Liputan6.com, Jakarta Pencari suaka yang menempati trotoar di Kebon Sirih, Jakarta Pusat menolak kembali ke gedung penampungan eks Kodim Kalidetes Jakarta Barat.
"Keadaan kami di sana (Kalideres) tidak beda jauh, untuk air dan makanan kami kesusahan. Kami tidak akan kembali kesana," kata Syukria dikutip dari Antara di Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Selasa 17 September 2019.
Syukria dan 52 pencari suaka lainnya kembali menempati trotoar Kebon Sirih karena telah menandatangani perjanjian dengan UNHCR (Komisaris Tinggi PBB Untuk Pengungsi).
Advertisement
"Kami menandatangani perjanjian dengan UNHCR karena mereka bilang tanggal 31 Agustus penampungan Kalideres harus dikosongkan," kata Syukria.
Lewat perjanjian tersebut Syukria yang memiliki 5 anggota keluarga mendapatkan uang sebesar Rp1.600.000 untuk kebutuhan hidup setelah bersedia keluar dari gedung eks Kodim Kalideres.
Namun rupanya uang tersebut tidak cukup untuk kebutuhan lima orang dalam waktu satu bulan.
Karena sudah berjanji akan keluar dari penampungan Kalideres secara sukarela, maka para pencari suaka akhirnya kembali menempati trotoar Kebon Sirih dekat dengan Kantor UNHCR.
"Kami kembali ke sini dengan harapan UNHCR memberikan solusi yang tidak sementara. Kami tidak punya pilihan, tidak apa- apa tidak dikasih uang yang penting kami dapat tempat tinggal dan makanan yang layak seperti orang normal lainnya," kata pencari suaka lainnya, Ali.
Sebelumnya, para pencari suaka yang berasal dari Kalideres kembali menempati jalur pejalan kaki di depan bank Gamon setelah bagian depan Gedung Ravindo dipasangi kawat berduri sejak Jumat sore (13/9).
Mereka merupakan pencari suaka yang berasal dari berbagai daerah di Timur Tengah seperti Afghanistan, Somalia, dan Irak.