Sukses

Komaruddin Hidayat: Kita Punya Banyak Utang Budi ke Papua

Komaruddin mengatakan, berdasarkan antropologi masyarakat Papua merupakan ras tertua, melanesia.

Liputan6.com, Jakarta - Cendikiawan muslim, Komaruddin Hidayat mengingatkan seluruh pihak jangan pernah melukai warga Papua. Menurutnya, adalah hal wajar jika masyarakat Papua menjaga harga diri mereka dari segala hal yang merendahkan martabatnya.

Dalam diskusi yang diselenggarakan oleh Gerakan Suluh Kebangsaan di Hotel Sahid Jaya, Komaruddin mengatakan, berdasarkan antropologi masyarakat Papua merupakan ras tertua, melanesia. Itu berarti mereka adalah nenek moyang masyarakat seluruh Indonesia.

Jika disebut sebagai nenek moyang, adalah hal wajib bagi masyarakat menghormati dan menghargai masyarakat Papua, bagaimana pun bentuk dan warna kulit mereka.

"Ini bukan masalah ekonomi, ini dignity. Sekarang ini harga diri itu butuh dipahami. Kita punya banyak utang budi ke Papua oleh karena itu jangan kita lukai," ujar Komaruddin, Jakarta, Jumat (24/8/2019).

Dia juga mengingatkan bahwa keberagaman Indonesia bisa saja menjadi bumerang bagi warganya jika tidak menjaga segala norma yang ada karena kebinekaan tidak cukup dipuja dan puji.

Terlebih dalam kehidupan serba digital dan sangat mudah terkoneksi, menurut Komaruddin, akan mudah bagi pihak-pihak untuk melakukan provokasi demi keuntungan tertentu.

"Hati-hati jebakan demokrasi liberal dan ada pihak yang menyenangi situasi ini. Kalau Papua lepas, yang repot tidak hanya Papua," tukasnya.

Insiden aksi demonstrasi oleh masyarakat Papua ditengarai akibat perselisihan mahasiswa Papua di Malang dan Surabaya. Saat konflik terjadi, terdengar lontaran kata-kata rasis dan ujaran kebencian. Perselisihan menyebar ke beberapa wilayah di Jawa Timur.

 

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Usut Penghina Ras Papua

Majelis Rakyat Papua (MRP) Provinsi Papua Barat pun meminta Polri mengusut tuntas penghina ras Papua dengan kata-kata tidak pantas dalam aksi pengepungan yang terjadi di Asrama Mahasiswa Papua di Jalan Kalasan Kota Surabaya pada Jumat (16/8).

Pada acara tatap muka bersama para tokoh di Manokwari itu, ia berpandangan kata-kata rasis tersebut memicu kemarahan yang luar biasa di kalangan masyarakat asli Papua.

"Itu adalah aksi spontanitas masyarakat yang meluapkan kemarahannya atas kata-kata rasis tersebut," ujarnya.

Ia berharap, diskriminasi ras Papua yang terjadi di Surabaya harus ditanggapi secara serius. Pelaku harus bertanggungjawab secara hukum.

"Kalau soal kasus bendera, tidak terlalu memberi dampak emosional bagi kami. Tapi kata-kata yang menghina ras Papua itu masalah serius, kami juga manusia jadi jangan sembarang melontarkan kata-kata tak senonoh terhadap kami orang Papua," kata dia lagi.

Reporter: Yunita

Sumber: Merdeka.com

Â