Liputan6.com, Jakarta - Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Bernadus Wisnu Wijaya mengatakan, empat daerah masih terjadi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) secara masif.
"Kalau kita lihat masih ada empat titik yang saat ini krusial. Yakni Jambi, kemudian Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah cukup tinggi. Ditambah pula Riau," kata Wisnu dalam acara Forum Merdeka Barat 9, di Kemenkominfo, Jakarta, Senin (23/9/2019).
Baca Juga
Dia menuturkan, segala upaya telah dilakukan, baik melalui pembuatan hujan buatan, melalui jalur udara, maupun pemadaman menggunakan operasi darat.
Advertisement
Meski demikian, kata Wisnu, upaya ini tak akan mudah untuk mengatasi Karhutla. Harus dengan hujan alami, maka bisa padam total.
"Dengan skala kekeringan dan kebakaran hutan yang luas ini, hanya dengan hujan, baru bisa padam total," ungkap Wisnu.
Dia yakin, hujan akan segera datang. Lantaran, di beberapa wilayah sudah ditengarai mengalami musim hujan.
"Saat ini sudah ada spot-spot awan-awan hujan, karena tanpa awan hujan tak mungkin kita buat hujan buatan. Dan saat ini ditengarai di utara sudah mulai hujan. Bahkan di Aceh sudah ada yang banjir, di Aceh Selatan," kata dia.
Dia berharap, awan-awan hujan terus bergerak dan mengarah ke wilayah-wilayah yang masih mengalami Karhutla.
"Jadi kita berharap, kita bisa lebih intensif kita bisa membuat hujan buatan, sampai musim hujan," kata Wisnu.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Belum Gunakan Peralatan Standar
Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapan BNPB Bernadus Wisnu Wijaya mengatakan, sampai sekarang pihaknya belum mendapatkan informasi terbaru, berapa jumlah Satuan Tugas (Satgas) Karhutla, yang terpapar gas karbon monoksida.
Diketahui, ada 6 orang terpapar gas tersebut. Tepatnya di wilayah Kotawaringin Barat (Kobar), Kalimantan Tengah.
"Yang terpapar tadi, terus terang saya belum mendapatkan informasi detail," kata Wisnu.
Meski demikian, dia tak menampik, banyak Satgas masih belum menggunakan alat yang lengkap.
"Ini menjadi konsen kami, bahwa petugas-petugas di lapangan, nanti kita siapkan dengan peralatan-peralatan yang memang standar untuk menangani ini (Karhutla). Kita tahu Indonesia terkait penanganan yang masif seperti itu, ini masih ada beberapa yang kita tingkatkan untuk safety daripada petugas," ungkap Wisnu.
Menurut pengamatannya, sampai sekarang baru Satgas yang dibina oleh Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, yang paling lengkap alatnya.
"Saya lihat yang sangat bagus, yakni yang dikelola oleh teman-teman dari LHK," pungkasnya.
Sebelumnya, Plt Kapusdatinmas BNPB Agus Wibowo memberikan data dari 39 Satgas Karhutla di Kobar. Hasilnya, 16 orang kadar CO (Karbon Monoksida) lebih dari 10 ppm, yang artinya berada di tingkat hati-hati. 4 orang dalam batas waspada atau sekitar 1-9 ppm, dan 19 orang masih normal.
"Itu hasil pemeriksaan tanggal 12 September 2019," kata Agus.
Dari data yang diberikan pun, 16 orang yang terpapar gas karbon monoksida itu direkomendasikan untuk beristirahat selama kurang lebih 2 minggu. Dan diberikan asupan gizi yang baik.
Agus pun membenarkan, sampai sekarang 16 orang tersebut tengah beristirahat. "Iya sesuai hasil tersebut, istirahat dulu," ungkap Agus.
Advertisement