Sukses

Jumlah Titik Api Meningkat, Jambi Kian Terkurung Kabut Asap

Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG A Fachri Radjab menyebut, titik api di Jambi mencapai 424 titik.

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG A Fachri Radjab menyebut, titik api di Jambi sejak Sabtu, 21 September 2019 hingga Minggu, 22 September 2019 mencapai 424 titik. Hal tersebut menyebabkan Jambi terus terkurung kabut asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

"Kalau jumlah titik apinya memang masih ada, titik panas selama 24 jam kemaren kita mendeteksi ada 424 titik panas, dari kemaren pagi sampai tadi pagi," ujar dia saat dikonfirmasi, Minggu (22/9/2019).

Fachri mengatakan, jumlah titik api di Jambi selalu berubah-ubah setiap harinya. Berdasarkan data yang diterima BMKG, titik api di Jambi selama 24 jam sejak Sabtu, 21 September 2019 pagi hingga Minggu, 22 September 2019 pagi ini memang lebih banyak dari hari sebelumnya.

Pada Jumat 20 September 2019 pagi hingga 21 September 2019 pagi jumlah titik api di Jambi hanya 332. Sementara pada hari sebelumnya, Kamis 19 September 2019 hingga 20 September 2019, titik api mencapai 545. 

"Titik api fluktuatif, tanggal 19 (September) kemaren itu 545, terus kemarin 332, tadi pagi 424," kata dia.

Sementara untuk jarak pandang di Jambi akibat kabut asap hanya 800 meter.

"Jarak pandang 800 meter hingga 4.000 meter," kata dia.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Langit Merah di Jambi

Sebelumnya, warga di empat desa yang berada di wilayah Kecamatan Kumpeh, Kabupaten Muaro Jambi, dihebohkan dengan fenomena kabut asap pekat. Akibat kabut asap itu, desa tersebut gelap bagai menjelang malam pada siang hari, Sabtu (21/9/2019).

"Iya betul siang hari ini dari jam 11.00 sampai 13.00 WIB cuaca gelap seperti menjelang malam hari, banyak warga yang menghidupkan lampu di rumah," kata Fitriyani, salah seorang warga di Desa Pematang Raman, Kumpeh, Muaro Jambi, Jambi dihubungi Liputan6.com.

Foto dan video kondisi cuaca gelap yang beredar di media sosial pun menurut dia, sama persis dengan kondisi di desanya.

Fitri mengatakan, ada empat desa yang kondisi cuacanya gelap pada siang hari. Keempat desa itu adalah Desa Pulo Mentaro, Puding, Betung dan Pematang Raman. Warga di empat desa itu, katanya, lebih banyak memilih beraktivitas di dalam rumah dan belum ingin mengungsi.

"Apa yang terjadi di kampung ini, padahal ini masih siang kondisinya bukan maghrib, ini tidak ada rekayasa atau editan," kata dia.