Sukses

Miris, Elang Bondol di Kepulauan Seribu Gunakan Plastik untuk Sarang

Jenis sampah yang biasanya digunakan elang untuk sarang berjenis sandal jepit, styrofoam, sedotan, dan sejenisnya.

Liputan6.com, Jakarta - Sampah plastik di Indonesia telah menjadi ancaman serius bagi kehidupan, tak terkecuali terhadap satwa langka dilindungi. Salah satunya elang bondol, satwa endemik ikon Kota Jakarta.

Ketua Jakarta Animal Aid Network (JAAN) Benfika mengungkapkan, sarang burung yang hidup berkoloni di Kepulauan Seribu itu mulai terkontaminasi sampah plastik.

"Sampah plastik saat ini mengancam elang. Ada perubahan perilaku berdasarkan pengamatan kami baru-baru ini," kata Benfika di Pulau Kotok, Kepulauan Seribu, Minggu (18/8/2019).

Dilansir Antara, sejumlah elang bondol maupun elang laut di sekitar Pulau Kotok, Pulau Penjaliran, dan Pulau Rambut membuat sarang mereka dengan sampah plastik.

Jenis sampah yang biasanya digunakan elang untuk sarang berjenis sandal jepit, styrofoam, sedotan, dan sejenisnya.

"Sarang elang bondol sudah bukan lagi pakai ranting, melainkan sudah pakai plastik," katanya.

Benfika menyebut, bahan plastik tersebut didapat dari perairan Jakarta yang kini terkontaminasi sampah rumah tangga. Dia pun mengimbau masyarakat mengurangi sampah plastik karena bisa mengancam keselamatan satwa.

"Jangan buang sampah sembarangan, yang buang di darat akan sampai ke laut dan bisa dimakan satwa atau digunakan jadi sarang," katanya.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Populasi Mengkhawatirkan

Benfika menambahkan, bahwa populasi elang bondol di Jakarta kian mengkhawatirkan seiring dengan masifnya perburuan serta pasar gelap satwa.

"Sampai 2014 tidak kurang dari 18 elang bondol yang tersisa di beberapa Kepulauan Seribu," katanya.