Sukses

Ikatan Keluarga Besar Papua Sebut Hoaks Biang Keladi Perpecahan

Dia menegaskan bahwa mahasiswa Papua di Jawa Timur dalam kondisi aman.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Ikatan Keluarga Besar Papua Surabaya (IKBPS) Peter Frans Rumaseb menyebut, berita hoaks yang beredar liar di masyarakat menjadi salah satu penyebab perpecahan. Termasuk pemicu unjuk rasa berujung ricuh di Papua dan Papua Barat beberapa waktu lalu.

"Untuk yang kesekian kalinya berita hoaks, telah mengusik perdamaian kehidupan berbangsa," ujar Peter dalam keterangan tertulisnya, Sabtu 24 Agustus 2019.

Dia juga mengimbau agar warga tidak terprovokasi dengan berita-berita bohong yang menyebar di media sosial. Selain itu, dia meminta warga tak perlu khawatir dengan situasi konflik saat ini.

Dia menegaskan bahwa mahasiswa Papua di Jawa Timur dalam kondisi aman. Dia meminta keluarga dan masyarakat Papua tidak perlu khawatir berlebihan.

"Kami berharap mama dong semua di Papua, papa dong semua di Papua, saudara-saudara kita di Papua, bahwa kita di Surabaya aman. Anak-anak kuliah di sini aman, tidak ada masalah. Tidak usah khawatir, tidak perlu khawatir yang berlebihan," katanya.

Peter menceritakan dirinya tahu, bahwa dua hari sebelumnya ada 43 mahasiswa Papua yang sempat diamankan di Polrestabes Surabaya, Jawa Timur.

Dia juga kaget saat tahu ada demonstrasi di sejumlah wilayah di Papua dan Papua Barat dilatarbelakangi isu diskriminasi mahasiswa asal Papua di Jawa Timur. Menurutnya, banyak informasi sumir terkait peristiwa itu.

"Jangan cepat terprovokasi dengan informasi yang muncul di media sosial," pungkas Peter.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Buru Pelaku Rasis ke Mahasiswa Papua

Kabid Humas Polda Jatim Kombes Frans Barung Mangera menyatakan, pihaknya turut mengejar pelaku ujaran rasis ke mahasiswa Papua di Asrama Papua Surabaya, khususnya yang terekam dalam video viral beberapa waktu belakangan itu. Sejauh ini sudah ada 12 orang yang diperiksa perihal tersebut.

"Ormas dan sipil sudah diperiksa lima lagi. Jadi sudah 12 orang saksi yang kita periksa," tutur Barung saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu (24/8/2019).

Barung menyebut, pihaknya akan bergerak cepat menuntaskan kasus dugaan rasisme itu. "Dalam waktu dekat ini lah kita umumkan (tersangka)," jelas dia.

Sementara untuk terduga pelaku yang disinyalir merupakan anggota TNI, lanjut Barung, telah diserahkan sepenuhnya kepada POM TNI. Yang jelas, baik TNI dan Polri melakukan koordinasi dalam pengusutan ujaran rasis ke mahasiswa Papua.

"Kalau TNI mungkin bisa (tanya) ke Kapendam (informasinya)," jelas Barung.

Kepala Kantor Staf Kepresidenan Moeldoko menyebut, Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah meminta Kapolri Jenderal Tito Karnavian dan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto untuk menindak tegas oknum aparatnya yang bertindak rasis terhadap mahasiswa Papua di Jawa Timur.

Hal ini dikatakan Moeldoko menanggapi desakan sejumlah pihak agar Jokowi memberikan sanksi kepada oknum aparat yang berbuat rasis, sehingga memicu kericuhan di Papua. Moeldoko sepakat aparat yang melakukan hal itu diberikan sanksi secara hukum.

"Presiden kemarin juga sudah menyampaikan kepada Panglima, kalau memang ada aparatnya yang nyata-nyata melakukan hal seperti itu (rasis), tindak, enggak ada alasan," kata Moeldoko di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis 22 Agustus 2019.