Sukses

HEADLINE: BJ Habibie Meninggal, Apa Saja Warisan untuk Indonesia dan Dunia?

Tak hanya di tingkat nasional, prestasi gemilang BJ Habibie juga dirasakan manfaatnya oleh dunia internasional, terutama dalam bidang kedirgantaraan.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia berduka. Putra terbaik bangsa, Bacharuddin Jusuf Habibie atau BJ Habibie tutup usia. Presiden ke-3 RI itu mengembuskan napas terakhirnya di RSPAD, Rabu, 11 September 2019, dalam usia 83 tahun.

Kepergian Bapak Tekonologi ini tak hanya meninggalkan kisah kesetiaannya dengan sang istri, Hasri Ainun Habibie. Prestasi gemilang BJ Habibie yang terukir semasa hidupnya juga memberikan warisan tersendiri bagi bangsa dan dunia.

Menurut pengamat politik LIPI, Indria Samego, dalam beberapa hal BJ Habibie menunjukkan kebijakan yang membangun Indonesia lebih demokratis. Hal itu bisa dilihat dari langkah-langkah dan kebijakannya yang paling menonjol.

"Kala itu, dia memberi keleluasaan para tokoh untuk membuat parpol dan ikut pemilu dengan jurdil dan luber pada 1999," kata Indria saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Kamis (12/9/2019).

Kebijakan BJ Habibie ini dianggap telah membuka keran alam demokrasi Indonesia. Selama 32 tahun era kepemimpinan Soeharto, dunia demokrasi Indonesia seolah terkunci lantaran dikungkungi sistematika kekuasan.

"Sehingga Golkar yang enam kali pemilu sebelumnya disokong pemerintah, kehilangan kekuatannya menjadi partai yang dikalahkan PDIP," ujar dia.

 

Infografis Warisan BJ Habibie untuk Indonesia dan Dunia. (Liputan6.com/Triyasni)

Indria mengungkapkan, praktik demokrasi yang diterapkan semasa BJ Habibie tentu memiliki dinamika tersendiri. Kondisi yang terjadi kala itu tidak bisa disamaratakan dengan keadaan saat ini.

"Harus dilihat persepektif konstektualnya. Apa yang dihadapi Habibie dulu tidak dihadapi pemimpin sesudahnya. Tapi kita sudah komit dengan demokratisasi," jelas Indria.

Namun begitu, ia memandang masih banyak faktor yang tidak bisa diabaikan, sehingga dapat mengganggu proses demokratisasi itu sendiri. Kondisi ini bisa menimbulkan banyak kekhawatiran.

Dalam hal kehidupan pers, pria kelahiran Pare-Pare, 25 Juni 1936 lalu itu disebutnya memberikan angin segar bagi dunia informasi. Dia telah memberikan landasan yang sangat revolusioner.

"Pers diakui di luar tiga cabang kekuasaan, yaitu legislatif, eksekutif, dan yudikatif," ujar dia.

Menurut Indria, jika kebebasan pers tidak diberikan, maka pengakuan BJ Habibie sebagai sosok demokrat akan menjadi isapan jempol semata.

"Kalau (pers) diakui sebagai yang keempat pilar demokrasi, tapi pers ditakuti, dibredel, diancam dengan berbagai macam ketentuan yang sifatnya represif. Tentu saja itu di mulut saja, hanya basa-basi," ujar dia.

Pesawat N250 karya BJ Habibie diparkir di hanggar PT Dirgantara Indonesia (PT DI). n250 digadang lebih canggih dibanding pesawat ATR. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Sementara dalam bidang kedirgantaraan, mantan KSAU Marsekal (Purn) TNI Chappy Hakim yang juga jadi pengamat penerbangan menilai, BJ Habibie sebagai sosok yang sukses membuat Indonesia di mata dunia sejajar sebagai negara pembuat pesawat terbang. Melalui Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN)--kini PT Dirgantara Indonesia--pesawat itu pun lahir dari tangannya.

"Membuat sendiri pesawat terbang sebagai bagian yang utuh dalam pengelolaan wilayah udara teritori NKRI pada aspek menjaga martabat dan kedaulatan negara di udara," kata Chappy kepada Liputan6.com, Kamis (12/9/2019).

Dia mengungkapkan, salah satu produk unggulannya adalah pesawat CN-235. Pada awal produksinya, sebanyak 1 Skuadron CN-235 versi militer telah digunakan Angkatan Udara dalam jajaran armada angkut pasukan dan barang di Halim Perdanakusuma.

"Seiring dengan itu 15 pesawat terbang CN-235 versi sipil telah pula menjadi tulang punggung armada Maskapai Penerbangan Perintis Merpati Nusantara Airlines dalam melayani rute penerbangan di wilayah terpencil dan terisolasi di pelosok Nusantara," ujar dia.

Atas prestasi itu, Indonesia banjir pesanan CN-235 dari berbagai negara. CN-235 kala itu telah masuk dalam list pesawat terbang yang reliable untuk digunakan bagi keperluan militer, sipil komersial, dan juga untuk VIP Flight.

"Di antara banyak negara yang kemudian memesan dalam versi militer dan VIP itu, antara lain adalah Korea Selatan," ujar dia.

Lantas, bagaimana nasib industri kedirgantaraan Indonesia sepeninggal sosok seperti BJ Habibie?

"Ya, harus tetap berlanjut. Masalahnya kita kehilangan salah satu orang yang sangat concern terhadap pengembangan air and space. Bahwa kalau berlanjut harus berlanjut. Kita justru tidak boleh berhenti dengan kehilangan Beliau sebagai pelopor," terangnya.

Saat ini, lanjut dia, tugas anak-anak muda-lah untuk melanjutkan warisan yang telah ditinggalkan oleh BJ Habibie. Tinggal bagaimana mengelola, mengumpulkan, dan membina anak-anak muda itu. Ada hal yang menurut dia patut ditiru dari BJ Habibie.

"Yang jelas ambisi Beliau mengangkat Indonesia ke kelas dunia itu yang paling utama," tambahnya.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Mr Crack dan Boeing 747

Tak hanya di tingkat lokal, prestasi BJ Habibie juga dirasakan manfaatnya oleh dunia internasional, khususnya dalam bidang dirgantara.

Di lingkungan ahli aeronautic, aerospace, industri pesawat, dan ilmuwan internasional, BJ Habibie dijuluki Mr Crack. Julukan itu merupakan penghormatan para ahli atas temuannya yang dapat menghitung "crack propagation on random" sampai ke atom-atomnya, yang menjadi penyebab keretakan di badan, terutama sayap pesawat.

Temuannya itu berawal dari jatuhnya pesawat Fokker 28 dan pesawat tempur Jerman, Starfighter F-104 G. Kasus itu menimbulkan kehebohan karena tak ada yang tahu penyebabnya.

Departemen Pertahanan Jerman kala itu menantang para ahli mencari penyebabnya. BJ Habibie yang saat itu bekerja di perusahaan penerbangan Hamburger Flugzeugbau (HFB), Jerman, berhasil menemukan penyebabnya.

Pesawat N-250 merupakan pesawat rancangan terakhir Presiden Ketiga RI BJ Habibie saat memimpin PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN), kini PT Dirgantara Indonesia. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Dari situ lahirlah Teori Habibie, Faktor Habibie, dan Prediksi Habibie yang sangat populer. Rumusan Habibie tersebut dapat ditemui pada sejumlah jilid 'Advisory Group for Aerospace Research and Development (AGARD)', sebagai buku pegangan tentang prinsip-prinsip ilmu desain pesawat terbang standar NATO.

Temuan Habibie pada 1965, saat usianya 28 tahun, sangat bermanfaat bagi dunia penerbangan. Temuan pertama di dunia itu hingga kini digunakan industri pesawat terbang.

Prof Dr Ing B Lascka, ahli aerodinamika Jerman, dalam tulisannya menyebutkan, "crack propagation" temuan Habibie sangat penting dalam dunia penerbangan. Inilah sumbangan terbesar BJ Habibie dalam dunia dirgantara.

"Retakan dalam struktur pesawat memang sangat mencemaskan para perekayasa struktural, penyebaran retak sungguh sulit diperhitungkan. Habibie berhasil menemukannya," tulis Lascka, seperti dikutip dari Antara.

Teorinya ini bahkan sudah diakui berbagai Lembaga dirgantara dunia, misalnya Gesselschaft fuer Luft und Raumfahrt (Lembaga Penerbangan dan Angkasa Luar) Jerman, The Royal Aeronautical Society London (Inggris), The Royal Swedish Academy of Engineering Sciences (Swedia), The Academie Nationale de l’Air et de l’Espace (Prancis) dan The US Academy of Engineering (Amerika Serikat).

Boeing 747 yang sangat terkenal juga pernah menjadi garapan BJ Habibie. Ketika itu, pesawat yang telah menjadi kebanggaan dunia ini mendapat persoalan pada fuselage bagian haluan dan buritan. BJ Habibie memecahkan masalah ini secara teoritis dengan cara yang amat tepat.

Pada 1974, BJ Habibie sudah didapuk menjadi wakil presiden dan direktur teknologi Messerschmidt Boelkow Blohm (MBB). Jabatan itu adalah jabatan tertinggi yang penah didiuduki oleh seorang asing di perusahaan itu.

Bahkan, Jerman yang saat itu tahu BJ Habibie bukan orang biasa, langsung menawarinya status warga negara kehormatan. Bukannya senang dengan status yang jarang diberikan Jerman itu, BJ Habibie justru menolak.

"Sekali pun menjadi warga negara Jerman, kalau suatu saat Tanah Air ku memanggil, maka paspor (Jerman) akan saya robek dan akan pulang ke Indonesia," kata BJ Habibie seperti dikutip dalam buku Habibie dan Ainun.

 

3 dari 3 halaman

Selamat Jalan Bapak BJ Habibie

Bacharuddin Jusuf Habibie atau BJ Habibie meninggal dunia pada Rabu, 11 September 2019 di RSPAD Jakarta. Dia mengembuskan napas terakhirnya pada pukul 18.05 WIB.

Menurut putra BJ Habibie, Thareq Kemal, ayahandanya meninggal karena gagal jantung. "Sudah menua, organ melemah dan tidak kuat lagi. Jantungnya menyerah, " kata Thareq dalam jumpa persnya di RSPAD Jakarta, Rabu (11/9/2019).

Thareq menyebut, tim dokter sudah melakukan tindakan yang terbaik untuk ayahnya, BJ Habibie. Namun Tuhan berkehendak lain, BJ Habibie menutup mata dalam usia 83 tahun.

Kepergian pria kelahiran Pare-Pare ini membuat rakyat Indonesia berduka. Ucapan belasungkawa pun mengalir deras dari masyarakat.

"Kita telah kehilangan putra terbaik bangsa, semoga almarhum mendapat tempat yang mulia di sisi Allah Yang Maha Kuasa," kata Wakil Presiden Jusuf Kalla di Jakarta, Rabu, 11 September 2019.

Usai disemayamkan di rumah duka Jalan Patra Kuningan Jakarta Selatan, jenazah BJ Habibie selanjutnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan, Kamis, 12 September 2019. Pemakaman ini dihadiri tokoh, pejabat, serta masyarakat. Mereka tumpah ruah di areal pemakaman.

Presiden Joko Widodo meletakan karangan bunga di makam Presiden ke-3 RI Bacharuddin Jusuf Habibie di TMP Kalibata, Jakarta, Kamis (12/9/2019). Habibie wafat pada Rabu (11/9/2019) dalam usia 83 tahun saat menjalani perawatan di RSPAD Gatot Soebroto. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Hadir sebagai inpektur upacara, Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Sebelum proses pemakaman berlangsung, Jokowi memberikan membacakan apel persada.

"Apel persada, saya presiden RI, atas nama negara, bangsa, dan Tentara Nasional Indonesia, dengan ini mempersembahkan ke persada ibu pertiwi, jiwa raga dan jasa-jasa almarhum. Nama Prof Dr Ing Haji BJ Habibie. jabatan, presiden ketiga RI, putra dari Alwi Abdul Jalil Habibie yang telah meninggal dunia demi kepentingan dan keluruhan negara dan bangsa pada rabu, 11 september 18.05 di RSPAD Gatot Soebroto karena sakit," ujarnya.

"Semoga jalan darma bhakti yang ditempuhnya dapat menjadi suri teladan dan arwahnya mendapat tempat semestinya di alam baka," sambung Jokowi.

Usai pembacaan apel persada, jenazah BJ Habibie dikebumikan. Makamnya terletak di kavling 120, tepat di samping pusara sang istri Ainun Habibie yang wafat pada Mei 2010 lalu.

Presiden Joko Widodo didampingi Wapres Jusuf Kalla memimpin upacara pemakaman Presiden ke-3 RI Bacharuddin Jusuf Habibie di TMP Kalibata, Jakarta, Kamis (12/9/2019). Habibie wafat pada Rabu (11/9/2019) dalam usia 83 tahun saat menjalani perawatan di RSPAD Gatot Soebroto. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroh

Sosok BJ Habibie di mata putranya, Ilham Habibie, merupakan ayah yang tak pernah mau berhenti untuk belajar dan ingin mengetahui hal-hal yang baru. Hal ini, terbukti hingga Habibie menghembuskan napas terakhirnya di RSPAD Gatot Soebroto.

"Bapak tidak pernah mau berhenti untuk belajar, selalu ada hal baru yang harus kita mengerti, mulai tantangan masalah sampai dengan solusi," tutur putra Habibie, Ilham Habibie menyampaikan salam perpisahan, di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta Selatan, Kamis (12/9/2019).

Menurut dia, almarhum Habibie juga sangat senang menghadiri sebuah acara dan memberikan masukan serta nasihat untuk kemajuan bangsa. Ilham menuturkan hal ini terus dilakukan Habibie meski usianya sudah sepuh dan menderita penyakit.

"Sikap bapak adalah terbuka kepada semuanya, merangkul semua pihak. Tidak membedakan. Kita selalu mencoba melihat yang baik kepada siapapun dan memanage yang kurang baik," tutur Ilham.

Kini, sang ayah itu telah tiada. Ia berharap dapat berkumpul kembali di akhirat kelak.

"Sampai jumpa di akhirat, bapak, eyang tercinta. Selamat jalan dan kita mencintai papa dan eyang semuanya. Mudah-mudahan khusnul khotimah. Mohon maaf atas semua yang kita buat kepada eyang. Kita cinta bapak," ucap Ilham.

Selamat jalan BJ Habibie, Bapak Demokrasi dan Teknologi.... 

Â