Sukses

Kapolri: Stabilitas Keamanan Jadi Modal Penting Pembangunan Ekonomi

Dalam pertemuan itu, Tito menyoroti pentingnya kerja sama kepolisian antar negara-negara ASEAN dalam mewujudkan stabilitas keamanan.

Liputan6.com, Jakarta - Kapolri Jenderal Tito Karnavian memimpin delegasi Polri menghadiri Konferensi ASEANAPOL 2019 di Hanoi, Vietnam, Rabu (18/9/2019). Dalam pertemuan itu, Tito menyoroti pentingnya kerja sama kepolisian antar negara-negara ASEAN dalam mewujudkan stabilitas keamanan di kawasan Asia Tenggara.

"Khususnya dalam penanggulangan kejahatan transnasional untuk mendukung terselenggaranya pembangunan ekonomi menuju kemajuan dan kesejahteraan bangsa," kata Tito dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Rabu (18/9/2019).

Menurut dia, stabilitas keamanan akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi dunia. Karena itu, ia mengajak, seluruh anggota ASEANAPOL bersama-sama memberantas kejahatan transnasional.

"Keunggulan dan keberhasilan ekonomi negara-negara ASEAN hanya akan dapat terwujud dengan terpeliharanya stabilitas keamanan yang optimal,” ujarnya.

Tito menambahkan, konferensi ASEANAPOL ini punya peran yang sangat strategis dalam upaya mengoptimalkan kerja sama kepolisian di kawasan Asia Tenggara.

"Kerja sama tersebut diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan bidang operasional, seperti tukar menukar informasi dalam pencegahan kejahatan secara dini maupun penindakan, pencegahan dan penanganan kejahatan di kawasan perbatasan, serta berbagai bentuk komunikasi dan koordinasi dalam penegakan hukum," jelas dia.

Selain itu, kata Tito, kerja sama diselenggarakan dalam bidang pengembangan kapasitas yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan kepolisian.

Di samping itu, ia menyampaikan dukungan secara terbuka terhadap upaya untuk memperkuat aspek operasional ASEANAPOL melalui pembangunan pusat data yang kuat dan terintegrasi.

Namun demikian, Tito menggarisbawahi bahwa upaya tersebut hanya dapat terwujud bila ada keinginan kuat dari seluruh anggota ASEANAPOL.

Tito mengingatkan bahwa tantangan yang akan dihadapi dalam bidang operasional juga sangat besar khususnya perbedaan sistem dan budaya hukum negara anggota. Kejahatan di sebuah negara belum tentu menjadi rumusan kejahatan berdasarkan undang-undang negara lain.

"Jenis data yang dikumpulkan dan dibagikan juga harus diatur secara ketat. Keberhasilan dan kegagalan yang dialami oleh EUROPOL dan INTERPOL dalam pengelolaan pusat data juga harus menjadi pelajaran untuk menentukan model terbaik bagi kepolisian negara-negara Asia Tenggara," terang Tito.

Tujuh kepala kepolisian negara ASEANAPOL turut hadir dalam konferensi ini. Sedangkan, tiga negara yang dihadiri oleh wakil kepala kepolisian adalah Malaysia, Laos dan Thailand.

Konferensi juga dihadiri oleh 10 delegasi mitra dialog yaitu Kepolisian Australia, China, Jepang, Korea, Selandia Baru, Rusia, Turki, Setjen INTERPOL, dan EUROPOL.

Enam delegasi turut hadir sebagai peninjau, yaitu Kepolisian Timor Leste, Fiji, National Crime Agency Inggris, FBI, International Association of Chief of Police, serta Palang Merah Internasional.

Saksikan video pilihan di bawah ini: