Sukses

Kemnaker: SDM Unggul Kunci dan Prasyarat Indonesia untuk Maju

Revolusi industri 4.0 berdampak luar biasa di aspek ketenagakerjaan. Pola konsumsi, pola produksi, dan pola distribusi barang dan jasa saat ini berubah sangat ekstrem.

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Ketenagakerjaan melalui Biro Humas Kemnaker menggelar Diskusi Ketenagakerjaan dengan tema "Menyongsong Revolusi Industri 4.0 Melalui Pelatihan Vokasi: Perkuat Daya Saing Sumber Daya Manusia" bertempat di Ruang Tripartit Kemnaker, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Senin (23/9).

Diskusi Ketenagakerjaan yang menghadirkan pembicara Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas (Dirjen Binalattas) Kemnaker, Bambang Satrio Lelono; Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Ketenagakerjaan dan Hubungan Industrial, Anton J. Supit dan Direktur Union Global Asia & Pasific, Kun Wardana Abyoto ini dibuka secara resmi oleh Staf Ahli Menteri Bidang Ekonomi dan Sumber Daya Manusia Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker), Aris Wahyudi.

Dalam sambutannya, Aris Wahyudi mengatakan bahwa revolusi industri 4.0 berdampak luar biasa di aspek ketenagakerjaan. "Pola konsumsi, pola produksi, dan pola distribusi barang dan jasa saat ini berubah sangat ekstrem. Itulah kenapa disebut "digital distraction", ada kekacauan, dan ada ketidakteraturan dari bisnis lama," ujar Aris Wahyudi.

Dikatakan oleh Aris, ilmu ekonomi lama hanya membahas 3 hal. Bagaimana produksi barang dan jasa? Bagaimana distribusi barang dan jasa? Bagaimana pola konsumsi barang dan jasa? Dalam kontes ketenagakerjaan sekarang yang dibahas juga "Bagaimana masalah produksi dan jasa, distribusi produk dan jasa, dan penggunaan jasa tenaga kerja,"

Begitu besarnya dampak revolusi industri 4.0 terhadap ketenagakerjaan membuat pemerintah sejak tahun lalu memberikan perhatian lebih di sektor ketenagakerjaan dan pengembangan SDM. Aris Wahyudi mengatakan anggaran Kementerian Ketenagakerjaan setiap tahun terus meningkat.

"Saat ini posisi (anggaran) Kementerian Ketenagakerjaan di rangking 20 dari 86 kementerian/lembaga. Ini luar biasa, karena tahun 2018 lalu di angka 30 dari jumlah kementerian/lembaga yang ada di Indonesia. Ini menjadi bukti adanya satu progres dan perhatian terhadap ketenagakerjaan. Dari isu-isu pinggiran yang tidak dianggap penting menjadi dianggap penting," jelas Aris.

Namun, besarnya anggaran tidak membuat kementerian dapat bekerja sendiri karena tetap membutuhkan kolaborasi berbagai stakeholder.

 

"Dalam konteks pengembangan SDM, secanggih apapun peralatan di lembaga pendidikan dan balai latihan kerja (BLK) pasti tidak bisa mengimbangi kemajuan peralatan atau teknologi di industri," kata Aris Wahyudi.

Selain itu, di lembaga pendidikan dan blk muatan materi yang sifatnya produktif juga materi-materi yang memungkinan anak-anak untuk learning agility-nya juga penting untuk tetap dijaga.

"Dalam kurikulum ada 3 komponen besar, muatan sifatnya normatif, adaptif, dan sifatnya produktif. Kita harapkan bisa mengimbangi terjadi sesuatu yang distraction tadi," ujar Aris Wahyudi.

Kemnaker Kembangkan skema 3R

Menyongsong revolusi industri 4.0, Kementerian Ketenagkerjaan melakukan berbagai upaya, salah satunya dengan mengembangkan skema 3R.

"BLK-BLK Kemnaker termasuk juga di UPT sudah kita dorong untuk berubah. Meliputi Reorientasi, Revitalisasi, dan Rebranding. Informasi terkait reorientasi kejuruan apa yang harus dibuka atau ditutup karena tidak relevan juga harus dikomunikasikan," ujar Aris.

Revitalisasi, bagaimana peralatan, instruktur, metode-metode pelatihan penting untuk revitalisasi agar alumni-alumni lembaga pendidikan termasuk pelatihan-pelatihan sebagai salah satu kor bisnisKementerian Ketenagakerjaan harus kita dorong.

Rebranding menjadi penting agar bukan sekadar polesan tapi juga persepsi, bahwa pelatihan-pelatihan kita bukan sekadar apa yang kami bisa tapi apa yang dibutuhkan. Sehingga orientasinya bukan lagi "supply driven" tapi "demand driven", yang memang betul dibutuhkan.

Mengingat tanggung jawab Kementerian Ketenagakerjaan untuk mengawal pembangunan SDM pada umumnya dan pendidikan vokasi pada khususnya menjadi semakin strategis, Kemnaker bekerja sama dengan Kadin membentuk Komite Pelatihan Vokasi Nasional.

 

"Ini menjadi satu bentuk kolaborasi yang sangat strategis. Karena simbiosis mutualisme, sama-sama membutuhkan. Dengan bergandengan tangan dari sisi "demand", informasi kebutuhan riil, dan juga kita harapkan dengan "demand yang jelas pasti menjadi panduan dari sisi "supply" untuk tahu yang harus kita latih dan kualifikasinya seperti apa, tempatnya dimana menjadi penting, Sehingga tidak terjadi yang dilatih tidak ditempatkan, dan yang ditempatkan tidak dilatih," jelas Aris Wahyudi.

Aris mengatakan bahwa pihak Kementerian Ketenagakerjaan pun akan menyesuaikan perubahan. "Bagaimana pelayanan di Kemnaker "friendly" dengan Revolusi Industri 4.0 sehingga terjadi suatu sinergitas. Kementerian ketenegakerjaan menyediakan pusat perencanaan ketenagakerjaan untuk bisa memandu sisi "supply" dari dunia pendidikan dan pelatihan.

"Sehingga nanti sinergitas di antara supply dan demand akan terbangun. Efisiensi dan efektivitas pengembangan SDM akan menjadi semakin meningkat. Demikian juga Insentif yang akan diberikan oleh pemerintah terkait dengan super tax deduction, ini bagian dari trigger echanism untuk mendorong industri berperan serta dalam pembangunan SDM," tutur Aris.

Mengakhiri sambutannya, Aris Wahyudi mengingatkan kembali pentingnya sumber daya manusia sebagai kunci bangsa untuk maju.

"Masalah SDM unggul menjadi satu kunci, prasyarat untuk Indonesia maju. Mari bersinergi dan bergandengan tangan, agar mimpi dan cita-cita menjadi tuan rumah di negeri sendiri bisa diwujudkan," ujar Aris Wahyudi.

 

(*)