Sukses

Ketimbang Korupsi, 4 Polisi Ini Cari Pekerjaan Sampingan untuk Tambah Penghasilan

Di beberapa wilayah terdapat polisi yang bisa menjadi teladan. Kisah-kisah mereka sungguh menginspirasi.

Liputan6.com, Jakarta - Di beberapa wilayah terdapat polisi yang bisa menjadi teladan. Kisah-kisah mereka sungguh menginspirasi.

Ketimbang korupsi, polisi-polisi ini tak malu mencari pekerjaan lain untuk menambah penghasilnya. Pekerjaan ini dilakukan usai mereka menjalankan kewajibannya sebagai abdi negara.

Berikut kisah-kisah polisi yang memiliki pekerjaan tambahan:

1. Jadi Tukang Angkut Sampah

Selain pekerjaannya menjadi Polisi, Aiptu Trisih Setyono memiliki pekerjaan sampingan yakni menjadi tukang angkut sampah. Trisih bercerita hal ini sudah dilakukan sejak tahun 2016. Dia menggunakan waktu lepas dinasnya dengan mengambil sampah warga, Desa Ngrendeng, Kecamatan Gondang, Kabupaten Tulungagung dan membuangnya ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Pagerwojo.

Semua berawal saat, dia risih lantaran banyak sampah berserakan di wilayahnya. Beberapa lokasi di Desa Gandang seperti di area Jembatan Sungai Gondang, Jembatan Kalitelu dan Jembatan Kedung Gudel sempat dijadikan warga tempat pembuangan sampah liar.

"Mengambil sampah ini biasanya saya lakukan tiga hari sekali selepas jam dinas," ujar Trisih di Tulungagung, Selasa, 10 April 2018 lalu.

Tindakannya diapresiasi warga. Bahkan, tidak hanya warga desa di wilayah Tulungagung. Tetangga desa yang masuk wilayah Trenggalek pun ikut meminta jasa Trisih dan rekannya membuang sampah. Warga membayar iuran sebagai pengganti biaya operasional. Rp 20 ribu per bulan untuk rumah tangga dan Rp 50 ribu untuk warung.

Duit iuran juga dipakai membiayai truk yang dibeli dengan cara mengangsur. Bagi Trisih, kegiatan ini bisa jadi cara untuk mengisi masa pensiun yang tiga tahun mendatang. "Saya berharap bisa jadi lapangan kerja. Nanti kalau sudah tak kuat, siapapun yang mau meneruskan silakan," ujar Trisih.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 4 halaman

2. Jadi Pemulung

Kemudian ada juga, Bripka Seladi selain menjadi polisi, menjadi pemulung untuk menambah mata pencahariannya. Pekerjaan sampingan sebagai pemulung ini mulai dilakukan oleh Seladi sejak tahun 2006.

Ketika itu dia melihat sampah yang menumpuk di Polresta Malang. Suatu saat, dia datang ke pengepul rongsokan dengan membawa sampah itu yang ternyata laku dijual.

"Ini rezeki, kenapa harus dibuang-buang. Sampingan saja, satu jam atau dua jam waktu luang saya manfaatkan untuk kegiatan ini," kata Seladi.

Seladi mengumpulkan sampah walaupun hanya di lingkungan Polresta Malang. Baru setelah itu dia akhirnya berkeliling kota untuk menengok setiap bak sampah, barangkali menemukan barang yang masih dapat digunakan. Kegiatan itu biasanya dilakukannya di luar jam tugas yaitu pada malam hari.

3 dari 4 halaman

3. Menjadi Penambal Ban

Selanjutnya ada, Aiptu Mustamin yang mencari penghasilan tambahan dengan menjadi tambal ban. Pekerjaan ini dilakukan Mustamin selepas tugas.

"Saya kerja jadi tukang tambal kalau lepas tugas, dan benar-benar tidak ada tugas dari kantor atau perintah dari komandan. Sehingga kedua profesi ini tidak saling mengganggu," kata Mustamin yang bertugas di satuan Sabhara penjagaan objek vital, Kapolsek Ujung Pandang, Sulawesi Selatan.

4 dari 4 halaman

4. Jadi Tukang Ojek

Seorang perwira polisi di Kota Kendari berpangkat Inspektur Polisi Satu (Iptu) Triadi, membuat heboh usai dikabarkan tak masuk kantor dan memilih jadi tukang ojek. Karena tindakannya, polisi ini sudah menjalani sidang rekomendasi pemberhentian oleh Propam Polda Sulawesi Tenggara, Jumat (9/8/2019).

Ternyata, ada sejumlah alasan yang menjadi penyebab perwira polisi ini malas berkantor dan memilih jadi tukang ojek. Alasan ini makin menguat ketika dia ditarik dari Polsek Wawonii dan bertugas di Polres Kendari.

Diketahui, Iptu Triadi sudah dua kali melakoni profesi sebagai tukang ojek. Pertama, dilakukan di Kabupaten Konawe Kepulauan saat bertugas di Polsek Wawonii. Selanjutnya, saat ditarik di Polres Kendari, dia kembali mengulangi.

"Sebelumnya, sudah ada peringatan keras, ada kebijakan untuk membantu dia. Tapi dia tetap memilih menjadi tukang ojek," ujar Kabid Humas Polda Sultra, AKBP harry Goldenhardt.

Iptu Triadi diketahui memiliki seorang istri dan delapan orang anak. Beberapa diantaranya masih kecil.

Saat diperiksa di Polda Sultra, Iptu Triadi mengaku gajinya sebagai polisi tak mencukupi dan memilih menjadi tukang ojek. Hal ini dilakukan untuk menutupi kebutuhan tumah tangganya.

Reporter : Syifa Hanifah

Sumber: Merdeka