Liputan6.com, Jakarta Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo menyatakan, hasil investigasi menunjukkan United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) dan Komite Nasional Papua Barat (KNPB), diduga mendalangi kerusuhan di Wamena dan Jayapura.
Insiden tersebut sengaja dibuat bertepatan dengan diselenggarakannya sidang umum PBB.
"Untuk kejadian Papua, kita harus melihatnya secara luas. Bahwa sedang ada Sidang Umum PBB di New York tanggal 23 sampai 27 September ini," tutur Dedi di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (24/9/2019).
Advertisement
Untuk di Wamena, lanjut Dedi, KNPB menyusup menggunakan seragam SMA dan ikut andil dalam kerusuhan. Hoaks rasisme pun digunakan untuk memprovokasi pelajar sekolah SMA PGRI dan masyarakat untuk menggeruduk sekolah Yayasan Yapis.
Akibatnya, 22 warga sipil tewas dan 72 orang lainnya luka-luka. Sementara, massa juga melakukan pengerusakan dan pembakaran fasilitas umum, kantor pemerintahan, dan permukiman masyarakat.
Adapun di Jayapura, tepatnya di Expo Wamena, satu anggota TNI dan tiga mahasiswa eksodus meninggal dunia. KNPB memanfaatkan Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) untuk berunjuk rasa, menduduki auditorium Universitas Cendrawasih, dan menyerang aparat TNI Polri.
Dedi menyebut, kondisi ini digunakan untuk menjual isu kemerdekaan Papua dan mengundang perhatian peserta Sidang Umum PBB ke-74.
"Diduga kelompok-kelompok yang mendalangi kerusuhan di Papua memanfaatkan momen untuk mencari perhatian karena sedang ada Sidang Umum PBB," Dedi menandaskan.
Â