Liputan6.com, Jakarta - Asal-usul sebuah nama tempat memang menarik untuk dibahas. Toponimi suatu kampung biasanya terkait dengan asal-usul leluhur atau kebiasaan warga pada tempo dulu. Dengan mengenal masa lalu, orang pun semakin dekat dengan jati dirinya.
Hal itulah yang mendasari Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) menggelar acara Jamlurah (Jangan Lupakan Sejarah). Setelah dilaksanakan di Pondok Labu dan Tanah Abang, Jamlurah hadir di Sunter, Jakarta Utara. Pada Sabtu (28/9/2019) malam, warga berkumpul di salah satu sudut permukiman RW 01 Kelurahan Sunter Jaya.
Baca Juga
Tak hanya bincang-bincang sejarah, mereka hadir menikmati beberapa kesenian Betawi, di antaranya gambang kromong.
Advertisement
Tokoh masyarakat Sunter H Muhammad Makmun Jaelani menjelaskan, penduduk Kelurahan Sunter Jaya pada awalnya tinggal di Jalan Bentengan. "Dahulu tempat ini masih berupa sawah dan ladang. Itu kondisi tahun 1970-an di mana banyak penduduk menanam kangkung di sawah. Pada era 1970-an itu pula Sunter digali tanahnya untuk dijadikan Danau Sunter 1 dan Sunter 2. Kemudian tahun 1980-an mulailah berdiri rumah-rumah warga," kata Makmun.
Ketua Penelitian dan Pengembangan LKB, Yahya Andi Saputra menambahkan mengenai sejarah lebih awal dari daerah ini. Yahya mengungkapkan, Sunter masa lalu merupakan wilayah yang dikuasai tuan tanah.
"Di sini dahulu adalah rawa, sawah, dan ladang dengan tanaman singkong, " katanya.
Menurut dia, cerita rakyat di Sunter terpengaruh oleh cerita dari daerah Kemayoran dan wilayah pesisir. Seperti diketahui Sunter memang tidak jauh letaknya dengan daerah Kemayoran, Jakarta Pusat. Sunter juga tak jauh dari batas pantai Jakarta di bagian utara. Saat ini Sunter sudah berubah menjadi kawasan pemukiman yang padat penduduknya.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Soal Jamlurah
Acara Jamlurah (Jangan Ampe Lupain Sejarah) di Sunter ini dipandu oleh H. Yoyo Muchtar dan Maya Shafira sebagai moderator. Masyarakat mengikuti dialog dan diskusi ini sambil santai karena acaranya sendiri dibuat ringan dan mudah dicerna masyarakat, disertai penampilan kesenian Betawi yang cukup menghibur warga.
Sekjen Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) Imbong Hasbullah menyatakan Program Jamlurah merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh LKB agar lebih dekat dengan masyarakat. Jamlurah hadir menjadi lampu senter yang menerangi penelusuran sejarah tentang asal-usul suatu daerah di Jakarta.
Melalui acara ini, masyarakat diharapkan mengerti dan menghargai sejarah kampung atau wilayah tempat mereka tinggal. Dengan mengenal lebih dekat wilayah tempat tinggal mereka, maka akan muncul rasa cinta yang lebih dalam.
LKB sendiri merencakan Jamlurah akan hadir di lima kotamadya di Jakarta.
Advertisement