7/8/2019).
Menurut dia, TNI memiliki sistem seleksi mental ideologi. Mulai dari tes tertulis, wawancara, hingga penelusuran media sosial milik calon taruna akmil.
"Jadi itu sudah kita lakukan semua. Kalau masalah terpapar itu banyak orang terpapar. Mungkin mereka memberikan pendapat-pendapat tentang apa gitu," jelas dia soal Enzo.
Terlebih, selama masa pendidikan tiga bulan pun seluruh taruna akan menjalani pelatihan yang dapat membuatnya bersih dari berbagai pola pikir.
Advertisement