Liputan6.com, Jakarta - Top 3 News hari ini, berbagai kelompok organisasi mahasisa kembali menggelar demonstrasi, Senin, 30 September 2019. Tuntutan menolak pengesahan RUU KUHP yang dinilai kontroversial serta revisi UU KPK kembali disuarakan.
Massa demo yang awalnya tenang, Senin sore, mahasiswa terpancing dengan suara tembakan gas air mata di depan Restoran Pulau Dua, Senayan, Jakarta Pusat.
Kericuhan juga sempat terjadi di halaman Polsek Metro Tanah Abang, Jakarta Pusat. Senin malam, sekitar pukul 22.00 WIB, sebuah mobil yang tengah terparkir terbakar hebat.
Advertisement
Menurut keterangan petugas Damkar Jakarta Pusat, mobil tersebut diduga sengaja dibakar.Â
Tepat hari ini, Selasa (1/10/2019), seluruh masyarakat Indonesia kembali diingatkan akan peristiwa G 30S, yang telah menewaskan enam jenderal Angkatan Darat (AD). Mereka adalah Ahmad Yani, M.T. Haryono dan D.I. Panjaitan.
Tiga target lainya yaitu Soeprapto, S. Parman dan Sutoyo yang ditangkap hidup-hidup. Sedangkan, Jenderal Abdul Harris Nasution yang jadi target utama penculikan berhasil lolos.
Lolosnya Nasution dari korban penculikan tertuang dalam buku Agus Salim yang menyebut bahwa Nasution melompat ke rumah Duta Besar Irak.
Sementara, Victor M Fic dalam bukunya, Kudeta 1 Oktober 1965: Sebuah Studi Tentang Konspirasi menyebut, bangunan tempatnya bersembunyi adalah rumah Dr Leimena di Jalan Teuku Umar 36.Â
Nasution mengalami patah kaki saat melarikan diri. Victor M Fic menyebut, Nasution bersembunyi di rumah tetangganya itu hingga pukul 06.00 WIB, 1 Oktober 1965.
Lantas, dimana Bung Karno saat detik-detik Gerakan 30 September terjadi?
Kala itu, Presiden Sukarno atau Bung Karno tengah hadir memberikan sambutan pada pertemuan Persatuan Insinyur Indonesia di kawasan Senayan, Jakarta. Sekitar pukul 23.00 WIB, Bung Karno kembali ke Istana Merdeka. Tak lama dia kembali keluar menuju Hotel Indonesia.
1 Oktober 1965, kala itu sekitar pukul 05.15 WIB, hubungan telepon keluar Istana diputus Telkom atas perintah militer diterima Mangil Martowidjojo, Komandan Detasemen Kawal Pribadi dari Resimen Cakrabirawa.
Pukul 06.00 WIB, Bung Karno menerima kabar tentang penembakan yang terjadi di kediaman Nasution dan meminta penjelasan pada Mangil.Â
Dikutip dari Maulwi Saelan: Penjaga Terakhir Soekarno, dia menerangkan, sesuai SOP Tjakrabirawa, ada dua pilihan tempat evakuasi Bung Karno dari Istana dalam keadaan darurat. Pertama, Halim Perdanakusuma karena di sana ada pesawat kepresidenan Jetstar C-140. Kedua, dibawa ke Tanjungpriok, Jakarta Utara, tempat kapal kepresidenan Varuna I-II bersandar.
Berikut berita terpopuler di kanal News Liputan6.com, sepanjang Senin, 30 September 2019:
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
1. Demonstrasi Ricuh, Mobil di Parkiran Polsek Tanah Abang Dibakar
Sejumlah demonstran diduga telah membakar sebuah mobil yang sedang terparkir di halaman Polsek Metro Tanah Abang, Jakarta Pusat. Mobil tersebut dibakar sekitar pukul 22.00 WIB.
Mobil tersebut sengaja dibakar dan bukan terbakar. "Iya kayaknya sih seperti dibakar," kata seorang Petugas Damkar Jakarta Pusat, Jujung saat dihubungi, Senin, 30 September 2019.Â
Saat turun ke lokasi, pihaknya didampingi oleh aparat TNI dan sejumlah warga. Kini, mobil tersebut telah dipadamkan.
"Iya turun (ke lokasi) 1 unit, dengan pendampingan pihak TNI dan warga," tutupnya.
Sementara itu, Kapolsek Metro Tanah Abang AKBP Lukman Cahyono membenarkan terkait insiden pembakaran mobil tersebut.
Â
Advertisement
2. Lolosnya Target Utama Penculikan G30S, Jenderal Besar Nasution
Dini hari itu, 1 Oktober 1965, rentetan tembakan terdengar dari sebuah rumah di jalan yang kini bernama Jalan Teuku Umar, Gondangdia, Menteng, Kota Jakarta Pusat.
Rumah itu merupakan kediaman seorang perwira tinggi Angkatan Darat yang dijadikan salah satu target utama operasi G 30S. Dia adalah Jenderal Besar Nasution.Â
Agus Salim dalam bukunya, Tragedi Fajar: Perseteruan Tentara-PKI dan Peristiwa G 30S menyebut, Nasution merupakan target utama dalam operasi tersebut.
Ini terkait dengan sikap dan pandangannya terhadap Partai Komunis Indonesia (PKI). Pengaruhnya dalam tubuh TNI juga disinyalir masih besar sebagai jenderal senior di sana.
Pada buku Monumen Pancasila Cakti, dr Soedjono menyebut, Nasution tak bisa tidur. Udara yang sangat panas, membuat nyamuk berseliweran di kamarnya.
Sekitar pukul 04.00 WIB, satu formasi pasukan Cakrabirawa tiba di rumah Nasution. Tak banyak bicara, mereka menuju pintu rumah. Setiap gerakan kecil penjaga dibalas dengan tembakan. Suara tembakan membuat seisi rumah terbangun.
Ketegangan semakin mencekat ketika pasukan-pasukan ini masuk rumah melalui pintu utama. Istri Nasution, Sunarti mencegah pria yang akrab disapa Pak Nas itu untuk keluar kamar. Dia kemudian meminta belahan jiwanya melarikan diri.
Â
3. Di Mana Bung Karno saat Detik-Detik Gerakan 30 September?
Kamis 30 September 1965 malam, Presiden Sukarno atau Bung Karno hadir memberikan sambutan pada pertemuan Persatuan Insinyur Indonesia di kawasan Senayan, Jakarta. Biasanya, di acara serupa banyak pejabat yang datang, tapi tidak begitu dengan malam itu. Banyak kursi VIP yang kosong.
Sekitar pukul 23.00 WIB, Bung Karno kembali ke Istana Merdeka. Dia mengganti baju kepresidenan dengan kemeja lengan pendek putih, celana abu-abu, tanpa kopiah. Hanya 20 menit di Istana, Bung Karno keluar dan menggunakan mobil Chrysler hitam, berpelat B 4747, Bung Karno melaju ke Hotel Indonesia.
Hari berganti. Jumat 1 Oktober 1965, sekitar pukul 05.15 WIB, Mangil menerima telepon dari salah seorang anggota Detasemen Kawal Pribadi (DKP) yang bertugas di Wisma Yaso. Laporan si petugas, hubungan telepon keluar Istana diputus Telkom atas perintah militer.
Dan sekitar pukul 06.00 WIB, Mangil mendapat kabar rumah Menteri Pertahanan dan Keamanan serta Kepala Staf ABRI (Menko Hankam/Kasab) Jenderal Abdul Haris Nasution dan J Leimena ditembaki.
Presiden juga sudah mendapat kabar singkat soal apa yang terjadi di kediaman Nasution. Kepada Mangil, RI-1 meminta penjelasan rinci tentang apa yang terjadi.
Kemudian dia meminta saran apa yang harus dilakukan. Mangil memberi pilihan, Presiden tetap tinggal di Wisma Yaso atau beranjak ke Istana.
Â
Advertisement