Liputan6.com, Karawang - Kemiskinan membuat Sahid (70) dan Komah (65) tak bisa menghabiskan usia sepuh dengan layak. Tak mudah bagi mereka untuk mendapat uang meski hanya satu rupiah lantaran tidak mampu lagi bekerja.
Tak jarang, suami-istri itu berpuasa seharian, menahan lapar, karena tak punya uang, walaupun untuk membeli beras.
Komah bercerita, saat masih kuat, dia bekerja sebagai buruh tani. Warga Dusun Karangmulya, Desa Medankarya, Kecamatan Tirtajaya, Karawang itu sering membantu tetangganya yang panen padi.
Advertisement
Seiring waktu, tubuhnya tak sekuat dulu lagi. Kini, Komah dan Sahid tak lagi bisa bekerja berat. Namun, tak ada kata "mengemis" dalam kamus hidup keduanya meski didera kemiskinan.
Jika tidak ada bantuan dari warga, mereka akan menahan lapar seharian. Ketika tidak kuat lagi, mereka akan mencari kerja serabutan. Itupun tak mudah. Tidak ada lagi orang yang meminta mereka bekerja lantaran usianya.
"Dalam sehari terkadang kami harus mencari dulu kerja sarabutan, karena tidak ada beras untuk dimasak," kata Komah, Karawang, Selasa (16/9/2019).
"Sekarang sudah tua tidak bisa bekerja keras, hanya mencari rumput untuk kambing peliharaan," lanjut dia.
Mereka juga tak bisa mengandalkan ketiga anaknya yang sudah berumah tangga. Malah, Komah dan Sahid lah yang kerap membantu anak-anaknya karena kemiskinan juga mereka alami.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Tinggal di Gubuk Terpal
Potret kemiskinan Sahid dan Komah terlihat dari rumahnya. Pasangan renta itu tinggal di sebuah gubuk yang terbuat dari bambu, terpal dan bekas spanduk.
"Jika musim hujan, gubuknya pasti dimasuki air karena atap sudah bocor. Lantai rumahnya juga berlumpur, karena alasnya tanah," tutur Sahid.
10 bulan lalu, keduanya masih tinggal di rumah yang layak huni. Namun, api membumihanguskan tempat berlindung mereka.
"Sudah tinggal digubuk 10 bulan, pasca rumah dan tidak menyisakan barang berharga sama sekali, " kata Sahid.
Namun, keduanya tetap tak mau mengeluh di tengah himpitan ekonomi. Pasangan lansia ini pasrah karena tak memiliki uang untuk memperbaiki rumah.
"Jangankan biaya perbaikan rumah, kebutuhan sehari harinya saja mengharapkan belas kasih. Dan syukurnya masih banyak yang peduli," tutur Sahid.
Advertisement