Sukses

4 Kasus Ospek yang Mencoreng Pendidikan di Indonesia

Tercatat ospek dengan kekerasan ini berulang kali terjadi dan mencoreng pendidikan di Indonesia. Bahkan, beberapa ada yang sampai meninggal dunia.

Liputan6.com, Jakarta - Orientasi studi dan pengenalan kampus (Ospek) kerap disalahartikan oleh para senior. Tak jarang, mereka semena-mena saat memperkenalkan sekolahnya ke para junior. Tak jarang juga menggunakan kekerasan.

Tercatat ospek dengan kekerasan ini berulang kali terjadi dan mencoreng pendidikan di Indonesia. Bahkan, beberapa ada yang sampai meninggal dunia.

Kemenristek Dikti sebenarnya sudah membuat pedoman agar ospek dilakukan sesuai aturan.

Salah satu yang tertulis, yakni asas demokratis, yang berarti kegiatan dilakukan berdasarkan kesetaraan dengan menghormati hak dan kewajiban setiap pihak yang terlibat. Asas humanis, yaitu PKKMB dilakukan atas dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, prinsip persaudaraan, dan anti kekerasan.

Dengan begitu, diharapkan tidak ada lagi ospek yang melampaui batas. Berikut beberapa ospek yang mencoreng dunia pendidikan Tanah Air:

1. Opsek Minum Ludah di Universitas Khairun

Orientasi studi dan pengenalan kampus (Ospek) di Universitas Khairun Ternate, Maluku Utara, kembali mencoreng dunia pendidikan Indonesia. Mahasiswa baru disuruh meminum ludah dan berjalan jongkok.

Rektor Unkhair Ternate, Husen Alting, mengatakan masa orientasi itu dilakukan pada Fakultas Perikanan dan Kelautan, yang dilaksanakan 29 Agustus 2019.

Dalam hasil pemeriksaan, empat mahasiswa senior ditetapkan sebagai pelaku yang terlibat langsung dalam kejadian itu. Mereka di antaranya berinisial FSMA, AE, LM dan NSF dari Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan.

Husen mengatakan, dari hasil pemeriksaan, mereka telah terbukti melanggar akademik dan kode etik mahasiswa. Karenanya, empat mahasiswa tersebut diberikan sanksi berupa skorsing.

Saksikan Video Terkait di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

2. Mahasiswa IPDN tewas saat orientasi

Setelah sempat mereda, kasus penganiayaan di IPDN sempat mencuat kembali. Ini dipicu dari tewasnya Praja Sulawesi Utara bernama Jonoly Untayanadi (25). Praja ini mengembuskan napas terakhir saat mengikuti orientasi, Jumat (25/1/2013).

Dari keterangan kerabat korban, Anton Jabarmase, Jonoly sebelumnya sering keluar masuk rumah sakit akibat disiksa para seniornya.

"Sebelum ini, dia (korban) juga pernah masuk rumah sakit karena disiksa. Orangtuanya ada di Tual, Maluku Tenggara. Bapaknya baru meninggal sebulan yang lalu," ujar Anton di kamar jenazah RS Malalayang.

Sementara itu, pihak IPDN mengatakan praja muda ini tewas akibat terperosok saat melewati kolam sedalam 2 meter.

3. Tewasnya Taruna STIP

Kasus tewasnya taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Marunda, Cilincing, Jakarta Utara, Dimas Dikita Handoko (19), rupanya hanya dipicu masalah sepele. Dimas yang merupakan taruna tingkat pertama sekolah pelayaran tersebut dinilai tidak kompak serta tak respek jika berhadapan dengan para seniornya.

Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Utara AKBP Daddy Hartadi mengungkapkan, para pelaku mengaku ditegur oleh taruna semester IV yang menyebut bahwa korban tidak respek dan tidak kompak.

"Selanjutnya para korban dipanggil ke tempat kos pelaku Angga. Di mana rumah kos tersebut kerap dipakai para pelaku berkumpul," jelas Daddy di Mapolres Metro Jakarta Utara.

Daddy mengatakan, rumah kos tersebut mempunyai dua lantai di mana pelaku Angga menyewa di lantai bagian atas. Di lantai dua sendiri, terdapat tiga ruangan.

"Lantai bawah itu dihuni pemilik kos. Di lantai dua disewa pelaku Angga, di lantai dua ada kamar mandi, ruang tengah dan satu ruangan yang lumayan besar. Kasur ditaruh di ruang tengah," jelas Daddy.

Daddy melanjutkan, awalnya para pelaku meminta 14 taruna tingkat 1, termasuk Dimas, untuk datang ke rumah kos tersebut.

"Tapi yang datang cuma tujuh orang, termasuk Dimas. Dimas sendiri datangnya paling terakhir. Makanya dia masih memakai seragam," ucap Daddy.

3 dari 3 halaman

4. Mahasiswa Unhas Tewas

Awaluddin (19), mahasiswa Universitas Hasanuddin jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) meninggal dunia di Rumah Sakit (RS) Wahidin Sudiro Husodo. Korban menderita sakit usai mengikuti ospek di kampusnya selama dua hari berturut-turut.

Dari keterangan keluarga korban, Awaluddin langsung terkapar di kamarnya setelah mengikuti ospek tersebut. Awaluddin pun langsung dibawa ke rumah sakit, tapi nyawanya sudah tidak tertolong. Di rumah sakit itu juga baru diketahui ada luka lebam dan lecet di sekujur tubuhnya.

Keluarga menduga korban meninggal akibat kekerasan saat mengikuti ospek. Pasalnya, sebelum mengikuti ospek di kampusnya dia dalam kondisi sehat dan tidak menderita satu penyakit yang serius.

"Kalau memang dengan autopsi penyebabnya bisa diketahui ya kami akan melakukannya. Keluarga besar telah sepakat untuk itu," kata Andri keluarga korban.