Sukses

6 Kesepakatan yang Dicapai di Acara The 9th ASEAN Senior Officials Meeting on Sports

Salah satunya ada ada gagasan untuk membentuk ASEAN Center of Excellence on Sport Management and Training.

Liputan6.com, Jakarta Acara The 9th ASEAN Senior Officials Meeting on Sports (SOMS–9) digelar di Manila, Filipina pada Senin (7/10). Dalam acara itu, hadir delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Gatot S Dewa Broto bersama Asdep Pembibitan dan Iptek Olahraga, serta beberapa pejabat lain. Selain acara SOMS-9, mereka direncanakan akan menghadiri kegiatan The 5th ASEAN Ministerial Meeting (AMMS-5) di kota yang sama.

Berikut Kesepakatan yang dihasilkan pada acara SOMS-9 yang dihadiri seluruh negara anggota ASEAN ini :

1. Meskipun Indonesia melalui PSSI sudah mengusulkan diri bersama Australia untuk mencalonkan diri menjadi salah satu co-host untuk Piala Dunia FIFA tahun 2034, namun demikian ASEAN saling mengingatkan diri bersama, bahwa the Chairman’s Statement of the 34th ASEAN Summit on the development of a joint bid to host the FIFA World Cup sudah menyatakan tentang kebersamaan ASEAN untuk tetap mencalonkan diri bagi bidding tersebut. Sebelum pembahasan tersebut, Delegasi Indonesia telah berkonsultasi dengan PSSI, yang intinya untuk dilakukan pembahasan bersama antara AFC, AFF dan Sekretariat ASEAN.

Kesimpulannya: jangan sampai mengecilkan kesepakatan ASEAN, tidak mungkin seluruh negara ASEAN menjadi lokasi pertandingan (maksimal mungkin 3 negara), masing-masing negara ASEAN harus melakukan koordinasi dengan federasi sepakbolanya, dan ASEAN harus memanfaatkan momentum giliran kawasan Asia di tahun 2034 dengan maksimal, karena jika tidak akan jatuh pada Cina. Pada pertemuan tersebut, seluruh negara ASEAN mendukung sepenuhnya pencalonan Indonesia untuk bidding U-20 Piala Dunia tahun 2021, yang penentuannya akan dilakukan pada tanggal 23 atau 24 Oktober 2019 menghadapi Brazil dan Peru.

2. Seluruh negara ASEAN mendukung sepenuhnya inisiatif Malaysia untuk membentuk Federasi eSport Asia Tenggara, atas dasar pertimbangan, bahwa perkembangan eSport kini telah menunjukkan indikasi yang signifikan di banyak negara, termasuk juga karena saat Asian Games 2018 telah mempertandingkan eSport meski masih sebatas eksibishi, dan kemudian akan dipertandingkannya eSport sebagai salah satu cabang olahraga pada saat SEA Games 2019 di Filipina.

3. Mengingat masing-masing negara ASEAN memiliki hari olahraga nasionalnya sendiri-sendiri (seperti Hari Olahraga Nasional tanggal 9 September), maka rencana penyelenggaraan ASEAN Sport Day sebaiknya cukup menjadi bagian dari ASEAN Day yang selalu diperingati di setiap tanggal 8 Agustus di seluruh negara ASEAN, dimana kegiatannya jika di Indonesia oleh Kemenpora dan Kementerian Kesehatan di antaranya dalam bentuk ASEAN Car Free Day ataupun kegiatan olahraga dan lainnya yang tujuannya mendorong adanya perbaikan life style masyarakat yang kini cenderung kurang berorientasi pada kesehatan secara proporsional.

4. Ada gagasan untuk membentuk ASEAN Center of Excellence on Sport Management and Training. Meskipun gagasan itu bagus, tetapi tidak bisa sepenuhnya diterima, terkecuali dalam bentuk ASEAN Coaching Activities pada pembinaan pelatih-pelatih untuk cabang-cabang olahraga tertentu yang khusus menangani talenta atlet-atlet muda. Misalnya, Indonesia unggul di bulutangkis bisa dijadikan rujukan untuk mengadakan coaching kllinik bagi para pelatih yang dikirimkan dari negara-negara ASEAN lainnya sesuai dengan anggaran masing-masing. Dan demikian pula dengan keunggulan negara-negara ASEAN lainnya.

5. Sejumlah action plan yang harus ditindak lanjuti dari SOMS dan AMMS pada kenyataannya memerlukan anggaran, terkecuali yang ditanggung oleh negara yang mengambil inisiatif kegiatannya. Namun ketika membahas masalah ASEAN Sports Fund, ternyata belum ada kata sepakat, karena masing-masing negara harus berkonsultasi dengan Kementerian Keuangan masing-masing. Sebagai informasi perbandingan, pada sektor-sektor lain dalam lingkup kerjasama ASEAN, sudah banyak juga yang sudah memiliki ASEAN Fund. Masalah ini sedang dikaji untuk kemudian dibahas kembali sesuai prasyarat dan kondisinya.

6. Yang tidak kalah menarik adalah pembahasan masalah kebutuhan ASEAN untuk lebih fokus pada cabang-cabang olahraga tradisional yang menjadi andalan seperti Pencak Silat, Sepak Takraw dan Muathai, agar didorong menjadi cabang olahraga unggulan untuk Asian Games dan juga mungkin Olimpiade, meskipun jalan menuju target tersebut sangat berat. Namun demikian, pembahasan kemudian berkembang menjadi agenda pembahasan masalah cabang-cabang olahraga yang seharusnya dipertandingkan pada SEA Games (terkecuali untuk SEA Games 2019 di Filipina yang sudah disepakati bersama).

Seluruh negara ASEAN sepakat untuk berkoordinasi dengan masing-masing NOC (National Olympic Committee) agar pada SEA Games berikutnya hanya konsisten mempertandingkan cabang-cabang olahraga (berikut konsisten dengan nomer pertandingannya) yang berbasis Olimpiade dan untuk itu perlu mengamandemen SEA Games Federation Charter tertentu. Seandainya pun ada penambahan cabang olahraga bagi tuan rumah, itu masih dimungkinkan sejauh sangat terbatas jumlahnya dan harus dibicarakan bersama dengan negara-negara ASEAN lainnya.

7. Karena dalam ASEAN Schools Games belum juga hingga saat ini diikuti dengan event ASEAN Schools Para Games, maka perwakilan ASEAN Para Sport Federation mengusulkan suatu saat diadakannya ASEAN Schools Para Games selain juga ASEAN Youth Para Games. Hal ini didasarkan pada kondisi yang sudah berlangsung pada SEA Games dengan ASEAN Para Games, lalu Asian Games dengan Asian Para Games serta Olimpiade dengan Paralimpik. Namun demikian, meski Indonesia setuju dengan gagasan ASEAN Schools Para Games, namun Indonesia dan hampir semua negara ASEAN memahami kendala yang dihadapi, karena misalnya ASEAN Para Games tidak bisa apple to apple dengan ASEAN Schools Para Games oleh berbagai alasan dan pertimbangan.

8. Masalah Anti Doping tetap menjadi salah satu isu pembahasan di negara-negara ASEAN. SERADO (South East Asia Regional Anti-Doping Organization) dalam paparannya tetap mengingatkan seluruh negara ASEAN untuk lebih care dalam masalah anti doping, karena faktanya masih cukup banyak dijumpai sejumlah masalah di ASEAN, mulai dari penggunaan zat doping (meski jumlahnya relatif berkurang), kepatuhan untuk mematuhi WADA Code, belum meratanya keberpihakan pemerintah untuk memberi anggaran dan dan SDM lembaga anti doping dan prosedur pengiriman sample anti doping yang harus konsisten.

9. Mengingat potensinya sebagai bagian untuk meng-endorse olahraga sebagai aktivitas untuk character building, maka UNESCO dan FIFA serta lembaga The Right to Play telah mendorong ASEAN untuk lebih aware dalam memanfaatkan aktivitas olahraga melalui sejumlah kegiatan tertentu (sosial, budaya dan komunal) yang tujuan utamanya adalah mendorong ASEAN bagi hal-hal positif di luar yang diatur hanya semata-mata mencapai tujuan pencapaian prestasi olahraga saja. Banyak contoh nyata sudah dilakukan oleh UNESCO dan FIFA serta juga The Right to Play dalam melakukan kerjasama dengan sejumlah kawasan tertentu, yang telah berhasil efektif minimal untuk mendorong adanya solidaritas, minimum konflik dan public education bagi publik. Dalam konteks ini Sekretariat ASEAN sedang mempersiapkan draft MoU khusus, terutama yang sangat mendesak untuk kerjasama dengan FIFA yang harus ditanda-tangani dalam KTT ASEAN di bulan November 2019.

10. Mempertimbangkan, bahwa olahraga memiliki potensi besar untuk lebih disosialisasikan bagi tujuan yang mengarah pada tujuan peacefull dan solidaritas ASEAN, maka Indonesia mendukung sepenuhnya usulan Sekretariat ASEAN tersebut. Indonesia share dalam kesempatan tersebut bagaimana olahraga itu mempersatukan bangsa (sport unites the nation) yang ditunjukkan melalui events Asian Games 2019 saat Presiden Jokowi dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto berangkulan mesra saat salah satu atlet Pencak Silat meraih medali emas. Dengan kata lain, usulan Sekretariat ASEAN diharapkan dapat turut mengurangi potensi konflik yang sering terjadi antara beberapa negara anggota ASEAN.

11.Sekretariat ASEAN mengingatkan kembali tentang pentingnya APFI (ASEAN Physical and Fitness Indicators) sebagai suatu panduan dan rujukan semua negara ASEAN dalam usaha untuk meningkatkan taraf kesehatan, yang sesungguhnya sudah digagas sejak tahun 2011. Bahkan dalam the 6th ASEAN Senior Official Meeting (SOMS 6th) pada 27 September 2016 di Kuala Lumpur dan juga pada tahun berikutnya pada AMMS di Nay Pyi Taw – Myanmar. Beberapa hal penting yang mrnjadi indikator APFI adalah kondisi kardiovaskular, kekuatan otot, ketahanan otot, fleksibilitas, komposisi tubuh badan dan penglihatan dalam berolahraga. Dari kondisi tersebut akan bisa dilakukan upaya untuk mengatasi penyakit tidak berjangkit (NCD) di samping meningkatkan masyarakat ke arah gaya hidup aktif. Oleh karenanya, seluruh negara ASEAN disarankan untuk melakukan kegiatan APFI ini bagi seluruh masyarakat yang berumur 18 hingga 70 tahun namun disesuaikan dengan kondisi anggaran masing-masing.

12. Laporan Indonesia tentang penyelenggaraan ASEAN Schools Games 2019 yang telah berlangsung diadakan di Semarang telah diapresiasi oleh seluruh negara ASEAN. Bahkan Thailand mengakui bahwa event ASG tersebut baru untuk pertama kalinya dikuti oleh seluruh negara anggota ASEAN Schools Sport Council, karena biasanya ada saja yang absen tidak mengikuti. Namun demikian ada yang mengingatkan, yaitu Singapura, agar untuk berikutnya event Asian Schools Games dapat digunakan untuk menjadi media bagi promosi anti doping, karena usia mereka sebagai pelajar harus menjadi target awal untuk pengenalan tentang kesadaran anti doping.

13. Mengingat SEA Games 2019 sudah sangat dekat waktu pelaksanaannya, PHISGOC selaku pelaksana SEA Games di Manila telah menyampaikan paparan lengkapnya, mulai dari kesiapan pembangunan venue yang tersebar di beberapa tempat yaitu di Manila, Clarck dan Subic; jumlah cabang olahraga yang akan dipertandingkan; kesiapan pembukaan dan penutupan; jumlah relawan yang dilibatkan (termasuk cukup banyak relawan asing dari ex relawan Asian Games); hingga tentang kesiapan penanganan keamanan. Indonesia mengacungkan apresiasi atas kesiapan Filipina dan dapat merasakan benar beban berat yang dihadapi Filipina dan berharap SEA Games akan berlangsung sukses.

14. Kerja sama bidang olahraga di lingkungan ASEAN rupanya menarik minat Rusia untuk menawarkan sejumlah kerjasama dan pemberian bea siswa bagi peningkatan performance atlet, wasit dan pelatih dari negara-negara ASEAN. Sebagai perbandingan, selama ini mitra rutin eksternal yang menawarkan kerjasama adalah Jepang, Korea maupun Cina dalam bentuk yang beragam kerjasamanya. Meskipun tawaran kerjasama tersebut menarik, tetapi perlu disikapi secara kritis, seperti misalnya Indonesia mempertanyakan kualitas dan standar tenaga ahli yang akan memberikan program untuk pelatih, wasit dan pelatih, agar jangan sampai hanya yang KW kesekian yang askam dikirimkan. Kemudian Singapura mengingatkan bahwa Rusia banyak masalah dengan WADA, sehingga jangan sampai kegiatan tersebut dilakukan untuk menarik dukungan bagi Rusia yang sedang konflik dengan WADA dalam masalah anti doping.

15. Sekretariat ASEAN menyampaikan ide tentang ASEAN Sports Zones. Ide ini cukup sederhana, yaitu melalui kegiatan outdoor activities yang bisa dilakukan oleh negara-negara ASEAN melalui kegiatan yang pro ke public dalam bentuk berbagai permainan. Point utamanya bukan masalah ketersediaan peralatan, tetapi lebih pada upaya untuk lebih mendekatkan ASEAN pada masyarakat. Ide ini cukup bagus dan didukung oleh seluruh negara ASEAN.

 

(*)